NIKMATILAH KERAJAAN
SURGA
Maksud
semuanya ini ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang
jauh
lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya
dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemualiaan dan
kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri Nya. Sekalipun kami
belum
pernah melihat Dia, namun kami mengasihi Nya. Kamu percaya kepada Dia,
sekalipun kamu sekarang tidak melihat Nya. Kamu bergembira karena sukacita
yang mulia dan yang tidak terkatakan karena kamu telah mencapai tujuan
imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
1
PETRUS 1:7-9
Selama berabad-abad, burung merpati yang cantik
telah menjadi lambing akan dua hal: perdamaian dan Roh Kudus. Ketika
Yohanes Pembaptis membaptis Yesus di sungai Yordan, Roh Tuhan turun
“dalam bentuk rupa seperti seekor burung merpati atas Dia, dan
terdengarlah suara dari langit yang berkata, “Engkaulah Anak yang
Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” (Lukas 3:22). Burung merpati itulah
yang memberitahu Nuh bahwa air bah telah surut. Tidak mengherankan, karena
itu, saya bertemu burung-burung merpati pada kunjungan saya selanjutnya ke
surga.
Pada 3 April pagi hari, Tuhan bersama saya dari
pukul 06.00 sampai pukul 08.30 pagi. Setelah bergoncang dan merintih
selama tiga puluh menit, saya mendengar suara tuhan dan Ia memegang tangan
saya. Tidak lama sesudah itu, saya melihat badan transformasi saya
berjalan di pantai dengan Tuhan.
Kami pergi ke surga, dimana kami berganti jubah
lain. Kami menye-berangi jembatan emas dan berjalan di sebelah kanan
sebuah jalan. Jalan itu sangat lebar dan atasnya ditutupi oleh
langit-langit dari daun-daunan berasal dari pohon-pohon yang besar sekali
yang tumbuh di kedua sisi jalan. Ini adalah sebuah jalan yang lain
daripada yang telah kami lalui sebelumnya.
Kami berjalan agakjauh dan kemudian mengambil
sebuah jalan ke kanan. Kami juga berjalan agak lama di jalan ini. Jalan
itu mengelilingi dasar sebuah gunung batu yang besar. Di sebelah kiri
kami, ada sebuah berdiri dan mengamati merpati-merpati dari surga. Kami
tinggal di situ lama sekali, dan saya amat sangat tergerak oleh apa yang
sedang saya lihat.
LAUTAN
LUAS TAK BERUJUNG
Kami turun dari tembok dan meneruskan perjalanan
kami. Lalu segera kami sampai sebuah jalan yang sempit di sebelah kiri di
mana kami membelok dan terus berjalan. Di sebuah tikungan kecil di jalan
saya nampak sebuah lautan yang luas sekali dan sangat luasnya sehingga
kelihatan seakan-akan tidak ada ujungnya. Ketika kami hamper ke tepi
lautan, saya melihat sebuah tembok yang tinggi yang beranak tangga ke
bawah ke garis pantai. Kami naik tembok itu dan menuruni anak tangganya.
Pinggir laut dipenuhi oleh perahu-perahu, besar,
dan kecil. Sebuah pang-kalan perahu di surga, dan setiap perahu dirantai
pada sebuah batang yang tebal. Semua badan kapal berwarna putih. Waktu
saya lebih dekat, saya memperhatikan setiap kapal mempunyai sebuah kamar
yang dilengkapi dengan cantiknya dan jendela-jendelanya dari kaca warna.
Mereka menyerupai gereja-gereja kecil di atas air.
“Maukah
engkau naik ke salah satu perahu-perahu ini, puteriKu ?” Tuhan
bertanya.
“Tentu!” saya berseru gembira.
Ia membimbing saya ke salah satu dari
perahu-perahu itu, dan kami naik. Bagian dalam kamar perahu bersih dan
rapi, tetapi perahu itu hanya cukup untuk dua orang. Ada dua tempat duduk
di depan dan dua kemudi.
