|
PELAJARAN SUPRANATURAL :
ROH KUDUS DAN ANDA
Kita sekarang ini hidup dalam zaman Roh Kudus.
Kita tidak akan mungkin dapat merampungkan tugas kita dengan berhasil baik
di dunia ini apabila kita tidak mengakui pekerjaanNya.
Alkitab Perjanjian Lama memberikan gambaran tentang zaman Allah Bapa
berada di latar depan dalam melakukan pekerjaan penciptaan dan pembentukan
berdasarkan kuasa ilahi. Allah Bapa bekerja melalui Roh Kudus, yang
menggunakan nabi-nabi, imam-imam dan raja-raja Israel untuk melakukan
kehendakNya. Akan tetapi di dalam Alkitab Perjanjian Lama para nabi
berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus, Mesias, lebih dari tiga ratus
kali. Setelah Ia datang ke dunia, Tuhan kita Yesus Kristus, Anak Allah,
menjadi tokoh ilahi pusat yang menjadi jurubicara Allah dan yang
merampungkan kehendak Allah. Meskipun Yesus Kristus senantiasa memuliakan
Allah Bapa, Dia masih tetap berdiri pada tempat utama, sebagaimana sudah
menjadi rencana Allah. Tetapi Roh Kudus bekerja dengan diam-diam.
Pelayanan Kristus penuh mujizat dimulai setelah Kristus menjalani baptisan
dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Yohanes Pembaptis berkata tentang Kristus:
“Dan aku p un tidak mengenalNya, tapi Dia, yang mengutus aku untuk
membaptis dengan air telah berfirman kepadaku : Jikalau engkau melihat Roh
itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan
membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian
: Ia inilah Anak Allah.” (Yohanes 1 : 33, 34).
Setelah Kristus menjalankan tugas pelayanan sampai rampung: Dengan
menjalankan hidup yang menjadi contoh te ladan, mati di kayu salib, dan
menebus umat manusia dari segala dosa; Dia telah bangkit dan naik ke sorga
bersama dengan Allah Bapa. Kristus lalu memberikan Roh Kudus untuk
melaksanakan tugasNya yang ditujukan baik untuk dunia ini maupun bagi
gereja.
Sejak peristiwa hari Pentakosta, Roh Kudus sudah berada dengan kita untuk
waktu kurang lebih dua ribu tahun lamanya. Kehadirannya berada di dalam
dunia, di tengah sidang jemaat dan di dalam diri setiap orang Kristen. Di
dalam zaman gerejani sekarang ini, Allah Bapa dan Allah Putera telah
memilih untuk bekerja melalui bantuan Roh Kudus. Ini tidak berarti bahwa
saya sedang mencoba untuk membuat perumusan tentang Tritunggal dengan cara
yang tajam sekali - Allah Bapa, Allah Putera dan Roh Kudus adalah Satu
Allah, Namun Tuhan telah menyatakan diriNya dalam tiga Oknum. Pokok
persoalan yang saya maksudkan di sini ialah bahwa dalam zaman ini Roh
Kudus berada pada latar depan dalam merampungkan tugas pekerjaan Tulan di
dunia.
Apabila kita seba ai orang Kristen ingin melakukan pekerjaan Tuhan, maka
keinginan ini telah ditempatkan di dalam diri kita oleh Roh Kudus. Namun,
sebagai oknum ilahi, kita harus belajar mengadakan hubungan pribadi dengan
Tuhan. Kita tidak dapat sekadar menggantungkan diri pada pengetahuan
teolog kita tentang Allah. Kita harus belajar mengenal Dia. Sementara kita
bertumbuh di dalam kesadaran kita tentang Roh Kudus, kita memperkembangkan
suatu persekutuan (koinonia) dengan Dia.
Untuk dapat memahami lebih baik lagi tentang oknum yang ingin kita
berhubungan dengannya, maka kita harus mengetahui sesuatu tentang Dia.
Tanpa mempelajari tentang Roh Kudus kita tidak akan pernah bisa belajar
tentang dimensi keempat. Karena justru. Roh Kuduslah yang membawa kita
masuk ke dalam alam kehidupan dimensi keempat.
Bagaimanakah rupa Roh Kudus?
Oleh karena kita memiliki
catatan jelas tentang Allah Bapa yang memberikan jalan pikiranNya kepada
para nabi, imam-imam dan raja-raja dalam Alkitab Perjanjian Lama; dan oleh
karena kita dapat memahami bagaimana hakikat seorang ayah, maka kita dapat
memperoleh satu gambaran umum tentang bagaimana rupa Allah Bapa. Yesus juga
mengungkap tentang Allah Bapa di dalam kehidupan dan ajaran-ajaranNya. Roh
Kudus telah datang untuk mengungkap tentang Kristus: “Ia akan memuliakan
Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu.”
(Yohanes 16 : 14). Oleh karena itu Roh Kudus mengambil kebenaran Alkitab
tentang Kristus dan memuliakan bukan saja ajaran-ajaranNya akan tetapi juga
pribadi Anak Allah. Walaupun demikian kcpribadian Roh Kudus tidak
diterangkan dengan jelas dan terus-menems di dalam Alkitab Perjanjian Lama
maupun Bar. Terutama sekali kita hanya melihat hasil pekerjaanNya, akan
tetapi oleh karena tugasNya hanya sebagai yang harus memuliakan Putera
Allah, maka Dia sendiri tidak menonjolkan diri.
Oleh karena Roh Kudus tidak pernah mengambil bentuk lahiriah menurut catatan
Alkitab, maka kita tidak dapat menggambarkanbagaimana bentuk rupanya. Kita
hanya dapat mengenal Dia dalam Bentuk ciri-ciriNya di dalam jiwa dan roh
kita. Satu-satunya petunjuk yang mempunyai ciri lahiriah dapat kita temukan
dalam Alkitab ialah tatkala Roh Kudus turun ke atas Yesus bagaikan seekor
burung merpati. Alasan mengapa Ia memilih burung merpati sebagai lambang
kehadiranNya disebabkan oleh sifat burung merpati yang lemah lembut. Sifat
lemah lembut Roh Kudus juga dapat dipahami apabila kita menyadari bahwa
satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni adalah dosa melawan Roh Kudus.
Rasul Paulus menyinggung soal sifat Roh Kudus ketika ia menulis kepada
jemaat di Efesus, “Dan janganlah kamu menduakan Roh Kudus Allah, yang
telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” (Efesus 4 : 30) Oleh
karena Roh Kudus menjalankan hidup Kristus di dalam diri orang Kristen, maka
Ia bukan saja dikaitkan dengan iman kita melainkan juga dengan perbuatan
kita melainkan juga dengan perbuatan kita. Lalu Rasul Paulus melanjutkan
gambaran tentang tindakan-tindakan apa yang dapat mendukakan Roh Kudus :
“Segala kepahitan, kegeraman, kemarahans pertikaian dan fitnah hendaklah
dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4 :
31). Di dalam ayat yang ke 32 Rasul Paulus lalu menggambarkan
perbuatan-perbuatan yang menjadi ciri sifat Roh Kudus dan yang menyenangkan
Dia : “Tetapi, hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh
kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu.” Rasul Paulus juga mengungkap bagaimana kita harus hidup
dalam sifat dengar-dengaran demikian rupa sehingga kita tidak memadamkan Roh
Kudus. Yang sangat menarik ialah bahwa sumber kekuatan dinamis dari Tuhan,
yang memiliki kemampuan untuk membentuk bumi dan memindahkan gunung-gunung,
dapat dibatasi oleh sifat tidak taat pada diri orang Kristen.
Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus dengan istilah Roh Kebenaran. Oleh sebab itu
kita mengetahui bahwa Roh Kudus itu penuh dengankebenaran dan bahwa tugasNya
di dalam diri kita merangkum bimbingan dan petunjuk ke dalam segala
kebenaran. Ini merupakan bagian dari sifatNya. Dia juga disebut Roh Hikmat,
Roh Pengertian, Roh Pengetahuan, dan Roh Keadilan. Oleh sebab itu kita akan
diberi petunjuk bila kita menjalin hubungan baik dengan Roh Kudus, yang akan
mengikut sertakan sifat-sifatNya di dalam diri kita. Dan memang benar bahwa
kita akan menjadi seperti oknum dengan siapa kita bersekutu.
Tiga tingkat persekutuan.
