-------------Mimbar
Gereja FULL GOSPEL INDONESIA -------
Siaran
minggu ke 6 : tanggal
6 Nopember 2005
Subject:
YESUS DIBAPTIS
Teman2
se-iman,
Orang
Kristen harus dibaptis seperti Yesus Kristus.
"Sesudah
dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
terbuka dan la melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya."(
Mat 3:16 )
Ayat
Acuan :
Roma 6:1-5
a.
Melalui pembaptisan Yesus, marilah kita mempelajari tentang makna dan
pentingnya baptisan selam, seperti yang dilakukan Yohanes.
b.
Meskipun Yesus Anak Allah, la dibaptis sebagaimana kita orang
berdosa yang harus dibaptis.
c. Marilah
kita mempelajari tentang kerendahan hati Yesus.
Di
padang gurun, Yohanes Pembaptis berteriak menyampaikan berita Ilahi yang
diamanatkan Allah melalui dirinya, "Bertobatlah karena kerajaan
surga sudah dekat." Di samping itu, ia juga membaptis orang banyak
di Sungai Yordan.
Sesudah
menjalani kehidupan pribadi-Nya selama tiga puluh tahun di Galilea,
Yesus datang ke Sungai Yordan dengan tujuan dibaptis. Sesudah melihat
bahwa Yesus siap dibaptis, Yohanes Pembaptis cepat-cepat menolak sambil
berkata,
"Akulah
yang seharusnya Engkau
baptis. Tetapi kini ternyata
justru Engkau yang meminta supaya aku baptis?"
Tetapi
Yesus menjawab,
"Biarlah
ha1 itu terjadi, karena demikian
sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Matius
3:15).
Ia
kemudian menawarkan diriNya agar dibaptiskan oleh Yohanes.
Ketika
Yesus dibaptis sebagaimana orang-orang yang lain, dan sementara dibaptis,
la pun berdoa. Tiba-tiba langit pun terbuka dan Roh Kudus turun ke atas
diri-Nya seperti seekor burung merpati (Lukas 3:21). Melalui baptisan
Yesus, kita dapat belajar beberapa hal yang diajarkan Allah.
Baptisan
Yesus - Persiapan sebelum Melayani Orang Banyak
Sebelum
melayani orang banyak, Yesus menerima baptisan air yang dilakukan oleh
Yohanes.
Tentu
saja Yesus Kristus tidak mengenal dosa, dan Ia tidak melakukan suatu
dosa pun. Ia tidak bercacat cela, namun menerima baptisan pertobatan
sebagaimana yang kita terima sebagai orang berdosa. Tujuannya ialah
supaya Yesus dapat menebus manusia dari dosa.
Dengan
kasih itulah Allah mengasihi kita. Baptisan Yesus itu mengajarkan hal
yang berikut kepada kita: Pada waktu bertobat, kita pun harus dibaptis
sebagai suatu tanda atau kesaksian kepada dunia, bahwa kita betul-betul
menyesali kehidupan lama yang berdosa, dan bersedia untuk menghasilkan
buah pertobatan.
Turun
ke dalam air berarti penguburan
total manusia lama
bersama dosa-dosa kita. Keluar dari dalam air melambangkan kehidupan
baru yang tidak ubahnya bagaikan suatu kebangkitan. Itu juga merupakan
suatu pernyataan bahwa kita telah dilahirkan kembali, dan kini menjadi
suatu ciptaan baru. Inilah yang diajarkan Paulus dalam Roma 6:3,4,
"Atau
tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus,
telah dibaptis dalam
kematianNya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan
Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan
hidup dalam hidup yang baru.”
Marilah
kita mengingat bahwa bahkan Yesus sekalipun dibaptis seperti layaknya
seorang manusia berdosa yang telah ditebus. Apalagi kita, betapa lebih
lagi bahwa sebagai manusia berdosa kita harus bertobat dari dosa-dosa
kita.
Marilah
kita menyalibkan ketamakan dan hawa nafsu manusia lama kita, dan
menghayati kehidupan yang baru, yaitu kehidupan yang dibangkitkan.
Marilah kita memiliki pengalaman iman itu.