Saya mulai teringat bagaimana Tuhan telah
menghubungkan laut, alam dan memancing dalam pelayananNya di bumi. Petrus,
Yakobus dan Yohanes – tiga dari murid-muridNya – adalah para nelayan.
Ia sering berkhotbah di tepi laut Galilea, dan Ia sering memakai ikan
sebagai obyek pelajaran. Cerita mengenai Yesus menenangkan ombak yang
mengamuk muncul dalam pikiran saya.
Sekonyong-konyong
mengamuklah angin rebut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus
gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka datanglah murid-murid Nya membangunkan
Dia, katanya : “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata kepada
mereka : “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya ?” Lalu
bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi
teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya : “Orang apakah Dia
ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada Nya ?”
Matius 8:24-27
Yesus menyukai lau! Ia menyukai alam dunia yang
diciptakan Nya. Dan Ia ingin kita menikmatinya juga. Memang, ketika
penciptaan terjadi, manusia diciptakan untuk hidup di Firdaus tempat yang
lebih indah daripada yang dapat kita bayangkan – Taman Eden – sebuah
tempat murni, tanpa cela, musim semi abadi, kelimpahan, ketenteraman dan
kebahagiaan. Tetapi disebabkan manusia berdoa, kita telah dilarang ke
taman Firdaus duniawi itu.
Tuhan, dalam kasih Nya yang begitu dalam,
bagaimamapun juga, membuat jalan bagi kita untuk memperoleh kembali
Firdaus di surga. Ia mengirim Anak Nya untuk mati bagi kita : “Karena
begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Firdaus yang
hilang telah ditemukan melalui kematian dan kebangkitan Anak Nya.
Semakin saya belajar kita Kejadian, semakin saya
mengerti bahwa Taman Eden adalah suatu surga tiruan di bumi. Keadaan
seperti itulah yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dapat dinikmati oleh
anak-anak Nya. Tidak ada kematian, kesakitan, penderitaan, kegelapan, atau
penyakit Eden, dan tentu saja tidak akan ada di rumah durgawi kita !
Alangkah ajaibnya tempat itu, dan keindahan
surga bahkan melampaui gambaran Eden itu :
Selanjutnya TUHAN membuat taman di Eden, di
sebelah timur; disitulah ditempatkanNya manusia yang dibentuk Nya itu.
Lalu TUHAN menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan
yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah
taman itu, serta pohon-pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kejadian 2:8-10
Saya mulai sadar, bahwa tidak mengherankan kalau
rumah surgawi kita akan serupa dengan tempat-tempat yang paling luar biasa
di dunia – lautan-lautan, hutan-hutan, lading-ladang, pohon-pohon,
bunga-bunga, burung-burung, hewan-hewan, buah-buahan dan sungai-sungai ada
di sana untuk dinikmati oleh kita tepat seperti Tuhan telah menciptakannya
untuk kita di Eden. Karena dosa, kita kehilangan hak kita untuk menikmati
Firdaus dunia, tetapi melalui iman di dalam Yesus Kristus satu hari nanti
Firdaus akan dipulihkan kepada setiap kita ! Bukankah iru menakjubkan ?
Pikiran saya lalu melayang ke ayat tentang Yesus
ketika Ia berjalan di atas air :
Ketika
hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal
sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung
karena angina sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka
berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat
Dia berjalan di atas air, mereka mengira Ia adalah hantu, lalu mereka
berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat
terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka : “Tenanglah! Aku ini,
jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu
mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan
bingung.
Markus 6:47-51
Ya, Yesus mencintai laut, dan Ia mencintai
segala sesuatu yang diciptakan Nya. Itulah sebabnya saya yakin surga
adalah bentuk asal dari segala yang indah di bumi. Tuhan dan Tuan saya
ingin kita menikmati kerajaan surga !
Jelas sekali Yesus mau saya menikmati pengalaman
naik perahu surgawi. Ia menekan sebuah tombol dan perahu kecil ini mulai
bergerak, perlahan mulanya dan kemudian kami bertambah laju. Saya menyukai
angina sepoi membelai wajah saya dan kabut dingin yang terasa begitu
bersih dan menyegarkan.
