BAPTISAN ROH KUDUS ( 2 )
jalan menuju tempat perhentianNya
Saudaha2
yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Jadi
orang Kristen memang harus “ masuk jalan yang sempit “ ( Mat 7:14 )
, apa itu ? tidak lain adalah jalan supranatural!
Mengalami
TRANSFORMASI secara sempurna, ini pikiran Allah dalam Alkitab!
Setelah
kita terima Tuhan Yesus sebagai juru selamat, kita memperoleh
pengampunan dosa dan keselamatan (Kisah 10 : 43) oleh
anugerahNya kita mengalami LAHIR BARU, dan berusaha selalu kepenuhan Roh
Kudus dalam hidup, ( Kis 10: 46 ) hanya dengan mengalami anugerah
ini yang memampukan kita hidup kudus dihadapanNya, dalam waktu dan
rencanyaNya kita akan menerima baptisan Roh Kudus untuk melayaniNya,
Pada
saat minta sesuatu yang sangat penting, saya selalu berdoa dengan bahasa
yang iblis tidak mengerti,( kesaksian saya : The
Witness Story: Praying in Unknown Tongue )
selama kita taat dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk
kepentingan orang lain, dan bersedia mati untukNya ( I Yoh 3:15 ),
tanpa pamrih, maka kita pada waktu dan rencanaNya, akan dibawa
ketempat perhentianNya, ( Ibr ps 4 ) itulah pengalaman hidup
kekristenan saya.
Kita
memahami Yoel 2:28-29
Roh
Kudus menjelaskan kerangka waktu “kemudian daripada itu” dengan
mengatakan “pada hari-hari terakhir”, dengan
menunjukkan hari-hari terakhir ketika Yesus naik ke surga; waktunya
telah tiba untuk Allah mencurahkan RohNya ke atas semua manusia. Petrus
memberikan janji-janji yang lebih besar dan lebih indah kepada mereka
yang mendengarkan khotbahnya dan kemudian bertobat :
Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia
Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi
orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan
Allah kita (Kisah 2 : 38, 39)
Marilah
kita memeriksa bagian Alkitab ini dengan membaginya menjadi beberapa
bagian.
Pertama,
perkataan
ini mengandung suatu janji kebangsaan kepada orang-orang Yahudi :
“kamu masing-masing” yang mengarah kepada orang-orang Yahudi yang
sedang mendengarkan khotbah Petrus.
Kedua,
Petrus
memberikan suatu janji kepada generasi masa depan dari umat Yahudi :
“bagi kamulah dan bagi anak-anakmu”.
Ketiga,
janji
itu berhubungan dengan seluruh dunia : “bagi orang yang masih jauh”.
Para nabi Yahudi di masa itu menggunakan ungkapan itu bila mereka
berbicara tentang orang kafir – atau orang asing.
Keempat,
janji
itu mengacu kepada segala masa ; “sebanyak” berlaku bukan hanya
untuk setiap orang tanpa menghiraukan bangsa, kaum, jenis kelamin, usia,
harta atau peringkat – melainkan juga setiap orang sampai akhir zaman
ketika Kristus kembali ke bumi.
Alangkah
ajaib perjanjian ini : Allah akan mencurahkan Roh Kudus bukan hanya pada
zaman para rasul melainkan di sepanjang zaman anugerah bahkan sampai
sekarang.
“Bukti
apakah yang akan muncul dan memberikan kepada mereka kepastian bahwa
mereka telah dibaptiskan dengan Roh Kudus ?”
Agaknya
bahan yang diperlukan terbatas. Dalam perjanjian Lama dan keempat Buku
Injil
“Roh
itu belum datang karena Yesus belum dimuliakan” (Yohanes 7 : 39).
Dalam
surat-surat Perjanjian Baru ajarannya terutama untuk para orang beriman
yang telah menerima kepenuhan Roh; tak terdapat dalamnya peristiwa
langsung mengenai baptisan Roh Kudus.
Peritiwa-peristiwa
semacam itu hanya dicatat dalam Kisah Para Rasul.
Marilah
kita memeriksa keterangan para orang saleh dalam Kisah Para Rasul yang
menerima baptisan Roh Kudus.
