-----------
Mimbar Gereja FULL GOSPEL
INDONESIA
---------
Siaran
minggu ke – 18 : 29 Januari 2006
Sesi
I :
Pilih
Yang Mana ?
Teman2,
Kita
lanjutkan topik “ Pilih Yang Mana ? “ .
Minggu
yang lalu kita memilih pohon kehidupan yang membuat kita hidup dalam
kasih dan anugerahNya yang ajaib.
Minggu
ini kita perlu memilih gembala gereja yang bisa menuntun kita dijalan
yang sempit ( Mat 7:14 ) dan bisa membawa kita ketempat perhentianNya.
( Ibr ps 4 )
Ada
illustrasi sebagai berikut :
Mereka
produknya sama, namun yang disebut Super Market kok tambah
sedikit pengunjungnya ? sampai pada akhirnya harus merubah produknya,
gantii menagement, yang mini market berkembang luar biasa, sampai
punya cabang2 dimana mana.
Pada
awalnya Super Market banyak dikunjungi nyonya2, tuan2, amoy2, sinyo2,
yang punya Super Market heran kok tambah sepi setelah buka beberapa
bulan, dia melakukan survey, pembantu2 rumah tangga disekitar Super
Market ditanyai, belanja dimana selama ini ? mereka bilang dipasar
tradisional….
Pemilik
Super Market membayar konsultan untuk mencari rahasia keberhasilan
mini market itu, berikut hasil penelitiannya :
Lakukan
terobosan2 sesuai Firman Tuhan!
"
Akhir-akhir ini, minat terhadap kepemimpinan telah meningkat hingga
pada klimaksnya dalam setiap segi dari masyarakat kita. Kita selalu
menemukan buku tentang kepemimpinan yang baru diterbitkan. Ini
menunjukkan pentingnya suatu kepemimpinan.
Pada tahun 1965, setelah bebas dari Federation of Malaysia, Singapura
bukanlah tempat yang layak untuk ditinggali. Prostitusi,
penyalahgunaan obat-obatan, perjudian, kemiskinan, dan korupsi ada
dimana-mana. Tetapi di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew selama kurang
lebih tiga puluh tahun, Singapura menjadi sebuah negara yang maju.
Pendapatan nasional per kapitanya sekarang adalah sekitar US $ 30.000.
Sebaliknya, Filipina, yang merupakan negara paling kaya di Asia
Tenggara pada tahun 1960an, mengalami penurunan yang tajam di bawah
kepemimpinan Presiden Marcos. Kemakmuran dan kejatuhan suatu negara
seringkali tergantung pada kepemimpinannya.
Dengan mengetahui pentingnya suatu kepemimpinan, banyak orang menjadi
berambisi untuk menjadi seorang pemimpin. Bolehkah kita menginginkan
suatu kursi kepemimpinan? Alkitab memperlihatkan ambisi tersebut dari
segi positif. Paulus menulis tentang adanya ambisi untuk menjadi
seorang pemimpin, "Menginginkan suatu kursi kepemimpinan
merupakan suatu ambisi yang terhormat" (I Timotius 3:1). Paulus
dengan jelas mengatakan bahwa ambisi untuk menjadi pemimpin merupakan
hal yang terhormat.
Bagaimana
ambisis tersebut bisa menjadi hal yang terhormat? Ketika ibu dari
anak-anak Zebedeus meminta kepada Yesus Kristus agar memberikan
anak-anaknya suatu posisi yang tinggi, Yesus berkata,
"Barangsiapa
ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barangsiapa ingin menjadi yang terdepan, hendaklah ia menjadi
hambamu" (Matius 30:26-27).