Yesus menyatakan kepada kita bahwa Ia akan beserta dengan kita, di dalam
kita, dan di atas kita. Oleh sebab itu terdapat tiga perbedaan tingkat
persekutuan dengan Roh Kudus.
1. Roh Kudus berada beserta dengan kita.
Oleh karena Roh Kudus merupakan
angin Allah, kita harus memahami bagaimana Roh Kudus bertugas sebagai angin
Allah (pneuma).
Dipakai angin sebagai metafora untuk menggambarkan Roh Kudus karena angin
itu dapat dirasakan tetapi tidak kelihatan. Angin juga dapat bersifat penuh
tenaga kekuatan tetapi juga dapat lemah lembut. Angin juga dapat dialami
orang di mana-mana di dunia pada waktu yang sama. Itulah sebabnya Roh Kudus
bekerja sesuai dengan kehendak Allah di mana-mana di dunia. Dengan
mengirimkan Roh Kudus, Yesus dapat mendobrak pembatasan kehadiran pada satu
tempat pada satu saat. Maka dengan pekerjaan Roh Kudus justru Ia dapat
melaksanakan kehendakNya dan kehadiranNya di mana-mana. Kita tidak perlu
mencari-cari Roh Kudus; pada hakikatnya Roh Kuduslah yang mencari kita di
mana-mana.
Oleh karena Roh Kudus dikirim ke dalam dunia dan bukan saja kepada
orang-orang Kristen, kita harus memahami peranan Roh Kudus dalam melakukan
tugasnya terhadap dunia. Yesus berkata, “Dan kalau Ia datang, Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena
mereka tetap tidak percaya kepadaKu; akan kebenaran, karena Aku pergi,kepada
Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa
dunia ini telah dihukum.” (Yohanes 16 : 8 - 11). Oleh karena itu alasan
mengapa kita beroleh pehukuman bagi dosa-dosa kita dan ingin memiliki Yesus
Kristus dalam hidup kita sebagai Juru Selamat pribadi kita, ialah tiada lain
karena Roh Kudus bekerja menyertai kita. Yesus menyatakan kepada
murid-muridNya bahwa Roh Kudus akan menyertai mereka, akan tetapi dengan
kelahiran baru, Roh Kudus akan berdiam di dalam diri mereka. (Yohanes 14 :
17). Namun begitu kita menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat pribadi
kita, kita akan dicuci bersih oleh darahNya dan kita siap sedia untuk
menjadi tempat kediaman Roh Kudus di dalam kita.
2. Roh Kudus di dalam diri kita.
Cara kita dapat merampungkan kehendak Allah ialah karena kuasa
untuk melaksanakan kehendakNya itu berada di dalam diri kita, yakni Roh
Kudus. “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan
kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku
akan mentahirkan kamu; Kamu akan kuberikan hati yang baru, dan roh yang
baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras
dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. RohKu akan Kuberikan diam di dalam
batinmu dan aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan
tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya. Dan kamu akan
diam di dalam negeri yang telah Kubrikan kepada nenek moyangmu dan kamu
akaun menjadi umatKu dan Aku akan menjadi Allahmu.” (Yehezkiel 36 : 25 -
28). Di dalam ayat-ayat Alkitab ini sang nabi mengungkap perjanjian baru
kepada umat Tuhan. Di masa lampau umat Israel telah diberikan hukum Taurat
dan diperintahkan untuk hidup sesuai dengan peraturan-peraturan itu. Akan
tetapi Tuhan akan melakukan sesuatu yang baru. Tuhan akan mencuci mereka
bersih dan menempatkan di antara umatNya hati yang baru, hati yang ingin
melakukan kehendak Allah. Hal ini dapat terlaksana dengan cara menempatkan
Roh Kudus di dalam diri mereka, sehingga Ia dapat menjalankan peri
kehidupanNya melalui diri mereka, Tentu saja, kita sadari bahwa hal ini
telah terlaksana ketika Kristus mengirimkan Roh Kudus kepada
murid-muridNya dan mereka mengalami kelahiran baru.
3. Roh Kudus berada di atas kita.
“Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksiku di Yerusulem dan di seluruh Yudea dari Samaria dan s ampai ujung
bumi (Kisah para Rasul 1 : 8).
Lukas menyatakan kepada kita bahwa Kristus memberi jawaban kepada keinginan
murid-muridNya untuk memiliki kuasa politik dengan cara menyatakan kepada
mereka tentang kuasa yang lebih penting yang akan mereka terima setelah
Pentakosta. Mereka akan menerima kuasa untuk menjadi saksi. Kesaksian mereka
bukan saja terbatas hanya di daerah yang telah mereka kenal baik, akan
tetapi meliputi sampai ke ujung bumi. Kuasa yang baru ini akan mereka
ketahui setelah mereka mengalami Roh Kudus turun ke atas mereka. Janji
tentang kuasa ilahi ini (dunamos) juga disebut pengalaman kepenuhan Roh
Kudus.
Dengan demikran kita mengerti sekarang bahwa Roh Kudus datang kepada kita
dengan tiga taraf yang berbeda. Dia beserta dengan kita (menghakimi dosa);
Dia berada di dalam diri kita (kelahiran baru); dan Dia berada di atas kita
(dalam kepenuhan Roh Kudus).
Dengan mengalami Roh Kudus pada ketiga taraf ini, maka kita bukan saja dapat
menjalin suatu persekutuan erat secara pribadi dengan Roh Kudus, melainkan
juga kita dapat belajar bekerja sama dengan Dia. Apakah kita merasa puas
dengan sekedar suatu pengalaman penghukuman? Tidak! Oleh karena Roh Kudus
adalah suatu oknum, maka Ia pun harus kita hayati melalui pengalaman pribadi.
Yesus berkata baliwa Roh Kudus bukanlah sekedar penghibur sementara,
melainkan Ia akan menyertai kita selamannanya. Oleh sebab itu kita dapat
menggunakan sisa kehidupan Kristen kita bersama dengan oknum ketiga dari
Tritunggal, dan mengalami perubahan hidup menurut citra Yesus. Alkitab
Firman Allah Yang Hidup menyatakan: “Tetapi wajah kita, orang-orang
Kristen, tidak berselubung. ia dapat menjadi cermin yang memantulkan
kemuliaan Tuhan dengan cemerlang. Dan sementara Roh Tuhan bekerja dalam kita,
kita makin menjadi seperti Dia.” (2 Korintus 3 : 18).
Dalam zaman yang penuh teori dan teologi mengenai Tuhan dan kasihNya,
orang-orang dibiarkan saja terlantar duduk di bangku gereja oleh karena
kepada mereka diajarkan hal-hal yang tidak mengandung unsur pengalaman.
Taraf pengalaman ini hanya dapat datang melalui persekutuan dengan Roh
Kudus. Bagaimanakah kita belajar untuk bersekutu dan menjalin hubungan akrab
dengan Roh Kudus? Ada empat langkah yang saya pernah ikuti dalam
memperkembangkan hubungan ini, yang telah mendatangkan perubahan baik dalam
hidupku dan pelayananku.
1. Perkembangan Koinonia (Persekutuan) dengan Roh Kudus.
Dalam menjalin hubungan dengan
seseorang haruslah kita melakukan persekutuan dengannya. Untuk dapat
menjalankan persekutuan dengan orang itu, maka kita harus membagi-bagi
perasaan, pengetahuan atau kehendak bersama melalui pernyataan dalam bentuk
kata-kata. Kita tidak dapat sekadar menyimpan perasaan cinta kasih kita di
dalam pikiran kita, melainkan harus dinyatakan. Apabila kita ingin menjalin
suatu hubungan, dengan Roh. Kudus, kita harus belajar bagaimana mencintai
Dia dan bersyukur kepadaNya! Kita harus belajar Bagaimana berdoa di dalam
Roh; kita harus menyambut baik kehadiranNya dan menunjukkan penghargaan kita
kepadaNya. Tanpa melakukan hal ini kita tidak akan mungkin dapat
memperkembangkan suatu persekutuan. Selama Dia belum kita akui, Dia tidak
akan mendesakkan diriNya ke dalam diri kita oleh karena Dia memiliki sifat
lemah lembut. Memang, Roh Kudus itu memiliki sifat satria.
Gereja Alkitab Perjanjian Baru mempunyai pengalaman dinamis dengan Roh
Kudus. “Pada suatu Wri ketika mereka beribadat kepada Tuhan dan berpuasa,
berkatalah Roh Kudus : “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk
tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” (Kisah para Rasul 13 : 2).