PANTEKOSTA
Peristiwa
yang paling ajaib ialah baptisan Roh Kudus dari 120 orang murid pada
hari PANTEKOSTA Ketika mereka menerima kepenuhan Roh Kudus, mereka
tentunya telah mengetahui tanpa keraguan bahwa mereka telah menerima
karunia yang disabdakan Yesus harus mereka nantikan. Kalau tidak,
mengapa mereka berhenti menanti lalu pergi ke garis depan untuk
memberitakan Injil? Menurut Alkitab, 120 orang murid tanpa kekecualian
berhenti menantikan pengalaman ajaib itu dan memiliki keyakinan bahwa
mereka telah menerima Roh Kudus. Bagaimana sampai semua orang telah
memperoleh pengalaman itu secara serempak? Karena kepenuhan Roh Kudus
telah mencakup bukan hanya pengalaman lahiriah tetapi juga suatu
kepastian batiniah.
Gejala
yang muncul di ruang atas ketika Roh Kudus turun pada hari PANTEKOSTA (Kisah
2 : 2-4).
“Tiba-tiba
turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras”.
“Tampaklah
kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap
pada mereka masing-masing”.
“Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh Kudus itu kepada
mereka untuk mengatakannya”.
Dari
deretan peristiwa di atas kita dapat melihat bahwa sebelum para murid
mengalami baptisan Roh Kudus, mereka mendengar bunyi deru angin dan
melihat lidah-lidah seperti nyala api. Kemudian tanda berbicara dengan
bahasa lain mengikuti pengalaman penerimaan kepenuhan Roh Kudus.
Dengan
tanda-tanda ini, pengalaman penerimaan baptisan Roh Kudus dari 120 orang
murid menjadi pasti tanpa keraguan sedikitpun. Karena mengetahui hal
yang telah terjadi, wakil mereka, Petrus, berbicara di hadapan kerumunan
orang-orang yang sedang berkumpul di situ. Dengan membicarakan Yesus,
Petrus berkata, “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah
dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan apa yang
kamu lihat dan dengar di sini” (Kisah 2 : 33).
Petrus
mengatakan bahwa ada bukti umum dari pengalaman baptisan Roh Kudus. Kita
juga harus menyaksikan pada pengalaman kepenuhan kita dengan Roh Kudus
bukan dengan istilah-istilah umum, melainkan seperti Petrus dengan
hal-hal yang dapat dilihat dan didengar seseorang. Jika kita tak
mempunyai bukti yang jelas – jika kita meneruskan pergumulan rohani,
tanpa merasa pasti apakah kita telah menerima Roh Kudus atau belum –
apakah kita dapat menjadi saksi-saksi yang berani dan berkuasa?
SAMARIA
Buku
Kisah Para Rasul menyebutkan pengalaman kedua tentang kepenuhan Roh
Kudus di Samaria:
Setelah
penatua Stefanus mati syahid di Yerusalem, aniaya besar terhadap gereja
berlanjut. Sebagian besar dari gereja, kecuali para rasul, menyebar luas
ke seluruh kawasan Yudea dan Samaria.
Filipus
pergi ke kota Samaria dan memberitakan Kristus di sana. Akibatnya banyak
orang datang kepada Kristus dan dibaptis dalam air. Banyak orang
yang dirasuk roh najis dibebaskan; banyak orang lumpuh dan timpang
disembuhkan (Kisah 8 : 5-8).
Walaupun
terjadi banyak mujizat, Filipus agaknya tiada memiliki karunia menolong
orang-orang untuk menerima baptisan Roh Kudus. Alkitab terus menjelaskan
:
Ketika
rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima
firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. Setibanya di
situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh
Kudus.
“Sebab
Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka
hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan
tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus” (Kisah 8
: 14-17)
Bila
kita melihat lebih mendalam pada Firman, kita menyaksikan bahwa beberapa
hal luar biasa terjadi pada hari itu.
Seorang
penyihir bernama Simon menghadiri kebaktian akbar keselamatan dan
kesembuhan yang diselenggarakan oleh Filipus, dan ia sangat terharu
menyaksikan kuasa Allah dinyatakan. Ia menerima Yesus sebagai Juru
selamatnya dan bahkan dibaptis dalam air.
Kemudian
Petrus dan Yohanes turun dari Yerusalem untuk menumpangkan tangan mereka
ke atas orang-orang percaya lalu mereka menerima Roh Kudus. Simon mantan
penyihir itu sedemikan terpesona menyaksikan hal ini sehingga ia
menawarkan uang kepada para rasul sambil berkata,
“Berikanlah
juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas
seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus “(ayat 19).