Jika
demikian, bagaimana bisa kita mengatakan bahwa ambisi untuk menjadi
seorang pemimpin merupakan hal yang terhormat? Kita dapat menemukan
jawabannya di dalam prinsip-prinsip mengenai kepemimpinan hamba. Jika
ambisi untuk menjadi seorang pemimpin bertujuan hanya untuk
mendapatkan suatu posisi kepemimpinan, maka hal itu tidak bisa
dikatakan sebagai hal yang terhormat. Tetapi, di dalam kepemimpinan
hamba, para pemimpin harus mempunyai pikiran untuk "melayani
terlebih dahulu" daripada mendapatkan posisi kepemimpinan. Jika
kita menginginkan kepemimpinan dengan tujuan melayani orang lain, maka
itu akan menjadi hal yang terhormat.
Pada suatu hari, Abraham Lincoln melihat perdagangan budak di
New Orleans
. Kejadian tersebut terus terbayang di
pikirannya karena hal itu telah membuat ia terguncang. Pada saat itu,
ia memutuskan untuk mempersiapkan diri agar bila waktunya tiba, ia
dapat melakukan sesuatu untuk kemerdekaan para budak. Ia yakin bahwa
kesempatan itu akan datang, dan ternyata kesempatan itu benar-benar
datang.
Suatu posisi kepemimpinan seharusnya diberikan kepada mereka yang
mempunyai visi untuk melayani orang lain, bukan kepada mereka yang
mempunyai visi untuk mendapatkan posisi. Visi Lincoln adalah untuk
melayani para budak dengan cara memerdekakan mereka. Jadi, visinya
bukan untuk menjadi presiden Amerika. Jika kita berharap untuk menjadi
pemimpin yang bertujuan melayani Tuhan dan sesama, maka itu akan
menjadi ambisi yang terhormat.
Setiap orang berharap untuk menjadi besar, namun para pemimpin hamba
berusaha untuk menjadi hamba terlebih dahulu daripada menjadi besar.
Kepemimpinan hamba dimulai dengan keinginan diri sendiri untuk
melayani. Itulah yang Yesus Kristus minta dari kita.
"Kamu tahu bahwa mereka yang disebut sebagai pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan
pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tetapi tidaklah demikian dengan kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar
di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin
menjadi yang terdepan, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya"
(Markus
10:42
-44).
"Raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang
menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu
tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah
menjadi sebagai yang paling muda dan hendaklah yang memimpin sebagai
pelayan" (Lukas
22:25
-26)
Kita mungkin memperdebatkan istilah "pemimpin hamba".
Istilah ini merupakan istilah paradoks (berlawanan). Kita menunjuk
pada istilah pemimpin sebagai seorang yang berkuasa dan dapat
mengendalikan orang lain, dan istilah hamba sebagai seorang yang
tunduk/patuh. Arti "pemimpin" kelihatan berlawanan dengan
arti "hamba". Tetapi Yesus Kristus menyamakan istilah
"hamba" dengan "kemegahan (greatness)". Yesus
mengajarkan bahwa kemegahan dapat diraih hanya dengan melayani orang
lain. Kemegahan dapat diraih dengan menghindarinya, bukan dengan
mengejarnya. Ini merupakan prinsip kepemimpinan yang diberikan Tuhan
kepada kita. Bahkan Yesus Kristus sendiri, Anak Allah yang memiliki
seluruh otoritas di bumi dan di sorga, mau melayani. (Lukas 22:27)
Ini merupakan prinsip Alkitabiah, bahwa jika seseorang ingin
dilayani, maka ia harus melayani terlebih dahulu.
Anak
Allah yang datang untuk melayani kita dan telah melayani kita hingga
kematianNya, telah menjadi Raja atas segala raja. Kita juga menemukan
prinsip yang sama dalam kisah Rehabeam. Setelah kematian Raha Salomo,
segenap jemaah
Israel
datang kepada Raha Rehabeam dan berkata
kepadanya,
"Ayahmu
telah memberatkan tanggungan kami, maka sekarang ringankanlah
pekerjaan yang sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat
yang dipikulkannya kepada kami supaya kami menjadi hambamu." (I
Raja-raja 12:4).