Saya mulai ketawa ketika kami melaju di atas
permukaan laut yang tenang dan kemudian saya mulai menyanyi. Saya sangat
gembira. Sangat berbeda dari naik perahu apapun yang pernah saya alami di
bumi, di mana saya biasanya mabuk laut atau mau muntah. Kali ini tidak.
Saya menikmati setiap saat pengalaman kami yang menggetarkan ini.
Dalam perjalanan kembali Tuhan membiarkan saya
mengemudi. Saya melakukannya dengan kegairahan yang sangat istimewa yang
menyebabkan saya tertawa dan menyanyi. Saya dapat mendengar Yesus tertawa
bersama saya. Saya tahu Ia memperhatikan saya seperti orang tua mengawasi
anaknya.
Meskipun kadang-kadang saya tertawa dengan
terbahak-bahak, saya dapat mengemudi sampai kembali masuk ked ok. Kami
keluar dari perahu dan Tuhan menambatnya ke dermaga. Ia kemudian berkata, “Choo Nam, engkau lihat kerajaan mempunyai banyak hal yang engkau
kenal di bumi. Jika semua anak-anak Ku datang ke kerajaan Ku, Aku ingin
mereka menikmati hal-hal yang telah Kusediakan bagi mereka.”
Saya tersenyum, sebab saya mengerti sedikit apa
yang Dia maksudkan.
“Anak-anakKu
akan bahagia,” Tuhan meneruskan, “dan
itulah sebabnya Aku telah memberitahu mereka untuk melepaskan hal-hal
duniawi untuk meng-gembirakan Aku. Mereka dapat memiliki apapun yang
mereka perlukan sementara mereka berada di bumi jikalau mereka taat kepada
Ku. Aku ingin mereka mengutamakan Aku dahulu, dan Aku ingin hidup dalam
kekudusan sebab Aku mengasihi mereka semua dan ingin membawa mereka
kemari.”
CARA
BERPIKIR YANG BERBEDA
Tuhan berkata kepada kita di dalam Yesaya,
“Sebab rancangan Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu,
demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu” (Yes.
55:8-9). Sangat benar, dan Tuhan memberi firasat pada pagi bulan April itu
mengenai apa arti ayat ini.
Setelah kunjungan ke laut surgawi, kami berganti
pakaian kami dan pergi ke kolam yang terpencil di mana akmi sering duduk
dan bercakap. Tuhan mengambil tempat biasaNya di atas batu, dan aya mulai
menyanyi dan menari. Kemudian, seperti yang sering dilakukanNya, ia
memanggil saya datang duduk disebelah Nya.
Ia mulai memberitahu beberapa hal yang penting
dengan saya.
“Puteri,
engkau istimewa bagiKU. Ketika Larry Radolph bernubuat tentangmu dan
memberitahu betapa berharganya engkau bagi Nya, engkau tidak
mempercayainya.”
“Saya tidak percaya padanya, Tuhan, karena
saya piker bagaimana orang seperti saya dapat menjadi istimewa bagi Mu.
Saya sungguh heran kalau berpikir bahwa Engkau telah memperhatikan saya.
Saya percaya Engkau menjawab banyak sekali doa-doa saya, tetapi saya tidak
pernah mengira Engkau akan ingat saya.”
Saya mulai menangis sambil terus berkata.
“Ketika Pastor Larry bernubuat dan
memberitahuku, bahwa aku adalah sahabat Mu, aku sangat terperanjat, dan
sukar bagi aku untuk percaya, tetapi sekarang aku mendengarkan rekamannya
setiap hari. Setiap kali aku mendengar-nya berkata tentangku, badanku
mulai bergoncang. Urapan turun, dan kemudian aku mempercayai bahwa Engkau
akan memakaiku dengan cara yang istimewa. Aku selalu menunggu Mu untuk
bercakap padaku setiap malam.”