Nampak jelas bahwa Roh Kudus telah diberikan kepercayaan untuk berbicara dan
memanggil manusia untuk bekerja di ladang Tuhan yang baru.
Memang, Roh Kudus, yang merupakan Tuhan segala tuaian, memilih para
hamba-hambaNya untuk bekerja. Itulah sebabnya kita harus menerima Roh Kudus
sebagai Tuhan tuaian kita terunggul di lingkungan sidang jemaat kita dan
memberikan kepadaNya pengakuan yang pantas Ia terima. Sampai saat itu saya
mengakui Roh Kudus hanya sebagai suatu pengalaman, tetapi Tuhan menolak saya
mentah-mentah, oleh karena saya telah meremehkan persekutuan dengan Roh
Kudus. Mulai dari saat itu saya memutuskan untuk menjalin persekutuan erat
dengan Roh Kudus. Sebelum memasuki ruangan kebaktian saya mulai berkata,
“Roh Kudus tercinta, marilah kita pergi dan berkhotbah.” Setelah masuk
dalam kebaktian, saya akan tinggal dalam persekutuan dengan Dia, sampai
saatnya berbicara saya berrkata, “Nah, Roh Kudus, sekarang tiba saat untuk
berkhotbah, marilah kita menyampaikan Firman Tuhan bersama-sama.” Setelah
saya menyampaikan khotbah, saya berkata, “Roh Kudus, Engkau telah
menjalankan tugas dengan baik. Saya merasa beroleh berkat dari firmanMu hari
ini.
Di dalam ruang kantorku, sementara saya mempersiapkan khotbah yang akan saya
sampaikan, dengan perlahan saya berucap, “Roh Kudus tercinta, marilah kita
baca firman yang telah Engkau tulis bersama. Sekarang tolong bukakan mataku
untuk melihat kebenaranMu agar saya dapat mengajar umatMu bagaimana harus
hidup benar.” Sebelum beristirahat saya berkata, “Selamat Malam, Roh
Kudus. Kita telah nenghabiskan waktu yang berharga secara bersama-sama hari
ini.” Hal pertama yang saya lakukan pada waktu saya bangun pagi keesokan
hari ialah berucap, “Selamat Pagi Roh Kudus, bersama-sama kita akan
membawa amanat Yesus Kristus kepada dunia yang terhilang dan sedang sekarat
ini. Engkau tidak pernah gagal. Maka saya pun tidak akan gagal.”
Saya bukan sekadar berpaling kepada Roh Kudus pada saat menghadapi kemelut,
melainkan saya belajar bagaimana berjalan di dalam Roh Kudus sebagai suatu
cara hidup yang wajar.
2. Perkembangan rekanan bersama dengan Roh Kudus.
Kita harus menyadari bahwa kita harus mcnjalin rekanan atau partnership
bersama dengan Roh Kudus. Kita memahami apa arti rekanan dalam dunia
dagang. Apabila dua atau lebih orang bekerja sama membentuk suatu usaha
dagang, mereka harus mempunyai hubungan erat satu dengan yang lain. Bukan
saja mereka menjalin persekutuan, melainkan mereka juga harus terjun
bersama dalam usaha dagang untuk membuat keuntungan. Tidak ada seorang pun
ikut terjun dalam suatu usaha dagang hanya untuk menderita kerugian.
Apabila suatu usaha dagang tidak memperlihatkan gejala keuntungan setelah
melewati suatu masa tertentu, maka usaha itu akan mengalami bangkrut.
Kita pun sedang berkecimpung dalam usaha ladang Tuhan. Kita harus berdaya
upaya untuk membuat keuntungan, bukan dalam bentuk uang, tetapi dalam
bentuk jiwa. Ada banyak gereja di seluruh dunia yang tidak menghasilkan
keuntungan di dalam ladang Tuhan. Banyak gereja hanya sekadar duduk dalam
keadaan hampir hampa dari tahun ke tahun.
Dalam perjalananku baru-baru ini ke Eropa saya sangat terkejut melihat
beberapa katedral yang indah hanya merupakan ruangan yang kosong belaka.
Beberapa di antaranya malahan ada yang dipakai sebagai pabrik dan gudang.
Hatiku terasa hancur tatkala menyaksikan semua ini, gedung-gedung yang
tidak terpakai tetapi dulu pernah dipersembahkan untuk Tuhan. Saya justru
ingin agar beberapa dari gedung semacam itu berada di Korea. Kita akan
memenuhinya dengan umat Kristen.
Alasan mengapa banyak pekerjaan Tuhan memperlihatkan keuntungan kecil atau
tidak ada sama sekali ialah karena terletak pada tatanan partnership (rekanan).
Saya yakin tidak ada taman anggur yang terlampau keras, tidak ada tanah
yang terlampau gersang, tidak ada kawasan yang terlampau sukar bagi Roh
Kudus untuk meraih keberhasilan.
Apabila anda telah menjadi rekanan bersama Roh Kudus, Dia akan
membawa semua kebutuhan keuangan, semua anugerah dan semua, cinta kasih ke
dalam rekanan itu. Sesungguhnya Roh Kudus merupakan rekanan kita tersulung,
sedangkan kita adalah rekanan bungsu. Kewajiban rekanan yang bungsu ialah
mendengar kepada rekanan yang sulung. Rekanan sulung menyusun strategi dan
rekanan bungsu melaksanakannya menjadi kenyataan.
Rasul Paulus merupakan suatu contoh utama. Rasul Paulus dengan bersemangat
ingin menganiaya umat Kristen, dengan keyakinan bahwa mereka merupakan
suatu aliran bidat palsu dari agama Yahudi. Sementara dalam perjalanannya
untuk memenjarakan pengikut-pengikut Yesus Kristus, dia ditangkap oleh
Tuhan. Dia lalu ingin bekerja buat Tuhan. Lukas melaporkan : “Ketika itu
juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa
Yesus adalah Anak Allah.” (Kisah para Rasul 9 : 20).
Akan tetapi bangsa Yahudi berusaha untuk membunuh dia. Maka Rasul Paulus
berselisih paham dengan orang-orang kafir, tetapi mereka juga mencoba
untuk membinasakan dia. Maka sidang jemaat memutuskan untuk mengirimkan
dia kembali ke Tarstis, kota asalnya.
Setelah Rasul Paulus meninggalkan daerah itu, Lukas menyatakan, “Selama
beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam
keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan.
Jumlahya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh
Kudus.” (Kisah para Rasul 9 : 31). Rasul Paulus memiliki keinginan dan
kemampuan. Dia telah terlatih dalam soal-soal keagamaan dan kepintaran
otak. Akan tetapi orang membutuhkan lebih dari itu semua untuk mencapai
sukses, bukan sekadar kemampuan dan latihan. Rasul Paulus harus belajar
untuk terjun dalam rekanan bersama dengan Roh Kudus.
Dalam Kisah para Rasul pasal 16 kita membaca tentang suatu pengalaman
Rasul Paulus yang telah mendatangkan perubahan mutlak dalam kehidupan dan
pelayanannya. Setelah menjalani pelayanan yang sukses ke seluruh Asia
Kecil timbul serentetan masalah yang dapat membuat Rasul Paulus menjadi
putus asa. Namun dari cobaan terhadap imannya, Tuhan memperkembangkan
suatu strategi baru bagi pelayanannya yang pada hakekatnya telah mengubah
jalan sejarah. Barnabas bukan saja menjadi kawan akrab dan rekan terdekat
dalam pelayanan, melainkan dia juga menjadi orang yang menyebabkan Rasul
Paulus dapat diterima oleh rasul-rasul lain Yerusalem. Dia adalah bekas
seorang yang kaya raya, yang telah memberikan segala harta kepada sidang
jemaat dan bersedia mengorbankan segala sesuatu untuk pekerjaan Tuhan.
Keponakan Barnabas, Yohanes Markus, yang kemudian menulis salah satu dari
empat Injil, merasa menyesal menilik kegagalan di masa lampau, ketika dia
menghentikan pelayanan dan meninggalkan rombongan rasul-rasul. Rasul
Paulus tidak mau membawa serta Yohanes Markus dalam perjalanan baru yang
akan meliputi wilayah yang sama seperti sebelumnya, akan tetapi Barnabas
lebih bersikap suka rn maafkan. Ia ingin memberikan kepada pemuda itu
kesempatan baru. Perselisihan pendapat antara Barnabas dengan Rsul Paulus
demikian hcbat sehingga mereka memutuskan untuk berpisah kelompok dan
menempuh jalan sendiri-sendiri.