Kemudian
Rehabeam meminta nasehat dari para tua-tua yang telah mendampingi
ayahnya yaitu Salomo selama hidup mereka. Rehabeam bertanya,
"Apakah nasihatmu untuk menjawab rakyat itu?"
Para
tua-tua itu berkata,
"Jika
pada hari ini engkau mau menjadi hamba bagi rakyat, mau mengabdi
kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka
mereka akan menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu." (I Raja-raja
12:7).
Ada
seorang mahasiswa di sebuah universitas
yang tidak seperti kebanyakan mahasiswa
Korea
. Ia tidak mempunyai etika yang baik ketika
bertemu dengan orang lain. Kebanyakn para professor menganggapnya
sebagai siswa yang berkelakuan buruk dan mereka tidak mempedulikannya.
Tetapi seorang professor yang memiliki pikiran seorang hamba melakukan
hal yang berbeda. Ia selalu menundukkan kepala kepada siswa tersebut
kapanpun ia bertemu dengan mahasiswa itu. Karena merasa sungkan,
mahasiswa itupun mengubah perilakunya. Tentu saja pemimpin yang
seperti ini perlu dihargai.
Langkah pertama untuk menjadi seorang pemimpin hamba adalah dengan
memenuhi kebutuhan orang lain dengan kasih dan perhatian kepada
mereka. Setiap orang memiliki banyak sekali kebutuhan untuk dipenuhi.
Kita sudah seharusnya menguatkan yang lemah, menyembuhkan yang sakit,
mengobati yang terluka, mengembalikan yang tersesat, dan mencari yang
terhilang. Pada zaman Yehezkiel, para pemimpin
Israel
tidak peduli dengan kebutuhan rakyatnya.
Bahkan mereka memerintah rakyat
Israel
dengan kekerasan dan kekejaman, sehingga
bangsa
Israel
terserak (Yehezkiel 34:2-5). Rakyat tidak
akan menerimanya apabila para pemimpin menyalahgunakan kekuasaan
mereka.
Kekuasaan dan otoritas diberikan kepada para pemimpin untuk melayani
orang lain.
Para
pemimpin seharusnya memenuhi kebutuhan
orang lain dengan menggunakan kekuasaan dan otoritas mereka. Melayani
orang lain merupakan suatu bentuk ketaatan yang aktif terhadap Tuhan.
Tuhan mengatakan bahwa barangsiapa ingin menjadi yang terdepan,
hendaklah ia menjadi hamba, dan Ia menunjukkan bagaimana caranya
menjadi seorang pemimpin hamba dengan mencuci kaki para muridNya.
Jadi, melayani orang lain berarti tunduk kepada Allah.
Gagasan mengenai kepemimpinan hamba mungkin dapat dimengerti sebagai
revolusi Copernicus bagi mereka yang masih berpikiran tradisional
bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memerintah dan
mengendalikan orang lain dengan kekuasaan dan otoritas. Karena
kepemimpinan hamba ini bertentangan dengan paradigma kepemimpinan
tradisional, maka hal ini akan memakan waktu sebelum gagasan ini bisa
diterima dan dijalankan oleh masyarakat kita.
Gereja
/ Super Market harus menjalankan prinsip ini
Tampaknya
kepemimpinan tradisional merupakan cara yang mudah dan nyaman untuk
dijalankan. Setiap orang akan lebih memilih cara yang sudah mereka
kenal.
Jadi,
wajar saja jika di dalam Gereja sekalipun kita harus berjuang untuk
menerapkan konsep ini. Namun, seperti bumi yang mengitari matahari,
bahkan jauh sebelum fakta ini ditemukan, kepemimpinan hamba memiliki
kekuatan. Bahkan mulai dari sekarang dan secara bertahap, kepemimpinan
hamba akan diterima sebagai prinsip kepemimpinan yang diinginkan
Tuhan, meskipun beberapa orang masih belum mau menerima prinsip ini.