Yesus
Berdoa
Pada
saat dibaptis Yesus berdoa, itulah yang dicatat dalam Lukas 3:21.
Baptisan Yohanes adalah "baptisan sebagai tanda pertobatan dari
dosa” (Matius 3:1-12). Sebelum dibaptis, Yesus tidak perlu memanjatkan
doa pertobatan dari dosa, karena Ia tidak pernah melakukan suatu dosa
apa pun dan tidak mengenal dosa (Ibrani 4:15; I Yohanes 3:5). Walau
demikian, Yesus berdoa sewaktu dibaptis untuk memberikan sebuah teladan
yang perlu kita contoh.
Melalui
doa dan puasa, Yesus mengusir roh Jahat. Ia sering berdoa semalam suntuk,
dan berdoa di atas gunung (Lukas 6:12). Sebelum memilih para murid-Nya,
la berdoa (Lukas 6:13). Ia berdoa seorang diri, dan juga bersama dengan
para murid-Nya (Lukas 5:16; 9:18, 28)
Sebelum
la mati disalib untuk menjadi kurban dosa demi menyelamatkan kita, Ia
berdoa di Taman Getsemani sehingga peluh-Nya yang kental menetes
bagaikan darah. (Matius 26:36-42). Alkitab menunjukkan bahwa segenap
kehidupan Yesus adalah sebuah kehidupan doa.
Demikian
juga, kita pun harus senantiasa berdoa (Lukas 2:37); 18:1; I Tesalonika
5:17). Kita harus selalu berdoa dalam Roh Kudus yang senantiasa menolong
kita (Efesus 6:18). Terutama kita pun harus senantiasa berjaga-jaga dan
bersungguhsungguh, agar kita jangan sampai terjatuh ke dalam godaan,
dan iman kita gagal (I Petrus 4:7). Selama kita masih bernafas, kita
harus berdoa kepada Allah (Mazmur 116:2).
Anak
Allah yang sebenarnya sama sekali tidak mengenal dosa ternyata menerima
"baptisan pertobatan" yang dilaksanakan oleh Yohanes Pembaptis.
Fakta
itu menunjukkan bahwa Yesus yang datang di dalam daging atau menjelma
sebagai manusia (Roma 8:3), lebih dahulu telah menyucikan diri-Nya
sebelum la menyucikan kita (Yohanes 17:19).
Pada
saat Yesus telah selesai dibaptis dan keluar dari dalam air, langit
terbuka, dan Roh Kudus turun seperti seekor burung merpati di atas Yesus.
Bersama dengan itu, kedengaranlah suara Allah,
"Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi. KepadaNyalah Aku berkenan" (Matius
3:17).
Di
sini kita menemukan sesuatu yang sangat penting maknanya. Yang pertama
ialah bahwa sebelum memuIai pelayanan-Nya bagi orang banyak, Yesus lebih
dahulu menerima baptisan air. Kedua, sewaktu la dibaptis, karya Allah
Tritunggal sangat jelas manifestasinya-Roh Kudus turun di atas Yesus dan
Allah Bapa sendiri memberi pengesahan bahwa Yesus adalah salah satu
pribadi Allah Tritunggal dan juga Yesus adalah Anak Allah.
Ketiga,
sebagaimana surga terbuka dan Rob Kudus turun di atas Yesus pada waktu
la sedang dibaptis dan pada waktu la berdoa, maka kitapun orang-orang
percaya juga akan menerima jawaban doa-doa dari Bapa Surgawi kita.
‘Tempat
ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya
mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di
sekitar sini' (Markus
6:35, 36).
Mendengar
usulan itu, Yesus menjawab;
"Kamu
harus memberi mereka makan!"
Yesus
dapat berkata demikian karena la memiliki jalan keluar dari persoalan
rumit itu.
Kini,
marilah kita melihat perbedaan iman Andreas dan Filipus pada saat mereka
menghadapi persoalan yang sama dan juga memerlukan sebuah pemecahan.
