Full Gospel Indonesia

Info

 
 

Files

 

Siaran

 

 

 

 

 

YERUSALEM TELAH TERSEDIA

Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak

seorangpun mengambil mahkotamu. Barangsiapa menang. Ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allh-Ku, dam ia tidak akan keluar lagi dari situ;

dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari surga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru

WAHYU   3:11-12

Musim semi – musim di mana bunga-bungaan sangat indah, angina sepoi hangat dan pohon-pohon bertunas. Di Negara bagian Washington, dimana saya tinggal, inilah waktu yang paling mengagumkan setiap tahun. Di surga, seolah-olah tak habis-habisnya musim semi – kehangatan, keindahan, kedamaian, dan kegembiraan dimana-mana. Di dalam hati saya, saya telah merayakan musim semi sepanjang penghabisan musim dingin disebabkan oleh kunjungan-kunjungan saya dengan Tuhan. Dan perjalanan-perjalanan saya yang penuh gairah ke surga.

Pada 24 Maret, Roger dan saya mengikuti kebaktian gereja. Pendeta kami berkhotbah tentang penderitaan Yesus sebelum disalibkan. Masa menjelang perayaan Paskah – waktu orang-orang Kristen mempersiapkan penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus. Waktu pendeta menggambarkan penderitaan Tuhan dan membaca ayat suci yang berhubungan dengan penderitaan Nya, saya mulai menangis. Tidak mengherankan bagi saya bergoncang waktu penyembahan kami, tetapi kali ini badan saya bergoncang begitu kuat sehingga hamper membuat saya terjatuh dari kursi saya. Urapan Roh Kudus sangat melimpah ke atas saya.

 

TANGAN-TANGAN DAN KAKI-KAKI

YANG BERBEKAS LUKA

 

Saya melihat Yesus di depan saya dan Ia berkata, “PuteriKu, Aku ingin engkau melihat tangan-tangan Ku lagi,” dan Ia menunjuk kepada bekas luka-luka di kedua tangan dan kaki Nya. Suara aneh yang biasa saya suarakan ketika penglihatan-penglihatan rohani datang kepada saya kali ini tidak keluar. Saya duduk di hadirat Tuhan, sama sekali diam waktu Ia meneruskan berkata kepada saya.

“Aku ingin engkau terus menulis apa yang Aku tunjukkan padaku,” Ia berpesan.

Saya mengangguk tanda setuju.

Tak terhingga gembiranya dapat mengunjungi secara pribadi dengan Tuhan selama ibadah kebaktian umum kami. Saya ingin berdiri dan memberitahu setip orang bahwa saya baru saja melihat Tuhan dan bahwa Ia memperlihatkanku bekas-bekas lukaNya, tetapi Roh di dalam diri saya mencegah saya untuk berbuat demikian, jadi saya duduk dengan sabar sampai kebaktian selesai. Saya percaya ini adalah ‘suara kecil, tenang’ Roh Kudus Tuhan yang meminta saya untuk tidak berbicara.

Sejak itu saya telah belajar bahwa seperti yag ditulis oleh Salomo, ada waktu untuk berbicara dan ada waktu untuk diam 9lihat Pengkhotbah 3:7). Yesus sedang melatih saya untuk menjadi peka atas bimbingan Roh di dalam hidup saya, dan saya tahu, bahwa sampai Ia menyuruh saya, sebaliknya saya terus menerima bukan memberi.

Selama kebaktian saya menangis di bawah urapan Roh Kudus yang indah. Goncangan mereka ketika Tuhan pergi, tetapi air mata tidak. Saya mendengar kata-kata pendeta, tetapi pikiran dan roh saya berpusat kepada sesuatu yang lain – bekas luka-luka Tuhan yang sampai sekarang telah dua kali diperlihatkan pada saya.

Saya mulai mendalami beberapa ayat Alkitab yang saya ingat dari pelajaran saya dan kebaktian gereja lainnya : “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpa kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5). “Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya : Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian Nya dengan membuang undi” (Matius 27:33-35).