Rasul Paulus lalu memilih Timotius, yang berdarah setengah Yunani, dan
melanjutkan perjalanan yang dianggap sebagai perjalanan rutin ke
jemaat-jemaat yang sama yang telah berhasil dibangun sebelumnya. Rasul
Paulus telah menggunakan doa dan pengetahuan dalam menyusun rencana
perjalanan, akan tetapi Roh Kudus mempunyai sesuatu rencana yang lebih
besar bagi Paulus dari sekadar apa yang ia rancangkan. Tanpa Paulus
menyadari, Timotius merupakan orang yang tepat bagi pelayanan di hari
kemudian bagi orang-orang kafir. Rasul Paulus mencoba kembali pulang
dengan cara menempuh jalan melalui Asia. Akan tctapi Roh Kudus melarang
dia. Lalu dia memutuskan untuk pergi ke Bitinia, tetapi Roh Kudus berkata,
“Tidak!” Maka Paulus menuju ke kota pesisir pantai yang bernama Troas.
Dia tidak tahu apa yang harus ia perbuat selanjutnya. Lalu Roh Kudus
memperlilhatkan kepadanya suatu penglihatan tentang seorang bangsa Eropa.
yang berseru-seru meminta pertolongan. Apakah Roh Kudus menghendaki mereka
mengabarkan Injil kepada Eropa yang kafir? Jika jawaban adalah ya, maka
merupakun satu perubahan besar dalam strategi rasuli telah terjadi. Namun
ini merupakan bagian dari rencana Allah.
Melalui Eropa Injil telah datang ke benua Amerika. Selanjutnya ke berbagai
bagian dunia lain.
Rasul Paulus belajar bahwa ia harus menyerah dalam hal strategi kepada Roh
Kudus dalam suatu pengaturan rekanan agar ia dapat berhasil baik dalam
ladang Tuhan. Kita juga harus berlatih untuk menunggu Roh Kudus dan
mendengar suaraNya. Oleh karena para rasul pertama belajar rahasia rekanan
dengan Roh Kudus, mereka membangun jemaat dengan berhasil dalam dua abad
pertama. Bagaimanakah anda bisa menyaksikan hidup anda bisa berkembang
dengan sukses? Dengan memperlakukan Roh Kudus sebagai rekanan sulung anda.
3. Sarana transportasi didalam Roh
Kudus.
Sering dikatakan orang bahwa kemajuan peradaban dapat diukur
dengan volume sistem transportasi. Sekarang ini zaman transportasi yang
serba cepat dan padat. NampAknya bumi ini telah menjadi kecil oleh karena
kita sekarang mampu melakukan perjalanan keliling dunia dengan
kecepatan luar biasa dengan menggunakan sarana transportasi yang paling
mutakhir.
Saya menemukan kenyataan bahwa, agar kita bisa memperoleh kehidupan
Kristen yang berhasil, kita harus belajar bagaimana kita memiliki suatu
sarana transportasi atau “bergerak bersama” dengan Roh Kudus Apakah
sistem sarana transportasi Roh Kudus? Roh Kudus mengangkut cinta kasih dan
anugerah Allah kepada kita, lalu membawa permintaan doa kita dan usul
permohonan kebutuhan kita kembali kepada Allah Bapa
“Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah
dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah
emas di hadapan tahta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan
doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.” (Wahyu
8 : 3, 4).
Terdapat banyak rintangan bagi kita untuk memperoleh jawaban terhadap doa
kita. Daniel menemukan kenyataan “Bahwa doa dapat terhalang oleh
kekuatan roh jahat yang nenentang Allah. Akan tetapi cara untuk menjadikan
doa kita naik ke hadirat Allah dengan cepat tanpa mengenal suaturintangan
ialah dengan cara diurapi oleh Roh Kudus. Tanpa urapan ini doa kita dapat
terhalang, namur tidak ada suatu apa pun yang dapat merintangi sistem
transportasi Roh Kudus.
“Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan
di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
(Roma 5 : 5). Mengapa kita tidak mengalami kekecewaan apabila harapan kita
berada di dalam Tuhan? Oleh karena sistem transportasi Roh Kudus yang
membawa cinta kasih Allah dan memenuhi hati kita dengan cinta kasih.
4. Kesatuan Roh Kudus.
Kita dipersatukan dengan Roh Kudus apabila kita menerima Yesus
Kristus sebagai Juru Selamat pribadi kita; oleh sebab itu kita tidak dapat
lagi menganggap diri kita sebagai perorangan yang terpisah dari Roh Kudus.
Kita harus menyadari bahwa Roh Kudus adalah bagian yang akrab dengan kita,
dan bahwa kita adalah satu dengan Dia. Saya ingin membayangkan hubungan
kita dengan Roh Kudus menurut istilah praktis manusia biasa: pada
hakekatnya kita hidup dengan Roh Kudus, tidur bersama-sama bangun bersama-sama,
makan bersama-sama, melakukan pekerjaan kita bersama-sama, dan berdoa
bersama-sama.
Apabila kita tidak mempertahankan kesadaran tentang kebersamaan kita
dengan Roh Kudus, maka pekerjaan kita akan hampa dan tidak berhasil. Kita
harus ingat bahwa apa pun yang kita kerjakan, Tuhan mengukur pekerjaan
kita yang kita lakukan untuk Dia dengan takaran kualitatif dan bukannya
kuantitatif. Buah-buah perbuatan kehendak daging kita tidak dapat diterima
di dalam kerajaan sorga. Hanya pekerjaan yang diperbuat oleh kuasa Roh
Kudus yang dapat diterima dalam kerajaan Allah. Oleh karena itu kita harus
memiliki kesatuan dengan Roh Kudus. Apabila kita ingin buah-buah kita
dapat dipertahankan, atau dapat berlangsung langgeng, kita tidak boleh
lupa bahwa hasil itu hendaklah merupakan buah-buah Roh Kudus.
Sekarang setelah kita mempelajari fakta penting bagaimana cara kita hidup
dengan Roh Kudus, kita dapat belajar bagaimana menggunakan prinsip
inkubasi.
Inkubasi.
Apabila kita membaca kitab Kejadian, kita
menemukan suatu ayat yang menarik sekali. Kejadian 1 : 2 berkata, “Bumi
belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh
Allah melayang-layang di atas permukaan air.”
Ketika bumi seluruh bumi berada dalam keadaan kacau balau. Roh Allah
melayang-layang diatas permukaan air. Perkataan “melayang-layang diatas
permukaan air” pada hakekatnya berarti Roh Allah sedang
“mengipas-ngipaskan sayap” di atas permukaan air, atau Roh Kudus
sedang melakukan “pengeraman” di atas permukaan air. Perkataan lain
dengan pengertian yang sama ialah perkataan “menetas”. Seluruh bumi
sebelumnya berada dalam keadaan kacau balau, lalu dierami oleh Roh Kudus.
Lalu perkataan ciptaan pun diberikan dan suatu dunia baru timbul menjadi
suatu kenyataan.
Untuk memperoleh kehidupan kreafif penuh kemenangan kita harus belajar
prinsip inkubasi. Untuk dapat mengerti prinsip ini, kita dapat melihat
pada suatu contoh yang sangat sederhana tentang ayam dan telur. Saya tidak
menaruh minat terhadap pertanyaan mengandung teka-teki, yang manakah lahir
lebih dulu, ayam atau telur. Tidak. Saya hanya ingin menekankan pada
kenyataan yang tidak dapat disangkal, bahwa untuk dapat memperoleh lebih
banyak jumlah ayam, kita harus memiliki telur. Apabila seekor induk ayam
bertelur, ia harus duduk di atas telur, atau mengerami telur sehingga
telur itu menetas dan berubah menjadi anak-anak ayam.
Dalam Ibrani 11 : 1 kita melihat bagaimana Roh Kudus menggunakan kerjasama
dengan kita untuk menghasilkan iman. “Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dau bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat.” Ada terdapat empat titik persoalan utama yang dapat kita
pelajari untuk membantu kita mengikuti teladan Roh Kudus dalam inkubasi.
Apabila kita mempelajari titik persoalan ini, hidup kita akan mengalami
perubahan mutlak. Kita akan menjadi lebih kreatif dan imaginatif.