Tuhan mendengarkan dengan sungguh-sungguh,
kemudian membalas :
“Aku
memilih anak-anakKu yang suci dan taat – mereka yang mendahu-lukan Aku
di dalam kehidupan mereka. Engkau mencoba sedaya upayamu untuk
menyenangkan Aku, tetapi engkau harus ingat, Aku hanya melihat anak-anak
Ku. Engkau berpikir seperti manusia. Cara berpikirKu berbeda dengan cara
berpikirmu.
“Aku
tahu hal ini melelahkan pada waktu ini, tetapi engkau harus sabar.”
“PuteriKu,
Aku tidak mau engkau kuatir akan apapun. Serahkan saja segalanya padaKu.
Seperti yang telah Kuberitahu padamu, ini buku Ku, dan buku ini akan
dilaksanakan sesuai dengan kehendakKu.”
Saya menyukai waktu-waktu seperti ini bergaul
akrab dengan Tuhan. Saya sangat merasa seperti Maria yang dengan rela
duduk dekat kaki Tuhan untuk belajar kehendak Nya. Sebaliknya, Marta,
selalu berusaha keras menyenangkan Dia, dan ida dipenuhi cemas, iri dan
geram. Saya memutuskan bahwa saya mau menjadi seperti Maria terus sejak
saat itu.
Marta, begitu khawatir dan cerewet, telah
menegur : “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku
melayani seorang diri ? Suruh-lah dia membantu aku” (Lukas 10:40). Tuhan
menjawab : “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan
banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu : Maria telah memilih
bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya” (Lukas
10:41-42).
Betul, saya memutuskan saya akan menjadi seperti
Maria bukannya Marta. Saya telah memilih “bagian yang terbaik” yang
tidak pernah akan diambil dari-pada saya, yaitu suatu hubungan pribadi
dengan Yesus Kristus. Tidak ada apapun di dunia yang lebih penting
daripada itu!
Saya ingin pikiran saya diperbarui sehingga saya
dapat melihat hal-hal secara surgawi bukan secara pamdangan duniawi. Tuhan
sedang menolong saya mencapai tujuan ini. Saya teringat apa yang telah
dikatakan oleh rasul Paulus di dalam kitab Roma :
Sebab
mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;
mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena
keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup damai
sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah,
karena ia tidak takluk kepada hokum Allah; hal ini memang tidak mungkin
baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada
Allah.
Roma 8:5-8
Untuk hidup menurut Roh benar-benar adalah hiduo
dan damai sejahtera, dan setiap kali saya pergi ke surga dengan Tuhan saya
tahu apa artinya ini. Saya memutuskan untuk membawa kembali pandangan
surgawi bersama saya ke dunia, untuk terus membangun perhubungan saya
dengan Tuhan dan memberiarkan Dia memperbarui pikira saya.
Kembali ke bumi pagi ini, kami duduk di pantai
sebentar, dan Tuhan berkata, “Engkau
melihat banyak hal di surga.”
“Ya, Tuhan, dan kunjungan-kunjungan ini begitu
menggembirakan sehingga hanya peristiwa ini yang memenuhi pikiran saya.
Pikiran saya tetap di surga, bukan di bumi.
“Aku
tahu, puteriKu.”
“Aku tidak memiliki kehidupan sendiri lagi,
Tuhan. Sejak saat pertama aku berada di hadirat Mu, aku telah berubah. Aku
tahu pasti jikalau suamiku bukan seorang percaya, ia telah lama
meninggalkan aku.”
“Aku hidup bagi Mu sebelum aku melihat
hadirat-Mu dan sebelum aku pergi ke surga, tetapi sekarang – bahkan
waktu aku tidur – setiap kali aku bangun aku merasakan hadiratMu
bersamaku. Satu-satunya hal yang dapat aku pikirkan sekarang adalah buku
yang Engkau mau aku tuliskan. Aku merasa terhormat melakukan ini bagi Mu,
Tuhan. Terima kasih karena mempercayakanku dengan tanggung jawab yang
begitu penting. Aku selalu ingin melakukannya dengan sebaik mungkin untuk
membuat Engkau bahagia.”
“Aku
tahu, puteriKu. Sabarlah, dan ingatlah bahwa Aku mengasihimu.”