Saya dapat melihat Tuhan dan Tuan saya yang saya kasihi tergantung pada kayu salib dari Kalvari, di atas bukit Golgota. Paku-paku yang tajam merobek daging kedua telapak tangan dan pergelangan kaki Nya ketika Ia tergantung di sana sangat lemah dan letih lesu. Tombok serdadu Romawi membuat luka yang menganga pada lambung Nya, dan aliran darah dari mahkota duri yang ditekan masuk kepala Nya turun melalui wajahNya

Ada satu genangan darah pada kaki kayu salib, dan orang-orang menginjak darah Nya ketika mereka memanjat, mencoba mengambil jubah Nya tak ada jahitan tepinya. Langit di atas berwarna kelabu suram, dan kilat memancar dari jauh.

Orang-orang menghina Dia, meludahi Dia, dan emnyumpahi Dia. Mereka sedang merayakan pesta jahanam atas pengorbanan Tuan saya. Kemudian, terbayangkan oleh saya, ibu Nya, Maria, tertunduk dekat kayu salib, badanya gemetar dan air mata mengalir deras dari wajahnya.

Oh, bagaimana saya mengerti perasaan pada hari jum’at Suci yang pertama – ia harus memandang puteranya yang telanjang, orang yang sangat disayanginya, disiksa dan dibunuh di depannya – dan tidak ada apa yang dapat diperbuatnya untuk menghentikan itu. Yesus dapat memanggil selaksa malaikat untuk datang menolong Nya, tetapi ia bahkan memilih mati disalibkan dengan kejam dan memalukan supaya kita dapat menemukan jalan kehidupan.

Saya bersyukur kepada tuhan untuk penglihatan-penglihatan yang diberi-kanNya kepada saya, sebab sekarang saya benar-benar mengerti segala yang dialami oleh Yesus untuk orang-orang yang sangat dicintaiNya. Ia digantung di atas kayu salib yang kejam, di antara surga dan bumi, supaya kita akan memperoleh hidup yang kekal. Ia tidak pernah berdosa, akan tetapi Ia dengan rela menanggung sendiri semua dosa kita. Alangkah mulianya Juruselamat kita !

Bekas luka-luka pada tangan dan kaki Nya nyata. Saya telah melihatnya. Itu adalah tanda penderitaan yang hebat – kesakitan yang dialami nya untuk Saudara dan saya.

 

IKAN DI SURGA  ?

 

Pada 25 Maret Yesus mengunjungi saya dari jam 06.35 pagi sampai 08.50 pagi. Kami berjalan dan bercakap bersama seperti biasa – di pantai, diatas jem-batan emas, sepanjang jalan yang berliku. Sesudah berjalan di jalan yang biasa sebentar, Tuhan mengiringi saya ke jalan yang lain, sepanjang sebuah jalan yang lebar dan putih. Kelihatannya seperti sebuah jalan raya di Amerika yang dibarisi oleh pohon-pohon pada kedua sisinya.

Pohon-pohon ini sangat tinggi dan daun-daunnya paling menarik yang pernah saya lihat. Ketika kami berjalan, saya melihat, bahwa pohon-pohon itu mulai berubah warnanya. Seperti berjalan sepanjang deretan pelangi – susunan warna-warnanya luar biasa !

Jalan ini menuju ke sebuah bukit yang lebih kecil sekali dari gangguan yang biasa kami daki. Dari puncaknya lambat laun saya melihat sebuah sungai perak berkilauan oleh cahaya matahari surga. Deretan gunung-gunung dipenuhi pemandangan yang keindahannya hanya dapat dihasilkan oleh surga. Gunung-gunung kelihatan seperti berhutankan pohon-pohonan yang selalu menghijau.

Kami menuruni sisi bukit dan berjalan menuju ke air di mana kami melihat segala macam ikan berenang di sungai yang berbatu dasarnya. Sangat menga-gumkan, saya melihat ikan di surga, dan saya mulai tertawa. Saya sangat menikmati saat ini sehingga saya melangkah dan mulai berjalan di dalam air.