1. Agar kita dapat mengalami inkubasi, kita harus memiki sasaran
yang jelas. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu.” Dalam
ayat ini, “segala sesuatu” adalah sama dengan telur yang sudah kita
sebutkan sebelumnya. Aritinya tidak bisa melakukan inkubasi tanpa memiliki
sesuatu yang anda lihat menjadi kenyataan. Anda harus mempunyai gagasan
yang jelas dalarm pikiran anda sebagai sasaran yang anda tempatkan di
depan mata anda. Gagasan ini hendaklah satu dengan apa yang telah
ditempatkan Roh Kudus didalam pikiran anda. “Telur” (sesuatu) ini
harus memenuhi hati anda dan daya pikir anda. Hati anda harus dipenuhi
dengan keinginan itu; Roh Kudus akan menjawab kita berdasarkan keinginan
hati kita.
Tak bedanya seperti kita berada di dalam Kristus, sebelum dunia ini
diciptakan, Tuhan mempunyai tujuan yang jelas mengapa Dia menghendaki Roh
Kudus melakukan inkubasi tcrhadap dunia ini. Tuhan mcnghenduki kita
mendiami planet ini dan mengisinya. Ia menghendaki umat manusia memuliakan
Dia. Ia menghendaki bumi ini menjadi tempat di mana Ia dapat mengutus
AnakNya untuk menebus bukan saja umat manusia, tetapi juga seluruh
ciptaanNya. Bumi ini harus menjadi gelanggang pusat kegiatan pekerjaan
kuasa Allah dan membawa kemuliaanNya bagi semua mahluk.
Izinkanlah saya mengajukan pertanyaan kepada Saudara Pembaca, suatu
pertanyaan pribadi saat ini. Apakah keinginan hati anda sekarang ini?
Apakah anda menginginkan salah seorang anggota keluarga anda datang kepada
Kristus?
Maka saya perlu bertanya lebih lanjut, sampai berapa besarkah keinginan
anda? Apakah anda sampai mencucurkan air mata memikirkan anak laki-laki
atau puteri anda agar menerima Kristus sebagai Juru Selamat? Pernahkah
anda membayangkan anak anda memiliki kerinduan besar memperoleh-kasih
Allah, sehingga ia memenangkan orang lain juga bagi Kristus?
Apabila jawaban terhadap pertanyaan ini adalah ya, maka keinginan itu
telah ditaruh di hati anda oleh Roh Kudus. Keinginan itu adalah seperti
telur, yang siap untuk dierami. Tentu saja contoh ini berlaku juga bagi
setiap keinginan lain yang ditempatkan oleh Roh Kudus di dalam diri kita.
Yesus berkata, “Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini
(suatu sasaran yang jelas ditentukan – bukan setiap gunung, melainkan
gunung ini!) : Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak
bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan
terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata
kepadamu : apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu
telah menerimanya maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (Markus l l :
23 – 24).
Oleh sebab itu kita harus mempunyai sasaran yang jelas apabila kita
berdoa, atau bila kita ingin inkubasi. Tanpa sasaran ini doa kita tidak
mempunyai tujuan sedangkan renungan dalam hati kita akan melantur ke
mana-mana.
Saya telah mempelajari prinsip ini sejak awal kehidupan pelayanan saya.
Saya tinggal pada salah satu daerah termiskin di Korea. Saya berpuasa dan
berdoa, bukan karena rohani yang mendalam, melainkan karena saya tidak
mempuyai sesuatu apa pun lagi untuk dimakan. Sebagai seorang bujangan
waktu itu saya tinggal dalam sebuah kamar yang sempit. Ruang kamar itu
begitu dingin pada musim dingin hringga saya harus membungkus tubuhku
dengan selimut untuk dapat bertahan hidup. Namun orang-orang telah
menerima keselamatan di dalam gereja kami yang kccil.
Dalam kamarku yang kecil, yang saya miliki hanyalah lantai yang polos.
Saya tidak punya meja tulis, juga tidak punya kursi atau kendaraan apa
pun. Lalu saya mulai berdoa meminta meja tulis, sebuah kursi dan sebuah
sepeda. Ketika mula-mula meminta ketiga benda ini kepada Tuhan, saya
langsung membayangkan ada seorang yang membuka pintu rumah saya dan
memberikan kepada saya ketiga benda yang saya pesan. Beberapa bulan telah
berlalu masih tidak ada sesuatu apa pun terjadi. Pada waktu itu saya
merasa putus asa dan berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan, Engkau tahu betapa
miskin kami ini. Saya telah menyatakan kepada sidang jemaat bahwa mereka
boleh menaruh harap kepadaMu untuk memberikan kebutuhan mereka. Sekarang
apa yang saya mintakan kepadaMu ialah agar Engkau memberikan kepadaku
ketiga benda yang saya sungguh perlukan. Saya telah meminta berkali-kali,
namun Engkau belum juga memberikan sesuatu kepadaku. Mungkin makan waktu
lama bagiMu untuk memberi jawaban kepadaku, karena memang waktu bukan
masalah bagiMu. Akan tetapi apabila Engkau menanti sampai saya mati, maka
saya sudah tidak memerlukan lagi sebuah kursi, meja dan sepeda.”
Dalam keadaan putus asa saya mulai menangis. Lalu damai dari Allah turun
ke atasku. (Setiap kali saya merasakan kehadiranNya, saya tahu bahwa Tuhan
berusaha untuk berbicara ke dalam hatiku). Saya menjadi diam dan mulai
mendengarkan. Ketika saya menenteramkan perasaanku dan membuka telinga
rohaniku, saya mendengar suara Tuhan yang halus dan lembut : “AnakKu,
Aku mendengar doamu ketika kau untuk pertama kali mengajukan dalam doamu
empat bulan lalu.
“Lalu mana jawaban bagiku?” teriakku mendesak. “Kesulitan padamu,
anakKu, ialah kau melakukan apa yang banyak dilakukan sekian anak-anakKu
yang lain. Ketika kau mengajukan permintaanmu, bentuknya begitu
samar-samar sehingga Aku tidak dapat menjawab. Tidakkah kau sadari bahwa
ada berlusin-lusin kursi, banyak macam meja tulis terbuat dari berbagai
jenis kayu, dan banyak ragam dan merek sepeda? Mengapa kau tidak bersikap
lebih khusus merincinya?”
Inilah titik balik dalam kehidupanku. Sekarang saya punya kunci untuk
memperoleh jawaban terhadap permintaan doaku. Saya lalu mulai bertanya
dalam hatiku, “Mengapa para mahaguru di Sekolah Tinggi Teologia tidak
pernah mengajarkan kepadaku bagaimana cara berdoa yang efektif?” Lalu
saya berpikir, “Mungkin mereka sendiri tidak mengetahui prinsip ini.”
“Nah, sekarang apakah yang akan saya ajukan secara khusus terinci?”
tanyaku kepada diri sendiri. Lalu saya berdoa. Bapa yang di surga, saya
ingin punya sebuah meja tulis terbuat dari kayu mahoni asal Filipina.
Ukuran meja harus cukup besar bagiku untuk meletakkan semua buku-buku
pelajaran bersama dengan Alkitabku. Sehubungan dengan kursi yang saya
minta, saya ingin kursi dengan kerangka baja, sehingga cukup kuat dan
sekaligus mempunyai roda pada bagian bawahnya supaya saya dapat
berputar-putar bagaikan seorang majikan perusahaan besar.” Saya
tersenyum membayangkan diriku berputar-putar atas kursi semacam itu dalam
ruangan sempit semacam yang saya tempati sekarang ini.
Ketika tiba giliran pertanyaan tentang sepedaku, saya memberikan bayangan
terperinci lagi dan berkata. “Bapa, sepeda itu haruslah buatan Amerika
Serikat.” Waktu itu ada sepeda buatan Jerman, sepeda Jepang, dan sepeda
buatan Korea. Akan tetapi saya tahu bahwa bikinan U.S.A. adalah yang
paling kuat. Namun ini pun harus memakan keyakinan lebih mantap, karena
produksi Amerika sangat mahal harganya dan jarang terdapat di Korea pada
waktu itu.
