Ratapan Singgahku
Di tengah siang hari bolong aku berjalan, dengan keringat bercucuran aku tetap bertahan untuk menanjak jalan aspal berkerikil tajam yang menusuk sepatu usangku. Rasa sakit itu menancap di telapak kaki mungil ini namun aku tetap berlari. Tak ada yang peduli memang, semua hilang tertelan waktu. Kubuka pagar besi tua yang berkarat itu, terdengar suara gesekan yang menyilukan telinga, membuat brino, anjing penjaga rumah yang diadopsi dari sebuah praktikum mahasiswa kedokteran hewan itu terbangun kaget. Tanpa salaknya langsung saja dia kembali ke mimpi indahnya tadi, saat ia tau bahwa tuan rumahnya yang datang.
Mati rasa memang, sudah tidak menghiraukan betapa lelahnya berdiri di dalam bus yang pengap dan terhimpit di antara asap rokok dan bau keringat tadi. Langsung saja dia mengganti baju seragam kumuh yang kebesaran dan sedikit menguning itu dengan baju yang rombeng dan molor tersebut. Dengan menghela sedikit keringat, dia memandangi piring, gelas, dan dandang hitam yang kotor dan menumpuk itu, sudah tak terhitung lagi banyaknya, tanpa banyak berpikir dia langsung mencuci semua piring kotor tersebut. Gemericik air dan busa sabun menemaninya sampai air di baskom hitam itu berubah menjadi keruh. Dirapihkannya piring dan gelas itu, detingan gelas mennjadi melodi tanpa harmoni yang syahdu memecahkan sesunyian siang itu.
Beralas tikar plastik dan sepiring nasi dengan seekor ikan menemaninya menyantap gosip sore itu. Bunyi knalpot motor pun terdengar dan klakson berjeritan, �Ibu pulang�, ujarnya. �Bagaimana bu?�, �Sudah ibu kirim nak, kamu tinggal berdoa saja, barangkali ada kesempatan buat kamu untuk sekolah disana�. Hati ini luka, bagaimana tidak? Aku anak sulung dari 3 bersaudara yang ingin mengenyam pendidikan namun terhalang oleh perekonomian keluarga. Sakit hati ini, dalam doaku �Ya Allah, Engkau Maha Segalanya, Kau pasti tau yang terbaik buatku dan keluargaku, Berikan kehidupan yang layak buatku Ya Allah, izinkanlah aku menerima kabar bahagia itu nanti, Aamiin...�.
Pikiranku pun melayang dan apabila kalian tau apa yang kurasa mungkin kalian akan iba kepadaku. Kubaringkan tubuhku di kamar yang pengap berukuran 3x4 meter, penuh dengan lemari dan buku yang lapuk. Ditemani kipas angin berdebu yang duduk di lemari kaca dan berdesis itupun aku tertidur. Berkhayal di alam mimpi dengan semua keinginan yang jadi nyata itu indah bahkan amat sangat indah. Bak api yang selalu ingin menyala, aku tak mau bangun dari tidurku, aku ingin selalu hidup dalam angan-angan kemewahan yang dapat kuraih hanya dalam sekejap mata. Tapi azan memanggilku, kuraup muka yang lesu ini dan berserah diri kepada Allah untuk melaksanakan sesi curhatku.
*****
�Yuktaaaaaa.............jangan lupa besok ada pengumuman SMANDA.� Aku santai, tak ada di benakku bahwa hasilnya akan seperti ini. Pagi-pagi buta disaat cuaca dingin masih menusuk tulang aku melihat pengumuman itu. Tak kusangka, tidak ada namaku disana, benar-benar campur aduk rasa hati saat itu. Tanpa meperlihatkan wajah masam aku terdiam, termangu, terpaku, dan benar-benar bisu. Mulut ini tak dapat mengatakan apa-apa, langsung aku kembali tidur dan ibu pun mengikutiku. Apa yang kurasakan hari ini benar-benar kacau balau tapi yasudahlah ini memang jalanku.
�Yasudah nak, besok kamu ke sekolah dan minta legalisir rapor lagi, lalu kita pergi ke sma negri biasa disini. Tidak usah jauh-jauh di sma 5 dekat rumah saja� kata ibuku.