Ia
menerima teguran keras dari rasul Petrus ketika ia berusaha memebeli
karunia Allah dengan uang. Tetapi dalam perilakunya ada suatu pelajaran
terselubung yang tidak dapat diabaikan. Penyihir Simon ini menyaksikan
semua hal ini terjadi: Orang-orang bertobat dan mengakui dosa mereka
mengalami perubahan dan penuh dengan sukacita. Roh-roh najis dengan
suara nyaring keluar meninggalkan banyak orang yang tadinya kerasukan.
Banyak penderita lumpuh dan timpang disembuhkan sama sekali.. Barulah
ketika Petrus dan Yohanes turun dan menumpangkan tangan ke atas
orang-orang percaya untuk menerima Roh Kudus, Simon berusaha membeli
kuasa itu.
Mengapa? Jawabnya sederhana
saja: Karena suatu tanda istimewa kepada orang-orang Samaria yang
menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan Petrus dan Yohanes. Kalau
sekiranya Roh itu berlalu dengan tenang dan sunyi Simon takkan bergegas
untuk menawarkan uang.
Apakah
yang dilihat penyihir sebagai akibat dari doa Petrus dan Yohanes? Ia
tentunya telah melihat dan mendengar orang-orang
Kita tak
dapat menahan diri untuk mengambil percaya itu berkata-kata dengan
bahasa lain dan memuji Tuhan.kesimpulan ini, sebab dalam kebaktian
Filipus semua tanda-tanda ajaib telah terjadi kecuali satu-tanda
berbicara dalam bahasa lain.
Pada
zaman para rasul, di manapun Allah mencurahkan Roh Kudus atas
gereja-gereja teladan, Ia selalu memberikan tanda-tanda lahiriah yang
para penerima Roh Kudus dan penonton biasa dapat serta merta merasa,
melihat dan mendengarnya. Hampir tanpa kekecualian,
Sebagai
tanda akhir dan paling umum, para penerima Roh Kudus berkata-kata dengan
bahasa lain.
Jelaslah bahwa pengalaman Pantekosta
di Samaria, yang terjadi delapan tahun setelah para rasul dibaptis denga
Roh Kudus di Yerusalem, merupakan suatu pengalaman yang disertai
tanda-tanda ajaib.
KORNELIUS
Pengalaman
ketiga yang dicatat mengenai penerimaan kepenuhan Roh Kudus terjadi di
rumah Kornelius. Setelah meninggalkan Samaria Petrus turun ke Yope dan
tinggal di sana dengan Simon penyamak kulit. Pada suatu hari pukul
duabelas siang Petrus naik ke atas rumah untuk berdoa:
Ia
merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba
rohnya diliputi kuasa ilahi. Tampak olehnya langit terbuka dan
turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat
sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat perbagai jenis
binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Kedengaranlah
olehnya suatu suara yang berkata : “ Bangunlah, hai Petrus,
sembelihlah dan makanlah!” Tetapi Petrus menjawab : “tidak, Tuhan,
tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak
tahir.” Kedengaran pula untuk keduakalinya suara yang berkata
kepadanya :
“Apa
yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (Kisah
10 : 10-15).
Ini
terjadi tiga kali sebelum benda bungkusan itu diangkat kembali ke sorga.
Selagi Petrus merenungkan arti penglihatan ini para pembawa berita yang
diutus dari Kornelius mengetuk pintu.
Agaknya
Allah telah mengutus seorang malaikat kepada Kornelius seorang yang
bukan berkebangsaan Yahudi dalam suatu penglihatan untuk menyiapkan
Kornelius mendengar firman keselamatan dan anugrah. Menurut pengarahan
malaikat itu, Kornelius mengutus pembawa berita kepada Petrus di Yope.
Ketika Petrus mendengar kisah ini barulah penglihatannya sendiri
memberikan makna kepadanya.
Petrus,
seorang Yahudi yang tegar, selalu beranggapan bahwa haram untuk berkawan
dengan atau berkunjung kerumah seseorang yang berkebangsaan lain. Jika
Allah tidak memerintahkan dengan jelas kepadanya untuk pergi, Petrus
sama sekali tak mau pergi ke rumah Kornelius.