Ia berdiri untuk pergi, memeluk saya dan hilang.
Goncangan ajaib di badan saya pun berhenti.
SURGA,
TEMPAT BERIBADAH
Dua hari kemudian, saya mendapat kunjungan yang
mengubah hidup saya lagi dari Tuhan. Kejadian ini berlangsung dari pukul
05.50 pagi sampai pukul 08.00 pagi pada 5 April. Setelah hampir tiga puluh
menit bergoncang, saya mendengar suaru Tuhan. Ia sedang mendekati saya dan
membawa saya dengan memegang tangan saya. Saya melihat badan transformasi
saya sedang berjalan bersama Nya sepanjang pantai. Kami pergi ke surga,
berganti pakaian kami dan berjalan menyeberang jembatan emas. Kemudian
kami sampai ke sebuah jalan yang putih bersinar yang dihiasi dengan
bunga-bunga cantik pada kedua sisinya.
Saya tidak dapat mengerti ada bunga-bunga yang
begitu indah permai dan hebat seperti ini. Bagaimana
bisa ada bunga-bunga yang seindah ini ? saya ingin tahu.
“Maukah
engkau sekuntum bunga, puteriKu ?” Tuhan bertanya
“Ya, saya selalu menyukai bunga-bunga.”
Ia memerik sekuntum kuning yang berbentuk sangat
indah dan meletak-kannya di tangan saya. Saya memegang terus selama
kunjunganke surga ini.
Setelah perjalanan yang sangat lama, kami tiba
pada sebuah rumah yang besar dan cantik. Bangunan seperti istana ini
terletak di ujung jalan, di kawasan di mana tanahnya putih dan bersinar,
dan sangat banyak bunga-bungaan terlihat di mana-mana.
Kami pergi ke belakang rumah itu, dan saya
melihat bunga-bunga di mana-mana, sejauh mata saya memandang. Pemandangan
yang mempesonakan tak terkatakan. Kemudian Tuhan mengiringi saya kembali
ke bagian depan bangunan.
Kami berjalan melalui pintu ke dalam gang yang
lebar. Tiba-tiba, bagian dalam rumah menjadi gelap. Tuhan menghilang. Saya
merasa seorang diri saja dan agak ketakutan. Saya mulai menangis.
Secepat suasana menjadi gelap, rungan itu
dipenuhi dengan cahaya-cahaya yang paling terang yang pernah saya lihat.
Rungan itu dilengkapi menarik sekali, teratur, dan dihiasi, dan saya
sangat terpesona oleh kecermelangan dan keindahannya.
Kemudian saya melihat anak tangga menuju ke
podium di mana Tuhan sedang duduk. Ia berpakaian emas murni. Mahkota emas
Nya bergemerlapan di bawah cahaya, dan jubah emas Nya berkilauan dan
bersinar. Paras Nya sangat terang, dan saya tidak dapat menceritakan
bagaimana rupa Nya.
Kemudian ruangan itu dipenuhi oleh orang-orang
yang memakai pakaian putih dan bermahkota perak. Mereka membungkuk ke
hadirat Tuhan, dan saya berbuat yang sama. Seolah-olah ruangan itu mulai
mengembang untuk menam-pung bertambahnya bilangan orang dari segala warna
dan jenis. Itu adalah waktu ibadah kudus dan menyembah di hadapan Tuhan.
Lalu mereka semua menghilang seakan-akan mereka
ada di video, dan Tuhan mendekati saya, memakai pakaian putih biasa Nya.
“Puteri,lihatlah
ke sekeliling,” Ia berkata.
Saya berbuat demikian, melihat apa saja yang
dapat saya tangkap dengan kedua mata saya. Ini adalah ruangan terbesar
yang pernah ada-seperti sebuah ruangan dansa yang luar biasa besarnya yang
dapat menampung tak terhitung banyaknya orang. Dinding-dindingnya
bergemerlapan dengan perhiasan dan permata, dan lantainya terbuat dari
batu marmer yang putih bersih.
“Mereka
menyembah Ku. Mereka tak putusnya menyembahKu,’ Tuhan berkata,
menerangkan mengapa orang-orang itu disana.