Saya mengulurkan tangan saya ke bawah dan menangkap seekor ikan berbelang merah dan mengangkatnya keluar dari air. Saya tak dapat menahan tertawa saya, jadi ikan itu meloncat keluar dari tanga saya dan berenang ke tempat yang aman. Memperhatikan tangkapan saya berenang pergi ke dalam kebebasan mutlak, melompat-lompat dengan ikan-ikan lainnya, menyebabkan saya tertawa geli sampai keluar air mata. Saya menangkap seekor ikan yang lain – yang ini warnanya berbeda – dan ia melompat keluar dari tangan saya juga. Ini adalah waktu yang penuh dengan riang ria, dan Tuhan mulai tertawa bersama saya.

Ia mulai ikut serta dalam perbuatan saya, mengulurkan tangan dan menangkap seekor ikan yang sangat besar berwarna seperti “lapisan berwarna-warni”. Ia melihat kepada ikan itu dengan kagum dan kemudian melemparkannya kembali ke dalam sungai, masih dengan tertawa. Sungguh menyenangkan sekali melihat Tuhan menikmati waktu bersama saya

Saya terus tertawa – bebas, tertawa terbahak-bahak – dan rasanya begitu bahagia. Semakin saya mendengar tertawa Tuhan, semakin kuat saya tertawa. Akhirnya, saya dipenuhi oleh tawa, tetapi merasa sangat tenteram.

Yesus berkata, “Anakku, engkau tentunya sangat menikmati ini. Sukakah engkau memancing ikan ?”

“Aku hanya menikmati keadaan di sini, Tuhan.”

“Aku mempunyai lebih banyak ikan untuk ditunjukkan padamu nanti. Apakah engkau mau menangkap lebih banyak ikan ?”

“Aku terlalu sibuk tertawa untuk dapat menangkap seekor ikan pun, Tuha,” kata saya ditengah-tengah gelombang tawa.

“Lebih baik kita kembali sekarang, puteriKu. Aku harus membawamu ke suatu tempat yang lain.”

Kami meninggalkan sungai, dan saya merasa sangat dibersihkan oleh saat-saat tawa yang menggembirakan sebelumnya. Ikan-ikan sangat menyenangkan, dan saya ingat, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur” (Amsal 17:22). Saya merasa saya telah minum obat kegembiraan yang tidak akan habis selamanya!

Alangkah bahagianya melihat Tuhan saya jelas sekali merasa senang dengan kegirangan dan kebahagiaan saya. Pengalaman ini menolong saya mengerti ayat : “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di haapan Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan Mu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11).

Saya telah menjalani jalan kehidupan di surga, dan saya telah minum dari sungai sukacita Nya seperti yang digambarkan oleh si pemazmur : “Betapa berharganya kasih setia Mu, ya Allah ! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayapMu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumahMu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan Mu. Sebab pada Mu ada sumber hayat, di dalam terang Mu kami melihat terang” (Mazmur 36:8-9).

Kegembiraan saya meluap-luap seperti air mancur dan melimpah ruah seperti air terjun.

 


TERBANG MELINTASI SURGA

 

Kami kembali ke jalan sama yang telah kami lalui untuk sampai ke sisi gunung. Lalu Tuhan membawa saya ke sebuah gunung yang tinggi melalui sebuah jalan yang sangat yang dibatasi oleh pohon-pohon yang tinggi besar dan semak-semak. Kami berjalan sepanjang jalan ini beberapa waktu lamanya. Ini menyebabkan saya ingin tahu ke mana kami pergi. Saya juga ingin tahu mengapa jalan ini sangat sempit.

Akhirnya kami sampai ke ujung jalan di mana saya melihat melalui bukit dan melihat sebuah pagar putih mengeliling banyak bangunan-bangunan putih. Bangunan-bangunan itu berkilauan oleh warna putih yang terputih – suatu putih yang lebih cemerlang daripada putihnya salju yang baru jatuh. Saya ingin lebih dekat dengan pemandangan di depan saya, tetapi seperti biasanya seringkali Yesus menunjukkan adegan ini kepada saya dari jauh. Saya tidak mengerti mengapa.