Tetapi
Allah telah bersabda dengan gamblang bahwa sejak Ia berniat mulai saat
itu untuk menghalalkan orang kafir melalui iman kepada Kristus, Petrus
tak boleh menyebut haram hal yang telah dihalalkan Allah.
Begitulah
caranya pemikiran ke-Yahudi-an Petrus yang sempit diubahkan.
Demikianlah
Allah membuka jalan, jalan PANTEKOSTA untuk orang kafir, maka
orang-orangpun berhimpun di rumah Kornelius yang kafir, untuk menerima
keselamatan
dan kepenuhan Roh Kudus melalui iman kepada Kristus.
Marilah
kita memeriksa dengan cermat pertemuan ini, ketika Roh Kudus turun ke
atas orang-orang kafir di rumah Kornelius itu. Petrus berkhotbah kepada
orang-orang yang berkumpul di rumah itu. Ia mulai dengan ramalan Yohanes
Pembaptis, kemudian mencakup pelayanan Yesus, termasuk kematian dan
kebangkitanNya. Petrus mengakhiri dengan ucapan:
“Tentang
Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan
mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya” (Kisah 10 : 43).
Selagi
Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang
yang mendengarkan khotbah itu.
Dan
semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus,
tercengang-cengang karena melihat bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke
atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah (Kisah 10 : 44-46).
Segera
setelah orang-orang itu mendengar firman kebenaran, bahwa keselamatan
diperoleh dengan percaya kepada Yesus Kristus, mereka percaya dan
mengucapkan amin pada kuasa ajaib dari Roh Kudus.
Bagaimanakah
dapat orang lain mengetahui dan menyaksikan bahwa orang-orang bangsa
lain di rumah Kornelius telah menerima Roh Kudus? Bila kita membaca
keterangan Alkitab dengan tidak berat sebelah tanpa prasangka, buktinya
jelas.
Walaupun
kenyataan orang yahudi yang tegar mencoba untuk percaya bahwa
keselamatan dan kepenuhan Roh Kudus bukan untuk orang kafir, pekerjaan
Allah itu sedemikian ajaibnya berkembang sehingga mereka tak dapat
menyangkalnya,
“sebab
mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan
memuliakan Allah” (Kisah 10 : 46).
Ini
menunjukkan bahwa orang-orang Kristen pertama melihat bahasa roh sebagai
tanda lahiriah dan umum dari kepenuhan Roh Kudus.
EFFESUS
Peristiwa keempat
dalam kisah Rasul mengenai kepunahan Roh Kudus terjadi di Effesus.
Kira-kira 40 tahun telah berlalu sejak pencurahan Roh Kudus yang pertama
di ruang atas Yerusalem pada hari Pantekosta.
Para
murid yang dipenuhi Roh memberitakan Injil dengan kekuatan, disaluti
kuasa yang besar dari sorga.
Akibatnya,
mereka mengalami banyak aniaya dan sengasara, tetapi aniaya dan sengsara
itu tak dapat menahan mereka.
Injil
telah menggoncangkan Yudea; menyapu seluruh Samaria; kini maju ke ujung
bumi, semuanya ini karena usaha yang giat dari Rasul Paulus.
Sebelum
ia menjadi seorang Kristen ada seorang Rasul, waktu itu dikenal sebagai
Saulus-telah menganiya gereja dengan nafsu yang ganas. Ia telah
membelenggu orang-orang percaya dan menjebloskan mereka ke dalam penjara
bahkan membunuh beberapa orang. Tetapi ia tak dapat melupakan sebuah
peristiwa-perajaman penatua Stefanus dengan batu. Selagi batu-batu dan
caci maki serta fitnah dilemparkan ke arah Stefanus, ia tidak
menunjukkan perlawanan dan pembalasan. Sebaliknya, wajah Stefanus
bersinar bagaikan wajah seorang malaikat. Pada saat menjelang maut,
Stefanus bahkan berdoa agar Allah mau mengampuni dan memberkati mereka
yang merajamnya. Inilah sebuah peristiwa yang tak dapat dipahami oleh
Saulus waktu itu
RASUL
PAULUS
Tetapi
penganiayaan Saulus terhadap gereja dan penindasannya terhadap
orang-orang percaya bahkan menjadi semakin ganas. Dengan surat kuasa
khusus dari iman besar di Yerusalem, ia sedang menuju kepada
penghancuran gereja besar-besaran di Damsyik ketika suatu pengalaman
lain menggoncangkannya.