Suasana hati yang sedang begini membuatku agak kehilangan arah, benar-benar tidak memiliki semangat lagi. Keesokan harinya, telpon rumah pun berdering. �Apakah ada anak atas nama Elia Agusta?� �Iya, saya sendiri, maaf ada keperluan apa ya?� �Apakah adik telah mengikuti tes di bogor? Selamat, kamu salah satu orang terpilih yang masuk Sampoerna Academy Palembang, karena kuota bogor sudah penuh kamu saya pindahkan ke SA Palembang� kututup telpon itu selaras dengan berjatuhannya air mataku, aku yang berada di kegelapan, kini dengan sekejab mendapati diri di pelita yang sangat terang benderang tak dapat aku berkata lagi �Ya Allah, terima kasih, engkau mendengar doaku selama ini�
****
Persiapan demi persiapan ku jalani, ibuku sangat bersemangat membantuku memenuhi kebutuhan untuk di asrama nanti. Di perjalanan menuju Palembang, paras bahagia masih menghiasi wajahku. Tak ada sedikitpun rasa sedih yang menghampiriku.
****
Inilah hari pertama Masa Orientasiku dimulai, dimana aku tidak mengenal sama sekali orang-orang disini, sangat terasa asing bagiku. �Orang-orang disini bermuka musam, berbicara seperti ingin menerkam orang, dan angkuh� pikirku dalam hati saat mengetahui bahwa aku masuk kedalam kandang yang penuh dengan singa.
Makin hari akupun makin merasa terasingkan, oleh karena itulah aku sangat merindukan ayah dan ibuku seerta keluargaku yang ada di Lampung. Di singgah sana rapuhku, aku melihat sosok yang sangat aku rindukan, teernyata mereka datang kesini. Bahagia bukan mainnya hatiku. Ditemani derai tangis dan haru aku turun dari panggung yang mempesona ini dengan membawa sekuntum bunga, aku menghampiri mereka. Tangis yang tak terbendung lagi benar-benar membuatku terbawa dalam keadaan ini.
Semua yang hadir pun turut dalam isak tangis itu. Tak pernah kusangka hidupku bisa seperti ini. Memahami arti hidup yang sebenarnya yang akan menghantarkanku di kehidupan masa depan nantinya.
Rindu itupun datang lagi, namun kali ini tidak semudah membalikkan telapak tangan dan mereka hadir dihadapanku. Mereka tidak akan hadir disini sampai pada akhirnya kami akan pulang ke rumah saat lebaran akan tiba. Bukan waktu yang sebentar memang, apalagi ditambah dengan telpon genggam yang dikumpul sampai 3 bulan membuatku makin merasa gundah disini. Nilai kecil dan remedial itu sudah menjadi lauk makan sehari-hari, jadi jangan heran lagi kalau tanpa sebab aku sering menangis sendiri.
Sebenarnya bukan tanpa sebab aku dan yang lain menangis disini, namun tekanan batin yang menyebabkan kami begini. Tanpa ada komunikasi sekalipun aku harus tetap buktikan. Bagai menegakkan benang basah, namun yang pasti usaha bagi yang tidak belajar tidak akan selicin itu.
Terlelap dalam hangat dan lembutnya dipan ini membuat tidurku semakin pulas. �Hati-hatilah apa yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya akan menjadi kenyataan, kehidupan disini keras, kamu tidak akan bias mengadu setiap hari dan awas kamu harus waspada karena itu akan menghampirimu�. Cucuran keringat sebesar biji jagung memenuhi mukaku. Tak tahu mengapa mimpi buruk itu bisa datang, mungkin itu hanyala salah satu dari banyak cara Allah memberikan nasihat kepadaku.
****
Hari berlalu beitu cepat tanpa terasa pula masalah-masala menumpuk seperti gunung dan muncul di permukaan saat kesabaranku benar-benar teruji. Sampo yang tinggal setengah, deterjen yang habis bak ditelan bumi, pewangi yang berceceran hingga tak bersisa lagi, semua itu yang aku rasakan disini entah bagaimana ceritanya namun aku hanya berpikir positif, mungkin kucing-kucing yang ada disini merubah pola makan mereka. Mereka jadi memilih memakan semua itu dibandingkan kucing kampung pada umumnya yang memakan tulang belulang dan nasi putih.