Ia berkata kepafa saya, “Puteri-Ku, Aku ingin engkau melihatnya dengan jelas, jadi kita harus turun ke sana.” Ia menjangkau, memegang tangan saya, dan kami mulai terbang. Suatu pengalaman yang mendebarkan hati, dan keluhan yang keras keluar dari badan jasmani saya.

Ketika kami mendarat di lembah yang subur, Yesus membawa saya ke jalan yang putih murni ini. Lalu saya nampak bahwa ada rumah-rumah putih yang indah di kedua sisinya. Jalannya putih dan bercahaya seperti kaca. Kesemuanya serba putih disana. Pagarnya keliahtan seolah-solah lebih tinggi daripada rumah-rumah yang saya nampak dari puncak bukit.

Rasanya tidak mungkin, pada waktu ini, untuk saya menerangkan, atau bahkan mengusulkan, mengapa Tuhan menunjukkan kepada saya beberapa hal yang dimiliki Nya. Seringkali Ia menunjukkan hal-hal yang sama pada dua kesempatan yang berlainan. Kami biasanya tidak menghabiskan banyak waktu pada setiap tempat, dan Ia memberikan sedikit penjelasan tentang artinya, tetapi bagi saya tak mengapa sebab saya tahu waktunya akan tiba saat saya akan mengenal dengan sempurna, seperti saya sendiri dikenal (lihat 1 Korintus 13:12).

Tuhan mengatakan, bahwa Ia harus menunjukkan ini kepada saya ini, jadi kami mendekati salah satu rumah-rumah itu. Ia mempunyai dua belah pintu dengan bingkai emas. Pintunya dihias dengan kaca berwarna. Saya terutama sekali melihat tombol pintu dari emas murni!

Ketika kami masuk rumah itu, saya melihat, bahwa semua jendelanya terbuat dari kaca berwarna. Permadaninya berwarna-warni – suatu campuran warna-warna yang lembut–dan memberi kesan bagian dalam rumah sangat klasik. Batu permata yang menghiasi dinding-dinding bercahaya dan bersinar. Saya merasa seperti sedang melangkah ke dalam sebuah lukisan dan bukan sebuah rumah. Saya berjalan menaiki anak tangga emas yang mempunyai pola sketsa yang berbelit-belit di permukaannya. Pada bagian atas anak tangga, saya berjalan ke dalam sebuah kamar tidur di mana sebuah tempat tidurnya berdiri lebih hebat dan lebih besar daripada tempat tidur ukuran raja manapun di bumi. Saya menge-lilinginya dan masuk ke kamar hias. Semuanya dipenuhi dengan emas dan batu permata berharga pada dindingnya kecuali satu. Dinding itu mempunyai kaca ukuran satu badan untuk memantulkan keindahan yang luar biasa dari suasana sekeliling secara langsung.

Saya memperhatikan, bahwa semua ruangan dalam rumah itu besar sekali, termasuk kamar berhiasnya. Kenyataan, setiap rumah yang Tuhan perlihatkan pada saya mempunyai kamar-kamar yang luas dan indah sekali di luar perkiraan.

Saya mulai bernyanyi dengan gembira sewaktu saya berjalan sepanjang gang, masuk setiap kamar dan menikmati tempat tinggal yang begitu menyenang-kan. Sesudah pesiar saya diatas selesai, saya turun ke bawah, di mana Tuhan sedang berjalan mengelilingi sebuah ruangan yang sangat menyerupai kamar tamu. Ia mendengar saya, menoleh, memandang saya, dan berkata, “Sukakah engkau akan tempat ini ?”

“Ya, Tuhanku. Rumah ini cantik. Siapakah yang akan tinggal dalam rumah-rumah yang Engkau tunjukkan padaku ini ?”