Alkitab
menceritakan kisah ini secara terinci. Selagi Saulus bepergian ke
Damsyik, ia diterjang oleh sinar dari langit. Konon kabarnya sinar surya
tengah hari di Damsyik luar biasa terangnya. Tetapi sinar yang memancar
keatas Saulus lebih terang cahanya sehingga menyebabkannya menjadi buta
dan rebah ke tanah. Selagi terjatuh ke tanah, ia mendengar suara Yesus:
“Saulus,
Saulus mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kisah 9 : 4).
Dalam
keadaan buta, Saulus harus dituntun ke Damsyik. Selama tiga hari ia
berpuasa dan berdoa untuk pengobatan. Kemudian seorang beriman bernama
Ananias berdoa agar penglihatan Saulus pulih seperti sediakala.
Nama
Saulus segera ditukar dengan Paulus, dan 40 tahun sesudah hari
pantekosta ia pergi ke Effesus untuk berkhotbah.
Apakah
pertanyaan pertama yang diajukan oleh rasul besar Paulus ini kepada
mereka?
Ini merupakan sebuah pertanyaan
yang harus didengar oleh gereja-gereja masa kini - yang terbelenggu oleh
upacara, kebiasaan dan gaya pemikiran berpusat pada manusia :
“Sudahkan kamu
menerima Roh Kudus ketika kamu menjadi percaya?” (Kisah 19 : 2).
Keselamatan
diterima melalui kelahiran baru dengan percaya kepada karya Roh Kudus,
tetapi wibawa dan kuasa hanya dapat diterima bila seorang Kristen yang
lahir baru menerima kepenuhan Roh Kudus setelah percaya.
Para
murid di Effesus tentunya adalah orang percaya yang jujur. Bila mereka
ditanyai Rasul Paulus, mereka takkan merahasiakan suatu apapun dari
rasul ini :
“belum,
bahkan kami belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus” (Kisah 19:2)
Betapa
merananya mereka sampai tidak pernah mendengar bahwa sesungguhnya ada
Roh Kudus!
Selekasnya
rasul Paulus mendengar hal ini, ia dengan jelas memberitakan Injil
keselamatan dari Yesus Kristus dan membaptiskan mereka dalam air
dengan nama Tuhan Yesus Kristus.
Orang-orang
Kristen di Effesus tentu saja adalah orang-orang percaya yang telah
menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka, tetapi Paulus tidak
beranggapan bahwa mereka telah menerima baptisan Roh Kudus.
Paulus
pun mengadakan kebaktian doa untuk sebuah alasan: memohon baptisan Roh
Kudus bagi orang-orang ini.
Ketika
Paulus menumpangkan tangannya ke atas mereka, Roh Kudus turun atas
mereka. Alkitab melukiskan peristiwa ini begini :
“Ketika
Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas
mereka, dan mulailah mereka berkata-kata
dalam bahasa roh dan bernubuat” (Kisah 19 : 6).
Bila
kita mempelajari peristiwa-peristiwa ketika Roh Kudus turun di gereja
pertama, memenuhi kehidupan orang-orang percaya,
kita
dapat menemukan sebuah tanda umum yang tak dapat diperdebatkan.
Bahwa
tanda-tanda yang sama terbukti di Samaria juga. Di rumah Kornelius,
orang-orang beriman berkata-kata dengan bahasa lain selagi mereka memuji
Allah. Kemudian, orang-orang berkata-kata dengan bahasa roh dan
bernubuat di Effesus. Mungkin setiap orang yang mengamati
peristiwa-peristiwa Alkitab yang didalamya kepenuhan Roh Kudus diterima
akan berkata bahwa orang-orang percaya berkata-kata dalam bahasa-bahasa
lain seperti yang diberikan oleh Roh Kudus itu kepada mereka untuk
dituturkan.
Berbicara
dengan bahasa lain itu sendiri bukanlah kepenuhan Roh Kudus, namun
seperti yang ditegaskan dalam Alkitab berkata dengan bahasa lain
merupakan tanda lahiriah umum bahwa seseorang telah menerima kepenuhan
Roh Kudus…”
Sumber
:sari kotbah DR.David Yonggi Cho
(
berlanjut )
Bambang
Wiyono
HP 0812
327 3886
IP
206.190.39.113
http://groups.yahoo.com/group/threefoldblessing/
( bahasa Inggris )