Tak lama dari itu, baju, pakaian dalam, hingga kaos kakiku pun menjadi sasaran sungguh aku merubah presepsiku lagi, mungkin kucing disini kedinginan sehingga mereka memerlukan pakaian untuk menghangatkan tubuh mereka. Akupun lega, setidaknya semua hipotesaku membuatku lebih mengikhlaskan semua yang terjadi. Apabila aku tidak berpikir seperti itu, otakku akan segera meledak. Hidup disini membuatku lebih dewasa, aku tidak mau hal-hal kecil, sepele, tak berguna itu menghabiskan memori otakku untuk mengingat pelajaran dan mengganggu pikiran yang memang sudah terganggu ini.
****
Pikiranku jauh melayang, belajar tentang sosiologi dengan sub penyimpangan sosial membuatku berpikir keras untuk mencoba memaknai perilaku seksual yang menyimpang yaitu �Lesbi dan Homo�. Itu menjadi momok dan topic observasiku hari ini. Asrama yang terdiri dari putra dan putri. Yang dipisahkan membuat satu asrama untuk putri atau putra saja. Tidur di kamar yang berisikan semua putri tidak menutup kemungkinan akan terjadinya menyukai sesame jenih. Sungguh hal yang sangat menarik memang, dan aku pun merasa tertantang untuk menyelidiki masalah ini. Dari tempat jemuran yang berisikan segala macam pakaian dan dari kasus kehilangan baju dan pakaian dalam!!! Membuatku merasa ada yang janggal disini.
Hmm, benakku penuh dengan teka-teki tapi satu hal yang bisa aku simpulkan �KETIDAKSENGAJAAN�. Dan aku merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena, kita disinik berlandaskan keimanan yang kuat atas agama dari tiap indivisu. Kesadaran untuk tidak melakukan penyimpangan, dan yang terakhir moral dan mental yang terjamin disini membuatku berpikir tidak ada yang perlu dicemaskan.
****
Harapan demi harapanku hanturkan demi kesuksesanku nantim aku tak tahu seberapa besar keteguhan hatiku disini. Sampai kapan aku bisa melatih kedewasaan dan kemandirianku disini, batu karang yang dihempas ombak sebesar apapun masih sanggup tegak berdiri di tengah lautan. Bagaimana dengan aku yang tinggal di asrama demi menggapai mimpi indahku nanti? Walaupun aku jauh dari orang tuaku, rindu menyiksa, nilai dan remedial senantiasa menanti, dan ditambah dengan masalah di arama, aku akan bertahan sampai masaku nanti.
****
Dalam keheningan surga, dalam balutan kain putih, aku menitikkan air mata. �Ya Allah, Kau Maha Segalanya, Kau tau semua yang tidak aku ketahui, Izinkanlah aku merangkai doa untuk ayah dan ibuku disana. Ampunilah dosa mereka, masukkanlah mereka kedalam surga firdausMu, Lindungilah mereka, Berikan mereka kesabaran, ketabahan dalam menghadapi kerasnya hidup ini, berikan mereka umur Ya Allah, agar di saat waktunya nanti aku bisa membuat mereka tersenyum bangga padaku, Jauhkanlah mereka dari marabahaya, penyakit, dan segala yang menggangu mereka, dan temani mereka disetiap langkah mereka dalam mencari sesuap nasi untuk kehidupanku�.
Sepucuk surat yang selalu aku bacakan dan kutujukan kepada Allah dan berharap Dia akan mengabulkannya. �Jangan lupa solat, mengaji, dan berdoa, bagaimanapun situasi mu terlebih jika kamu sedang sedih, doa ibu dan ayah selalu menyertaimu disana, jangan pernah menganggap hidupmu susah, karena akan ada yang lebih susah lagi dimasa depan saat ayah dan ibumu nanti tak bisa lagi menemanimu� untaian kata itu yang selalu kuingat dan yang membuatku tegar berada disini.
Merekalah alasan aku bertahan dan aku bekerja keras disini. Mereka adalah dua insan yang akan selalu ada untukku. Semenjak aku tinggal di asrama, jujur, aku bisa lebih mengerti arti hidup yang sebenarnya, dari perasan keringat mereka, aku lebih merasakan betapa pentingnya orangtua dan keluarga. Walaupun jarak jauh menghadang tapi aku dan mereka tetap merasa dekat dalam ikatan darah, cinta, dan rentetan doa untuk nya dan untuk ku. Aku mencintai mereka, aku menyayangi mereka melebihi apapun di dunia ini. Dan memanglah benar adanya bahwa �Ada beberapa hal yang tidak bisa dinilai dengan uang�. Yaitu, cinta dan kasih sayang dari orang tua dan keluarga kita.