“Semua anak-anak Ku akan tinggal dalam rumah-rumah ini. Aku telah menyediakan untuk mereka. Mereka akan tinggal di sini lebih sepat dari apa yang mereka duga.”

KOTA KUDUS

 

Tuhan memegang tangan saya dan kami meninggalkan lembah yang cantik itu. Selanjutnya, kami berjalan atas sebuah jalan yang terpisah yang sama warnanya seperti jalan berbata kuning di film The Wizard of Oz. ada rumah-rumah berwarna putih pada kedua sisi jalanan itu. Pulau di tengah-tengah jalan itu dihiasi dengan pohon-pohon buah-buahan yang telah diletakkan teratur sepanjang sebuah aliran yang jernih dan berwarna biru yang tak terkatakan panjangnya. Ada banyak batu-batu cantik pada ke dua sisi aliran air.

Kemudian Tuhan memegang tangan saya dan berkata, “Kami naik ke atas, puteri-Ku.” Kami terangkat dari atas tanah lurus ke atas, seperti sebuah helicopter, dan kemudian kami mulai terbang. Ia membawa saya ke gunung yang sama di mana kami memulai perjalan khusus ini.

Ketika kami sedang terbang, badan duniawi saya, terbaring di atas tempat tidur, menjerit karena panic. Dalam badan transformasi sayam bagaimanapun juga, saya mulai biasa dengan hal-hal luar biasa yang saya alami di surga. Kami berjalan kembali ke jalanan yang sempit dan pergi ke bangunan putih dimana kami selalu berganti pakaian kami. Seterusnya, kami pergi ke kolam yang tenang.

Saat kami tiba di kolam saya mulai menyanyi dan menari. Hati saya masih melayang dengan gembira. Tuhan berkata, “Mari, Choo Nam, duduk dekatKu.”

Saya menurut dan mengambil tempat di atas batu di sebelah Nya smabil memegang tangan Nya.

“AnakKu, Aku menunjukkan sungai dan Yerusalem Baru kepadamu. Rumah-rumah itu ada di Yerusalem – Kota Kudus. Kita semua akn tinggal di Yerusalem ketika Aku membawa pulang anak-anakKu. Aku ingin semua anak-anakKu mengetahuim bahwa Yerusalem sudah tersedia bagi mereka.

“Engkau melihat tidak ada jalan untuk masuk ke dalam Yerusalem. Karena itu, kita harus terbang untuk ke sana. Kita semua akan segera terbang ke sana – itulah sebabnya pekerjaanmu sangat penting.”

“Aku tak ingin engkau tertinggal apapun yang telah Aku tunjukkan atau ceritakan padamu,” Tuhan meneruskan. “Aku tahu beberapa orang tidak akan percaya banyak hal yang Kautunjukkan padamu – yang ragu-ragu dan mereka yang tidak mengenal Firman Ku – tetapi Aku tahu betapa kerasnya engkau berusaha menyenangkan Aku.”

“Setelah engkau menyelesaikan kerja ini, hidupmu akan menjadi gembira selalu – lebih indah daripada yang telah angkau alami. Engkau akan diberkati. Barangsiapa percaya padamu dan menolong akan diberkati juga.”

“Engkau akan menjadi suatu keajaiban kepada semua gereja, suatu kegembiraan bagi mereka yang siap dan menantikan Ku, dan suatu berita buruk bagi mereka yang mencintaimu dunia lebih daripada mencintai Aku. Buku ini akan membantu melepaskan banyak orang yang sedang dalam kegelapan rohani.”

“AnakKu, engkau tak usah peduli dengan apa yang akan orang piker atau katakana; tulis saja apa yang Kuperlihatkan dan kuceritakan padamu. Aku percaya sepenuhnya akan ketatanmu. Engkau selalu takut dan percaya Firman Ku sejak engkau mengenalKu. Aku melihat, bahwa engkau tidak pernah dengan sengaja tidak taat sejak engkau memberikan hatimu kepadaKu, dan engkau selalu mengutamakan Aku di dalam hidupmu. Karena itulah Aku memilihmu sebagai puteri dan teman Ku yang istimewa.