Jika
kita adalah murid Yesus Kristus, maka tidak ada kepemimpinan yang lain
bagi kita. Kepemimpinan yang Tuhan inginkan adalah kepemimpinan
rohani, yaitu kepemimpinan hamba. "
Sumber :
”Spiritual
Leadership For The New Millenium“ buku tulisan DR.David Yonggi Cho.
(
berlanjut sepanjang tahun 2006 )
-----Mimbar
Gereja FULL GOSPEL
INDONESIA
Sesi II : Rahasia Bebas Hutang
-----
“
Aku tidak cari pengusaha yang sudah mapan, Aku cari pengusaha2
yang banyak hutangnya, mereka akan Kudidik supaya bebas hutang, pinrer
cari duit, dan melayani Aku ! ( Luk
5:32
)
“
The Great Businessmen “ merupakan
topik siaran Full Gospel
Indonesia
sepanjang tahun 2006, kita adalah
“ raja2 dan imam2” ( Wah 1:6 ), lain dengan pengusaha non Kristen.
Pengusaha
Kristen perlu memahami pikiran Allah dalam Alkitab, agar sukses dalam
bisnes. kita perlu banyak duit untuk memberitakan Firman Tuhan
keseluruh dunia di akhir jaman ini.
Bambang
Wiyono : ( HP : 0812 327 3886 )
( 1 )
“ Sekarang izinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada anda:
Jika sebagai seorang Kristen kita dimiliki oleh
Allah, dan sebagai seorang usahawan saya memiliki
sebuah perusahaan, maka siapakah sesungguhnya yang memiliki perusahaan
itu?”
( 2 )
“ Apa yang Tuhan ajarkan kepada para pengusaha Kristen ?”
“Aku
akan mengajarmu ... menuntunmu di sepanjang jalan yang terbaik bagi
hidupmu; Aku akan menasehatimu dan memperhatikan kemajuanmu”
(Mazmur 32:8, ).
“Sebab
Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai
kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan” (Yeremia29:11).
“Berlakulah
ramah tehadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau
akan memperoleh keuntungan.”( Ayub
22:21
)
Dalam
ayat-ayat ini Tuhan mempunyai sebuah rencana untuk kita; secara khusus
la akan memakmurkan kita bila kita
menyerahkan diri kepadaNya dan kita akan hidup damai dengan Dia dan
diri kita. Lagipula, perjanjian ini tidak hanya terbatas pada kegiatan
usaha kita. Dia akan memakmurkan kita dalam setiap kawasan hidup kita
-- termasuk rumahtangga kita, hubungan luas kita dengan siapapun juga,
mutu kehidupan kita dan lain sebagainya. Yang harus kita lakukan
hanyalah menyerah kepadaNya.
( 3 )
“ Dan yang penting, dengan menyerah kepada Tuhan, kita tidak
‘kehilangan kendali’. Malah sebaliknya, Allah menolong kita agar
segala segi kehidupan kita benar-benar terkendali dengan
baik. Kita sebenarnya tidak kehilangan perusahaan,
bahkan kita mendapat seorang mitra usaha yang ajaib..
( 4 )
” Ayat-ayat tersebut di atas sama sekali tidak memberi kesan tentang
seorang mitra usaha yang mau merampas milik kita; malah memberi
gambaran mengenai seseorang yang bersedia sepenuhnya untuk menolong
kita, mengajar kita dan menasehati kita agar kita dapat
mengalami keberhasilan yang gilang-gemilang!
Kunjungi :
Hubungi
:
“Bagaimana
menghadapi tantangan bisnes di tahun 2006 ?” MARK PLUS FORUM ,
HP 0818 0319 0808,
Dengar radio : RADIO BETHANY
FM 93.80 MHz Konsultasilah
masalah bisnes, masalah persepuluhan dan lain2, SMS ke 0852
30 77 2929 Anda akan dilayani
Bapa Wiyono Pontjoharyo beliau adalah dosen, .Konsultan
Keuangan ,Ko-Penulis buku “All About Money “ bersama Benny
Santoso, pelayan Tuhan di Gereja Bethany Indonesia.