Ketika saya bangun keesokan pagi saya tidak merasa sarapan yang luar
biasa. Hatiku tidak sama lagi dengan keadaan pada malam tadi Tuhan
berbicara kepadaku. Menurut kenyataan saya masih sedang bergumul dengan
rasa kecewa. Betapa mudah bagi kita percaya kepada Tuhan apabila
keIradiranNya dapat kita rasakan. Akan tetapi bila kita kembali ke alam
yang wajar, tingkat keyakinan kita merosot, sehingga sukar bagi kita untuk
berpegang teguh kepada janji yang telah kita terima pada saat iman kita
masih tinggi tarafnya. Inilah saat bagi kita untuk menyadari bahwa kita
tidak berdiri atas perjanjian yang dibuat bagi kita di dalam doa,
melainkan kita harus berdiri teguh di atas Firman Tuhan yang tercantum
dalam Alkitab. Saya kemudian membuka Alkitabku dan mataku tertuju pada
Roma 4 : 17, “...Allah yang menghidupkan orang mati dan yang
menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada.”
“Pengakuanku sangat penting. Apabila Tuhan menciptakan segala perkara
dari yang tidak ada menjadi ada, mengapa saya tidak dapat berbuat hal yang
sama? Tetapi Tuhan menjadikan kita dengan firmanNya sempurna di dalam
Kristus, sekalipun bila kita menilik diri kita sendiri atau menengok
kepada satu sama lain nampak kita masih belum sempurna. Mengapa Tuhan
dapat menjadikan dengan firmanNya kita sempurna kalau kita tidak merasa
sempurna, nampak tidak sempurna atau bertindak dengan cara yang tidak
sempurna? Oleh karena Tuhan melihat kita di dalam Kristus. Ia tidak
memendang kita sebagaimana keadaan kita sesungguhnya, melainkan Ia menilai
diri kita sesuai dengan keadaan kita yang seharusnya. Tuhan mempraktekkan
suatu prinsip yang harus kita ikuti. Ia tidak melihat kepada keadaan
sekarang, melainkan Ia melihat penyelesaiannya sejak dari awal dan
berbicara seolah-olah semua yang sedang Ia kerjakan telah rampung.
Saya pelajari bahwa sekali saya telah berdoa dengan gambaran jelas terinci
khusus dan menerima jaminan bahwa doa saya telah didengar, saya sudah
harus membayangkan jawaban itu dan mulai berbicara seakan-akan jawaban
sudah terjadi.
Selama berlangsung kebaktian, saya mengemukakan pengalaman saya dan mulai
menceritakan kepada jemaat tentang kursi, meja dan sepedaku yang baru.
Karena mengetahui betapa miskin kami ini, banyak anggota sidang jemaat
terheran-heran bagaimana saya bisa memperoleh harta milik begitu mahal.
Tiga di antara kaum muda minta apakah mereka boleh datang ke rumahku dan
melihat ketiga benda yang Tuhan telah berikan kepadaku. Kemudian jantung
saya terhenti berdetak.
“Aduhai! Apakah yang harus saya lakukan, Tuhan?” pikirku. “Apabila
mereka datang berkunjung ke kamarku dan melihat dalam keadaan kosong
seperti juga kemarin, mereka akan kehilangan kepercayaan mereka terhadap
kata-kataku dan saya boleh bebenah barang-barang dan minggat dari kota
itu. Tidak ada seorang pun lagi yang mau percaya padaku.”
Ketika pemuda-pemuda itu datang berkunjung, mereka perhatikan bahwa
satu-satunya yang saya punyai hanyalah kasur kecil yang terkapar di lantai
tempat saya tidur. Lalu mereka bertanya, “Bapak Pendeta, di mana meja
tulis, kursi dan sepeda buatan Amerika?”
Namun saya menjawab dengan nada bernubuat kepada mereka dengan bertanya :
“Ketika kalian berada dalam rahim, apakah kalian sudah ada?”
Pertanyaan ini saya lancarkan dengan keyakinan penuh.
“Ya,” jawab mereka.
“Dapatkah seseorang melihat kamu’?” saya teruskan. “Tidak
kelihatan,” mereka menjawab.
“Kalau begitu kalian pun tidak kelihatan,” saya membuat pernyataan
penuh keyakinan, sambil menyadari bahwa mereka sudah dapat menangkap apa
yang saya maksudkan. Tadi malam ketika saya sedang berhubungan dengan Roh
Kudus saya membayangkan kursi, meja tulis dan sepeda. Barang-barang itu
belum nampak, tetapi sudah ada. Sama dengan kalian yang belum kelihatan,
menunggu sampai kamu dilahirkan dulu. Kalian tahu, sekarang saya sedang
Hamil mengandung ketiga barang tersebut. Saya sedang memanggil benda-benda
itu yang Tuhan sudah ungkapkan kepadaku bahwa saya telah menerima
(meskipun barang-barang belum kelihatan) seolah-olah barang-barang itu
telah nampak dengan nyata,” saya memberikan pernyataan, tidak menyangka
mereka akan memberikan reaksi.
Dengan pernyataan itu mereka mulai tertawa dan berkata. Bapak Pendeta,
anda manusia laki-laki pertama dalam sejarah yang pernah menjadi hamil.”
Bahkan lebih buruk lagi. Berita ini tersebar luas di dalam kota.
Orang-orang datang ke gereja saya ingin melihat laki-laki pertama dalam
sejarah yang menjadi hamil. Mereka datang dan menatap kepada perutku.
Badan saya tinggi dan kurus, maka saya lebih lagi menjadi bahan tertawaan.
Bapak Pendeta, lihatlah betapa besar badan anda nampak kini. Bilamana anda
akan melahirkan?” sekelompok anak-anak muda mengejek saya dari luar
gedung gereja pada suatu hari Minggu sore. Saya tidak senang diejek atau
mengejek akan tetapi saya tahu dalam hatiku saya telah menemukan suatu
prinsip rohani yang penting, yang ditujukan untuk menjadi suatu berkat
besar dalam pelayananku dalam bulan-bulan mendatang.
Setelah beberapa bulan berlalu saya menerima ketiga benda itu, tepat
seperti yang saya mintakan. Kepadaku diberikan sebuah meja tulis dari
bahan kayu mahoni asal Filipina, sebuah kursi Mitsubishi dengan roda-roda
kecil pad bagian bawahnya, dan seorang misionaris Amerika mennghadiahkan
kepadaku sebuah sepeda buatan Amerika, yang belum lama dipakai oleh anak
laki-lakinya. Mulai dari saat itu sampai sekarang, saya tidak pernah
berdoa dengan istilah-istilah yang kabur. Saya berdoa dengan ketetapan
khusus dan mengharapkan Tuhan menjawab saya dengan cara yang sama. Dan
Tuhan melakukan hal itu!
2. Kita harus tahu bagaimana membayangkan hasil akhir dan sasaran
kita. Sama hal dengan seekor induk ayam membayangkan anak ayam
keluar dari dalam telur, maka kita pun harus dengan jelas membayangkan
hasil terakhir dari sasaran kita di dalam penglihatan maupun di dalam
impian kita.
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.” Apabila
kita mengharapkan sesuatu benda tertentu maka kita hanya dapat
membayangkan dengan jelas dalam penglihatan kita atau mengimpikan apa yang
kita harapkun Apabila kita tidak membayangkan dengan jelas dalam diri kita
dengan tepat apa yang kita harapkan, ia tidak akui mungkin menjadi suatu
kenyataan bagi kita. Hal ini disebabkan kita sendiri tidak tahu apakah
sebenarnya yang kita inginkan Tuhan harus perbuat untuk kita. Hal-hal yang
kita sangat harapkan hanya dapat kita miliki kalau kita membayangkannya
dengan jelas dalam hati dan pikiran kita. Apabila hsl itu telah
menjadi jelas dalam pikiran kita, hasrat yang dalam agar Tuhan memberikan
permintaan kita kini menjadi jelas pula dalam hati maupun dalam prmintaan
doa. Kita akan selalu bermimpi tentang hal itu siang maupun malam pada
waktu kita berdoa maupun kita sedang melakukan pekerjaan kita. Tanpa
membayangkan permintaan dengan jelas kita tidak dapat menempatkan hal itu
ke dalam alam dunia “yang kita harapkan”.
Roma 4 : 17 berkata, “Allah yang menghidupkan orang mati dan yang
menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada.” Oleh karena
janji Allah benar, maka semua hal yang “diharapkan akan terjadi” dapat
merupakan satu kenyataan dalam rencanaNya bagi anak-anak Tuhan. Langkah
berikut bagi anak-anakNya ialah melakukan inkubasi terhadap ha1-hal
“yang diharapkan” di dalam penglihatan maupun impian. Bagaimana?