Sekarang
ini keadaannya sama saja. Yesus mau menolong bila kita terjerumus ke
dalam persoalan. Kepada Anda Yesus tidak berkata, "Bereskan sendiri
saja persoalanmu." la menghendaki agar persoalan itu kita bawa
kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat memperoleh jawaban dari Dia, dan
mengalami berkat-berkat-Nya yang melimpah.
Kita
juga harus memiliki iman yang teguh bahwa kalau persoalan itu kita bawa
kepadaNya, Ia tidak akan gagal menyelesaikannya. Di
samping itu, kita pun harus menanam
benih iman kita. Itu untuk membuktikan secara lahiriah bahwa kita
betul-betul bersandar dan percaya kepada-Nya.
Perbedaan
antara Iman Filipus dan Andreas
Melalui
mujizat 5 ketul roti dan 2 ekor ikan itu, kita dapat membandingkan
tingkatan iman Filipus dan Andreas yang berbeda. Keduanya adalah murid
Yesus. Keduanya menghadapi persoalan yang sama di padang gurun itu, dan
juga sama-sama memerlukan suatu pemecahan. Namun, iman Filipus tidak
dapat menghasilkan suatu mujizat pun, sementara iman Andreas berhasil
mewujudkannya.
Untuk
menguji Filipus, Yesus mengajukan sebuah pertanyaan,
"Di
manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
Walaupun
sebenarnya Filipus sudah sering mengalami kuasa dan mujizat Yesus, namun
imannya masih tetap dalam taraf memperhitungkan segala sesuatu, dan
bersifat ilmiah. Jadi ketika Filipus mengangkat matanya, dan mulai
menyadari banyaknya orang yang hadir, ia pun mulai menghitung-hitung dan
menyodorkan perkiraannya kepada Yesus;
"Roti
seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka semua, sekalipun
masing-masing mendapat sepotong kecil saja."
Dinar
adalah mata uang Romawi yang berlaku pada saat itu. Satu dinar adalah
gaji seorang pekerja atau tentara Romawi selama satu hari. Dengan kata
lain, gaji seseorang selama dua ratus hari masih tidak cukup untuk
memberi makan orang sebanyak itu.
Filipus
hanya mengetahui fakta bahwa baik dirinya maupun orang banyak yang lapar
itu tidak mempunyai jumlah uang sebanyak itu, maka ia melaporkan kepada
Yesus; "Aku tidak bisa memberi mereka makan. " Atau
seolah-olah ia mencibir, "Itu suatu hal yang mustahil
dilaksanakan." Perhitungannya tepat dan memang secara ilmiah, namun
sama sekali tidak menolong dalam menghasilkan iman yang dapat membuat
Yesus mengadakan mujizat. Iman Filipus tidak dapat menghasilkan jalan
keluar bagi orang banyak yang lapar itu.
Tetapi,
di padang yang sama dan di bawah tekanan krisis yang sama, ada seorang
murid Yesus yang lain yang bernama Andreas. Ia percaya bahwa di tempat
itu Yesus dapat mengadakan mujizat. Andreas ingin menunjukkan imannya,
dan ia berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan suatu benih iman yang
dapat ditanamnya. Akhirnya la menemukan seorang pemuda cilik yang
membawa bekal makan siang yang terdiri dari 5 ketul roti dan 2 ekor ikan
kecil-kecil.
Andreas
membawa bekal itu kepada Yesus, "Tuhan, ini tidak akan cukup.
Tetapi aku percaya bahwa Engkau akan mengadakan suatu mujizat yang
besar." Yang dibawa Andreas itu hanyalah bagaikan sebiji benih yang
kecil sekali, tetapi Yesus menerima apa yang diserahkan kepada-Nya. Ia
bersyukur kepada Allah, dan memecahkan roti itu. Karena "benih
iman" Andreas, maka setiap kali roti yang dipecahkan itu menjadi
semakin banyak, sehingga jumlah orang yang begitu banyaknya itu mendapat
makanan yang cukup. Demikian juga yang terjadi dengan kedua ekor ikan
kecil-kecil itu. Yesus menunjukkan suatu mujizat lain pada saat Ia
meminta para murid-Nya supaya mengumpulkan keIebihan makanan yang ada.