Kata-kata Nya begitu rendah hati dan meyakinkan. Menyebabkan saya merasa girang. Atu hal yang saya tahu dengan pasti – sejak saya menjadi seorang percaya saya selalu berusaha untuk menyenangkan Tuhan saya, meletakkan Dia sebagai yang pertama dalam setiap keadaan dan keputusan. Ia memberkati ketaatan saya.

“Akan mengambil waktu yang lama menyiapkanmu untuk pekerjaan ini,” Ia berkata. “Sekarang engkau tahu bagaimana istimewanya engkau untuk Ku. Engkau berkatam bahwa engkau telah memberikan hidupmu pada Ku, dan Aku tahu hatimu. Jangan sekali-kali menyimpang dari tanggung jawab ini, Choo Nam.”

“Apapun yang harus engkau korbankan, atau lepaskan, di dalam kehidupan duniamu akan dipulihkan kepadamu di surga. Di surga, engkau akan bersama Ku selamanya.”

Bagi saya, itu adalah kata-kata yang terpenting dari segalanya. Janji inilah yang membuat saya berjalan terus, sebab saya tahu bagaimana tak terperikan indahnya bersama dengan Dia. Menggairahkan mengetahui, bahwa saya akan di hadirat Nya selama-lamanya adalah pikiran yang paling terberkati dari semuanya.

“Tuhan, aku tidak begitu pandai,” saya menangis. “Hanya karena aku mencintaiMu lebih daripada hidupku sendiri. Aku tidak bahagia denga siapapun atau apapun kecuali ada Engkau. Aku merasakan sangat gembira.”

“Barang siapa mengizinkan Aku mengatur hidupnya akan diberkati. Mereka adalah anak-anakKu yang taat. Engkau adalah anak Ku yang istimewa.”

Ketika kunjungan selesai saya merenungkan hal-hal yang telah diberita-hukan Yesus kepada saya. Yerusalem Baru datang dari Surga. Ia sudah siap sekarang. Tuhan ingin anak-anak Nya menikmati kemuliaan kekal bersama Dia. Ia telah memilih saya untuk membagikan semuanya ini dengan siapa saja yang mau mendengar.

Sepanjang hari saya mempelajari apa yang dikatakan Alkitab tentang Yerusalem Baru. Ketika saya membaca pasal ke dua puluh satu dari Wahyu, saya sadar bahwa rasul Yohanes telah mengalami peristiwa yang sama dengan Tuhan yang mana baru saja saya nikmati.

Lalu di dalam roh ua membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu. Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Tuhan dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

Wahyu 21:10-11

 

Saya sangat terpikat oleh penggambarannya tentang kota sorgawi, karena saya telah melihat sangat banyak hal-hal yang ditulisnya.

 

 

 

Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya : sebab Allah Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.

Wahyu 21:22-23

 

Saya telah berjalan dalam gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan di bawa kepadanya. Tetapi tidak akan masuk kedalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dosa, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Wahyu 21:25-27

 

Inilah yang telah diberitahukan Yesus kepada saya – surga disediakan untuk mereka yang patuh. Hanya yang hatinya tahir akan dapat masuk dan hidup disana.

Saya meneruskan bacaan saya, ke pasal 22, dan saya betul-betul ter-cengang oleh penegasan tentang kenyataan surga yang telah saya alami ini.

Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.

Wahyu 22:1-2

 

Saya telah mengecap air sungai itu, dan saya telah berjalan di jalan-jalannya. Saya telah melihat pohon-pohonnya dan bahkan telah merasakan buahnya dari beberapa pohon.

Pesan yang diberikan Yesus kepada Yohanes adalah sama dengan yang diberikan Nya kepada saya. Inilah pesan yang Tuhan ingin saya beritahukan setiap orang yang mau mendengarkan: “Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagia-lah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini” (Wahyu 22:7).

Tuhan adil, dan Ia ingin semua orang tahu : “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 22:12-13).

 
 
 
1
Hosted by www.Geocities.ws