Tempatkanlah dengan tegas apa yang diharapkan di dalam hati anda,
yang ditaruh deh Roh Kudus di sana dalam suatu taraf yang sempurna,
seakan-akan Ia telah berlangsung dan jawaban telah berakhir bayangkan hal
itu sebagai sesuatu yang telah “rampung”. Bersyukurlah kepada Tuhan
atas kemenangan keseluruhan sebagai suatu yang “lengkap”. Apabila anda
membayangkan hal ini dalam permintaan doa dan menerapkan ayat Roma 4 : 17,
iman anda akan tumbuh dan percaya kepada Tuhan sepanjang jalan menuju
kenyataan terakhir dari apa yang anda impikan atau bayangkan! Tuhan ialah
Allah yang baik. Bukankah Dia telah berjanji dan bukankah Dia akan
memberikan yang baik bagi kita? Percayalah kepada Tuhan. Beraikanlah diri
anda untuk percaya!
Bagaimana kalau kita tidak membayangkan jawaban terhadap permintaan doa
kita? Apabila kita tidak melakukan, mungkin kita tidak mengetahui
kepenuhan rasa girang pada saat Tuhan menjawab doa kita, oleh karena kita
tidak mengetahui apakah hal itu merupakan jawaban langsung atau tidak
terhadap permintaan doa kita. Kita harus belajar bagaimana menggunakan
bayangan dan impian kita. Kita boleh mulai belajar bagaimana menggunakan
iman kita untuk membayangkan dan mengimpikan jawaban dalam bentuk yang
lengkap, pada saat kita maju menyampaikan permintaan yoada Tuhan. Kita
harus selalu berusaha membayangkan hasil terakhir dari apa yang kita
doakan. Dengan cara ini, dengan bantuan kuasa Roh Kudus, kita dapat
menjalankan inkubasi terhadap apa yang kita inginkan Tuhan perbuat bagi
kita.
Kita lihat banyak pengalaman semacam ini dalam Alkitab Perjanjian Lama.
Tuhan menggunakan proses visualisasi ini terhadap situasi untuk menolong
Abraham. Abraham berusia sembilan puluh sembilan tahun, dan Sara isterinya
berusia sembilan puluh tahun. Tuhan ingin menganugerahkan kepada mereka
seorang anak laki-laki, akan tetapi oleh karena usia mereka sudah lanjut,
mereka sangat meragukan hal itu bisa terjadi. Pada tengah malam Tuhan
memanggil Abraham keluar dari dalam tenda dan meminta kepadanya untuk
menghitung bintang-bintang di langit. Sementara ia menghitung
bintang-bintang di langit, jumlahnya menjadi terlampau banyak bagi dia.
Lalu Tuhan berkata, “Anak cucumu akan menjadi banyak jumlahnya seperti
bintang-bintang di langit.” Dengan bayangan pikiran itu (membayangkan
bintang-bintang sebagai wajah anak-cucunya), Abraham dapat melihat wajah
anak-cucunya di kegelapan langit pada malam hari! Dengan membayangkan
jalan pikiran seperti itu Abraham dapat nampak anak-cucunya dalam bayangan
dan impian dan menuliki anak-anak itu sebagai hal yang nyata sekarang
dalam hatinya sendiri. Dan melalui pembayangan dalam jalan pikiran itu ia
dapat melakukan inkubasi terhadap anak-cucunya dan melemparkan jauh-jauh
keragu-raguan dari dalam hatinya.
Kita menyaksikan hal yang sama terjadi dalam Alkitab Perjanjian Lama di
banyak tempat. Begitu pula dalam Alkitab Perjanjian Baru. Akan tetapi yang
terpenting dalam hal ini ialah bahwa kita harus mengetahui betapa penting
peranan visualisasi.
Dalam pelayanan pribadiku pada tahun 1958, ketika saya keluar dari daerah
gembel di Seoul untuk memulai sebuah gereja besar, bukanlah merupakan satu
hal yang mudah. Saya memasang sebuah tenda tua bekas milik marinir Amerika
dengan menggelarkan beberapa lembar tikar sekeliling lantai sebagai tempat
duduk bagi sidang jemaat. Saya mulai memberitakan Injil. Sangat sedikit
sekali orang datang untuk mendegar saya berkhotbah dan saya merasa sangat
kecewa. Akan tetapi tatkala saya berdoa waktu itu tiba-tiba rohku terasa
terangkat dan saya dapat melihat dalam bayangan penglihatan dan impian
bahwa Tuhan akan berbuat sesuatu bagi sidang jemaat kami yang kecil. Saya
membayangkan tiga ribu anggota. Saya dapat melihat dengan jelas wajah
mereka dalam pikiranku. Saya dapat nampak sasaran tiga ribu orang dalam
penglihatan dan impian saya. Saya dapat menbayangkan dengan jelas wajah
mereka. Saya akhirnya betul-betul gandrung akan bayangan dan impian itu,
sehingga saya hidup dan bertindak seolah-olah saya telah menerima sekian
banyak orang bertobat untuk saya layani. Setiap minggu saya berkhotbah
seperti itu dan bertindak seperti itu! Menjelang tahun 1964 gereja saya
telah memiliki tiga ribu anggota!
Apabila anda memiliki bayangan dan impian semacam itu, maka bayangan dan
impian itu akan menimbulkan hasrat yang kuat bagi anda untuk
menyaksikannya menjadi kenyataan! Anda tahu, untuk mencapai pelayanan yang
sukses anda memerlukan hasrat yang penuh kuasa semacam ini. Anda hanya
dapat memiliki hasrat yang kuat semacam ini timbul di dalam diri anda
melalui bayangan dan impian yang jelas. Tuhan juga memberikan reaksi
terhadap impian anda. Mazmur 37 : 4 berkata, “Bergembiralah karena
Tuhan; maka akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
3. Setelah anda membayangkan anda harus berdoa dengan
sungguh-sungguh untuk memperoleh apa yang diminta. Iman adalah
“segala sesuatu”. Untuk membuat iman menjadi kenyataan kita harus
memiliki jaminan dalam hati kita. “Segala sesuatu” dalam bahasa Yunani
ialah nupostasis atau “tindakan utama” Sebagaimana anda memiliki
sesuatu benda sehingga anda pun dapat melakukan “tindakan utama”
dengan benda itu, maka anda harus memiliki jaminan, keyakinan dalam hati
anda yang dapat membuang segala keraguan terhadap tercapai sasaran dan
bayangan yang anda sudah inkubasikan. Jadi, kalau anda punya sasaran yang
gamblang dan menempatkan sasaran itu dalam bayangan dan impian anda,
berdoalah sampai iman anda bangkit menjadi “tindakan utania”. Kadang
kadang makan waktu sedikit untuk mendatangkan jaminan keyakinan.
Kadang-kadang makan waktu lama untuk berdoa dengan tekun. Apabila Tuhan
naemberikan jaminan tiba-tiba dalam roh anda, anda akan menyadari bahwa
anda memiliki hasrat dan persoalannya hanya tinggaal waktu saja sampai
tiba saat anda menyaksikan kenyataan! Ini merupakan suatu hasil luar
biasa!
Tuhan menghendaki kita bersifat gamblang dan terinci khusus dalam
permintaan doa kita. Yesus inelewati kota Yerikho dalam perjalananNya ke
Yerusalem, demikian kita baca dalam Injil Markus. Di tepi jalan ada
seorang pengemis bernama Bartimeus, yang sama sekali buta. Dia berseru
kepada Yesus : “Yesus, Anak Daud, kasihanilah saya!” Orang-orang lain
menegur dia supaya diam, namun ia tetap berteriak lebih keras lagi. Yesus
menyapa dia dari antara orang yang banyak dan bertanya, “Apakah yang kau
kehendaki Aku perbuat bagimu?” Yesus melihat bahwa dia seorang buta.
Namun Yesus ingin agar dia mengajukan permohonan secara gamblang terinci
khusus. Ketika Bartimeus meminta kepada Tuhan agar memulihkan penglihatan
matanya, Tuhan menyembuhkan dia.
Saya pernah menginjil ke sebuah negara asing. Pendeta setempat meminta
kepadaku apakah saya setuju untuk berdoa bagi seorang wanita anggota
gereja dia. Wanita itu cantik, berusia lebih dari tiga puluh talmn, tetapi
tidak pernah menikah.
“Apakah yang anda inginkan saya harus doakan?” tanyaku kepadanya.
“Saya ingin beroleh seorang suami,” jawabnya dengan sedikit malu-malu.