Mungkin tidak ada seorang pun yang menyangka
bahwa akan terdapat kelebihan
makanan. Tetapi ternyata sesudah dikumpulkan dan dihitung,
kelebihannya sampai berjumlah dua belas bakul penuh.
Kunci
keberhasilan dalam kehidupan kita terletak pada sikap kita.. Kita pun
mempunyai banyak persoalan yang harus diselesaikan. Sebab itu, marilah
kita memiliki sikap seperti Andreas jika menghadapi persoalan-persoalan
kita. Marilah kita selalu mengingat prinsip ini, "kalau persoalanku
aku bawa kepada Yesus, Ia selalu mempunyai jalan keluarnya."
Pengurbanan
Anak laki-laki Kecil
Yang
berada di balik mujizat besar itu adalah adanya iman seorang anak
laki-laki kecil. Baginya, mengurbankan bekal makan siangnya yang terdiri
dari 5 ketul roti dan 2 ekor ikan tentulah sesuatu yang besar artinya.
Seperti orang-orang dewasa yang berada di sekelilingnya, anak kecil yang
sedang bertumbuh itu tentulah juga merasa sangat lapar pada petang hari
itu. Tetapi pada saat la mengurbankan jatah makanannya, anak itu
menanamkan benih iman. Pada saat Yesus memberkati benih iman yang kecil
itu, mujizat pelipatgandaan makanan yang cukup untuk 5.000 orang itu pun
terjadilah. Bahkan kelebihannya sampai mencapai dua belas bakul penuh.
Kebenaran-sejati
lain yang perlu dipelajari dan dihayati adalah perintah Yesus kepada
para murid-Nya agar secara seksama mengumpulkan kelebihan makanan yang
ada. Berkat Allah yang diberikan kepada kita tidak pernah dimaksudkan
agar kita boroskan atau sia-siakan. Kita harus memperlakukan
sebaik-baiknya berkat yang diberikan Allah. Kita harus membagikannya
kepada orang-orang lain yang memerlukan. Segala sesuatu yang telah
dijadikan atau dikerjakan Allah bagi kita tidak boleh diboroskan.
Renungan
:
1.
Sekalipun dihimpit oleh permasalahan yang kelihatannya mustahil
dapat dipecahkan, marilah kita selalu mempertahankan sikap yang positif
seperti Andreas. Andreas mengajarkan pada kita bahwa kita memiliki Yesus
yang selalu dapat mengadakan mujizat dalam kehidupan kita. Dalam keadaan
hidup yang bagaimanapun, marilah kita hidup secara positif, dan
bertindak dalam iman.
2.
Seperti anak laki-laki kecil yang mengurbankan makanannya itu,
marilah kita memberikan dengan penuh sukacita apa yang kita miliki
kepada Yesus. Jika kita mau menabur benih, kita akan menuai kehidupan
yang melimpah sesuai dengan apa yang sudah kita tabur.
Sumber
: The
Home Cell Group Study Guide - Vol. I
This
book presents in detail the form and method for the cell worship
services which are held by the cells of Yoido Full Gospel Church
Since
a year is made up of 52 weeks, the book contains 52 worship services for
a year. This book carefully outlines the actual worship services which
are held in the cells.
A
passage from the Bible and a memory verse are given, followed by the
message which the cell members should gain from that particular passage.
Each
weekly worship service unit contains leading question's which challenge
the participants to think and ponder on the message of the passage. The
main message of each study unit is organized- requiring the participants
in the
worship service to find
variour passages throughout the Bible. Afterwards, the main idea of the
weekly unit is once again emphasized through closing questions.
Each
lesson closes with an application section which teaches the participants
how to apply the week's lesson to their actual lives. Also, the
application section helps lead the participants to open up to one
another and have close fellowship based on the main lesson.
Should
this guide be followed by a church in the establishment and conduct of
cells, cell members will experience a great maturation of their faith,
helping them to be power-filled Christian, which in turn will support
greater church growth.
Prepared
by :
Bambang
Wiyono
HP:
0812 327 3886
e-mail:
[email protected] ( japri )
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia/
(bahasa Indonesia )
http://groups.yahoo.com/group/threefoldblessing/
( bahasa Inggris)