Saya langsung memikirkan satu ayat khusus dalam
Alkitab yang berhubungan dengan menyembah :
Segala
bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan Mu, ya
Tuhan, dan akan memuliakan nama Mu. Sebab Engkau besar dan melakukan
keajaiban-keajaiban, Engkau sendiri saja Allah.
Mazmur 86:9-10
“Bolehkah aku menyembah Mu bersama mereka
kalau aku kembali ke surga untuk bersama Mu selama-lamanya ?” saya
bertanya.
Tuhan tertawa kecil dan berkata, “Tentu
saja, puteriKu.”
Hanya itu saya yang dikatakan Nya. Saya harus
mengakui saya merasa agak segan oleh kemunculanNya ketika Ia duduk di atas
takhta dalam seluruh kecemerlangan mulia Nya. Dan ketika kami berjalan
bersama, saya merasa agak tidak enak bersama Nya sebab pandangan tentang
Dia duduk di atas tahkta Nya menyebabkan saya merasa takut.
Jikalau Ia bersama saya, Ia kelihatan lain sama
sekali. Ketika Ia bersama saya, Ia adalah seorang pria biasa, kecuali
hanya saya tidak dapat melihat paras Nya dengan mata saya, tetapi pikiran
saya tahu bagaimana raut muka Nya. Ia penuh kasih dan baik, lembut dan
penuh dengan pengertian.
Perasaan canggung berganti dengan saat-saat
menyenangkan waktu kami berganti dan pergi ke kolam. Saya mulai menyanyi
dan menari, seperti biasa, dan Tuhan mengambil tempat biasa Nya di atas
batu. Gambaran-gambaran dari hadirat Tuhan yang begitu agung di atas
takhta akan kadang-kadang merampas kegembiraan saya, tetapi saya berusaha
keras untuk terus menari dengan riangnya.
“Kemarilah,
puteriKu,” Ia memanggil.
Saya mulai menangis sebab saya tahu kunjungan
ini akan segera berakhir. “Aku tidak mau meninggalkan Engkau, Tuhan.”
“Tempat
yang Aku tunjukkan padamu, Choo Nam, adalah di mana orang-orang Ku akan
berkumpul untuk menyembah Aku. Aku tak akan membiarkan seorangpun di bumi
menyakiti engkau. Jikalau engkau bukan puteriKu yang begitu istimewa, Aku
tidak dapat membawa ke surga untuk menunjukkan segala hal yang telah
engkau lihat.”
Pesan yang sangat meyakinkan yang perlu saya
dengar. Cinta tuhan bagi saya telah membubarkan semua ketakutan saya.
Kecanggungan yang saya rasakan sebelumnya hilang, tetapi saya menjawab
pesan Tuhan yang membesarkan hati dengan cara yang biasa.
“Aku ini bukan siapa-siapa, Tuhan.”
Ia menegur saya.
“Janganlah
sekali-kali berkata begitu lagi. Engkau sangat istimewa bagi Ku. Engkau
harus percaya ini. Aku harus memilih anak yang tepat untuk peker-jaan yang
penting ini, dan engkaulah pilihanKu. Aku ingin engkau mendapat kehidupan
yang terbaik di bumi sehingga hari terakhir tiba. Aku tidak akan
meninggalkanmu dan Aku akan selalu menjagamu, puteriKu, Aku
mencintaimu.”
Kata-kata cintaNya yang lembut dan menghibur
menusuk hati saya. Saya menangis tersedu-sedu. Ini adalah saat
pembersihan, penyembuhan, dan menyucian, dan saya merasa diperbarui
sepenuhnya.
Sekarang saya tahu bahwa surga adalah suatu
tempat penuh sukacita. Surga dibuat untuk dinikmati oleh kita. Itulah
tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh Westminster Catechism, tujuan
terakhir manusia adalah “untuk dekat saya dengan Yesus di bumi ini,
semakin saya dapat menikmati hidup saya. Cinta Nya mengalahkan semua
ketakutan.
Ya, surga itu sangat nyata.