“Suami yang bagaimana anda inginkan? Ada banyak sekali macam
laki-laki,” jawabku kepadanya.
“‘Terserah, saya terima laki-laki yang mana saja yang Tuhan ingin
berikan kepadaku,” ia menjawab.
Saya katakan kepadanya Tuhan tidak akan memberi jawaban terhadap
permintaan yang serba kabur. Dia telah berdoa bertahun-tahun lamanya untuk
mendapatkan seorang suami tetapi doanya tidak pernah terkabul, karena
Tuhan ingin memberikan kepadanya seorang suami yang sesuai dengan
kehendaknya, bukan sekadar seorang laki-laki.
Saya minta dia duduk. Saya berikan kepadanya sehelai kertas dan sebuah
pena. Saya minta dia menulis angka 1 sampai 10. Dia lakukan hal itu.
“Saya ingin mengajukan kepada anda sepuluh pertanyaan tentang pria yang
anda inginkan. Saya ingin anda menulis setiap jawaban di belakang tiap
nomor,” saya melanjutkan. “Nomor satu : Apakah pria yang anda
cita-citakan itu berkebangsaan Eropa, Asia, atau Afrika?” tanyaku.
“Berkebangsaan Eropa,” dia menjawab.
“Pertanyaan nomor dua : Berapakah tinggi calon suami anda?”
“Enam kaki.”
“Pertanyaan nomor tiga : Apakah pekerjaannya?” “Guru.”
“Pertanyaan nomor empat : Apakah kegemaran utamanya?”
“Bermain musik,” jawab wanita itu.
Kami meneruskan pertanyaan sampai dia menulis semua jawaban terhadap
sepuluh pertanyaan yang menggambarkan ciri laki-laki yang Tuhan ingin
berikan kepadanya untuk jadi suami. Saya katakan kepadanya agar ia bawa
pulang kertas itu, gantungkan dekat cermin kaca dan pandanglah setiap
hari. Itu pun dia kerjakan.
Setiap hari, apabila ia berdoa, dia berdoa secara khusus terinci tentang
laki-laki yang satu ini. Dia membayangkan pria itu dalam pikiran sampai
menjadi hasrat yang kuat dalam imannya. Dia yakin bahwa Tuhan akan
memberikan pria itu kepadanya. Satu tahun kemudian ketika saya lewat di
kota yang sama saya menelpon pendetanya.
“Dr. Cho, silakan anda mampir makan siang di rumah saya hari ini,”
pendeta itu mengundang. Ketika saya tiba di sana yang pertama sekali
pendeta ceritakan ialah, “Wanita itu telah menikah! Dia telah
menikah!” “Siapa yang telah menikah?” tanyaku.
“Perawan tua yang anda doakan itu,” jawab pendeta melanjutkan.
Selebihnya pendeta itu bertutur tentang kisah sebagai berikut :
Seorang guru berkebangsaan Amerika mengajar pada sebuah sekolah menengah
atas. Ia datang berkunjung ke gereja dan menyanyi dalam kebaktian selama
berlangsung serentetan kebaktian istimewa. Laki-laki itu bertubuh tinggi,
semampai dan tampan. Semua gadis-gadis nampak sangat tertarik kepadanya.
Tetapi laki-laki itu kelihatan sedikit pun tidak menaruh perhatian. Namun,
ketika wanita perawan tua yang telah saya doakan datang, laki-laki itu
segera menaruh minat terhadap dirinya. Mereka berdua pergi keluar
makan-makan bersama di restoran dan menjelang akhir minggu laki-laki itu
sudah mengajukan lamaran. Tidak ada seorang pun yang berbicara tentang
sepuluh jawaban yang tercantum dalam daftar tergantung pada dinding dekat
cermin. Tetapi ketika wanita itu melihat laki-laki idaman dan mempelajari
sifatnya, dia mengetahui bahwa inilah jawaban Tuhan terhadap permintaan
doanya.
Yang sangat menarik ialah bahwa saya menerima surat dari seorang gadis
Jepang yang belum menikah. Dia memberi kisah ini dan mulai menjalankan doa
khusus terinci untuk calon suami. Dia menempatkan sepuluh ciri yang dia
idamkan dalam sebuah daftar pada dinding kamarnya dan dalam beberapa bulan
saja dia telah jatuh cinta dan menikah. Dia menulis kepadaku bahwa Tuhan
telah memberi jawaban terhadap doanya ketika dia mengajukan permintaan
yang khusus terinci, dan membayangkan dalam pikiran jawaban yang dia
perlukan.
Ini bukan merupakan jaminan bagi semua wanita yang belum kawin di seluruh
dunia. Namun kisah-kisah tentang orang-orang yang saya sebutkan di atas
memberikan arti penting terhadap hasil doa dari Tuhan dengan sasaran yang
gamblang, lalu membayangkan jawaban dari Tuhan, sekali pun sebelum hasil
datang.
4. Untuk mendapatkan inkubasi yang berhasil, anda harus melepaskan
kuasa iman anda melalui pengakuan mulut anda. Dalam kitab
Kejadian dinyatakan, ketika Roh Allah melayang-layang di atas bumi yang
dalam keadaan kacau balau, lalu firman Tuhan pun dilepaskan. Tepat seperti
peristiwa ini. Apabila anda telah memiliki substansi, apabila iman anda
menjadi siap untuk melakukan tindakan utama, maka anda harus melepaskan
tindakan utama melalui mulut anda. Anda harus mengeluarkan pengakuan bahwa
apa yang anda inginkan ialah sama dengan apa yang iman anda telah yakini!
Dengan pengakuan anda dapat mencapai banyak hal agar terjadi. Mengenai
keselamatan, Alkitab dengan jelas menyatakan, dalam Roma 10 : 9 – 10
,”Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya
dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Juga di dalam Markus 11 : 23 – 24 dikatakan, “Sesungguhnya barang
siapa berkata kepada gunung ini : Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam
laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang
dikatakannya itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu :
apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah
menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”
Hanya melalui pengakuan mulut kuasa iman dapat dilepaskan untuk
memungkinkan sejumlah hal bisa terjadi. Seperti kita lihat, anda harus
mempunyai masa inkubasi tertentu dengan Roh Kudus. Tanpa menjalankan
inkubasi tidak mumgkin mengharapkan hal-hal besar bisa terlaksana di dalam
hidup kita. Banyak orang mengabaikan bagian tehnis permintaan doa ini
dalam kehidupan mereka, dan banyak pula yang lain tidak mengetahui sama
sekali. “...apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu
telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (Markus 11 :
24).
Tuhan telah mengajarkan kepadaku kebenaran yang berharga ini dalam
pengalaman hidupku sendiri. Sekarang ini, tanpa menjalani masa inkubasi,
saya tidak berani berbicara atau berkata-kata tentang apa yang saya
inginkan terjadi dalam hidupku, oleh karena kini saya sadari bahwa hal-hal
besar tidak bisa terjadi dalam hidupku tanpa saya menjalani masa inkubasi.
Sejak tahun 1980 saya berinkubasi untuk memperoleh setengah juta anggota
di gereja kami. Dengan bantuan Roh Kudus dan permohonan doa saya telah
menetapkan satu sasaran mencapai setengah juta anggota jemaat menjelang
tahun 1984. Sasaran itu merupakan “telur” bagiku, sedangkan dalam
bayangan dan impianku saya mulai melakukan inkubasi terhadap sasaran. Saya
tempatkan sasaran itu dalam bayangan pikiranku dan mulai bermimpi dan
membayangkan bahwa banyak anggota telah kami miliki di dalam gereja kami.
Saya telah menginkubasi sasaran itu siang dan malam. Saya telah
menjalankan inkubasi siang dan malam agar jumlah itu tercapai demi
kemuliaan nama Tuhan. Tentu saja saya berdoa dengan penuh semangat, dan
kini saya miliki jaminan keyakinan. Imanku telah menjadi substansial, dan
itulah sebabnya mengapa saya berani menyatakan bahwa kami telah memiliki
setengah juta anggota, seperti yang “akan kami lihat” nanti menjelang
tahun 1984. Di dalam hatiku, dalam alam dunia bayangan dan impianku saya
telah memiliki anggota setengah juta jiwa. Sementara waktu berjalan terus,
sasaran yang sedang diinkubasi akan dapat ditetaskan dengan sukses.
Sumber : Demensi ke-4 oleh Rev. DR.David Yonggi
Cho
|