Ahamiyatush Syahadatain
Sebelum memasuki kupasan tentang
syahadat, makna anshadu, makna illah, dsb, barangkali perlulah kita mengetahui
tentang ahamiyatussyahadatain, pentingnya kita bersyahadat. Mengapa kita harus
bersyahadat, dan bagaimana orang yang tidak bersyahadat.
Syahadat adalah hal terpenting dalam Islam, mempunyai kedudukan tertinggi, dan
begitu pentingnya ia karena beberapa hal. Pertama, syahadat adalah miftaahul
jannah, kuncinya surga, seperti senandung yang seringkali dilantunkan di
beberapa masjid daerah, miftahul jannah, laa iaaha illallah. Karenanya,
sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya, dalam menghadapi syahadat ini
orang terbagi menjadi tiga.
Ada yang mempunyai kunci, dan bisa digunakannya, maka ialah muslim. Ia
bersyahadat, dan meyakini betul akan syahadatnya, dan mengamalkan syahadatnya
itu, maka ia ibarat mempunyai kunci yang kuncinya bisa digunakan untuk membuka
pintu sorga. Ada pula yang tidak mempunyai kunci, yang tidak meyakini kalimat
syahadat, maka ia tak kan masuk surga, ialah kaum kafir, yang ingkar kepada
Allah dan Rasulnya. Ada pula yang mempunyai kunci, tapi ternyata ketika
digunakan untuk membuka sorga, tak kan bisa, karena ternyata kunci yang selama
ini ia pegang, hanya kelihatannya saja kunci surga, padahal giginya tak sesuai
dengan pintu surga itu, hingga tak dapatlah pula ia memasukinya. Maka ialah
orang yang bersyahadat, akan tetapi sebenarnya hatinya menolaknya. Ternyata ia
bersyahadat hanya karena kemauan dan keuntungan duniawi saja, bukan karena
kesadaran penuhnya akan arti penting syahadat yang sesungguhnya. Ia adalah orang
yang bersyahadat, akan tetapi hatinya khianat.
Kedua, Syahadat menjadi hal terpenting karena, ia adalah Kholashatut Ta’alimul
Islam, inti ajaran Islam, dan semua persepsi islam bersumber darinya. Semua
perangkat perintah, larangan bertumpu padanya. Ibarat rumah, ialah pondasinya,
yang apabila ia kokoh, maka akan memperkokoh bangunan di atasnya. Sebagai inti
ajaran islam, maka di dalamnya terkandung makna tauhiidul ‘ibadah. Allahlah yang
pantas dan patut untuk kita ibadahi, yang patut kita sembah, dan yang patut kita
ta’ati, tak kan ada yang lain. Terkandung pula makna tauhiidul minhaj, tauhiid
dalam jalan hidup, yakni Islam, sistem Islamlah yang terbaik bagi
penyelenggaraan kehidupan di dunia, sistem Islamlah yang seharusnya diidamkan,
dan dilaksanakan tentu saja. Selanjutnya terkandung pula makna tauhiidul qudwah,
tauhiid dalam keteladanan, tauhiid dalam ikutan. Rasulullahlah Muhammadlah, yang
seharusnya menduduki peringkat tertinggi dalam keteladanan, bukan yang lain.
Insyaallah itulah yang barangkali akan kita bahas nanti dalam
pertemuan-pertemuan kita selanjutnya, berkaitan dengan ahamiyatush syahadatain,
pentingnya syahadat. Dengannya kita akan berharap, bahwa syahadat kita akan
lebih bermakna, dan lebih berbobot dari sebelumnya. Karena menurut perasaan saya,
dalam kurikulum pendidikan, kita hanya ditekankan mengenai fikih, tatacara
shalat dan puasa, akan tetapi tak pernah pula kita diajarkan tentang syahadat,
sebuah nilai yang sebenarnya merupakan landasan bagi orang yang berIslam.
Wallahu a’lam