Klaim-Klaim Ideologis: Tradisi Koperasi Menurut Melnyk

Allan Halladay dan Colin Peile

 

1. Tradisi Demokratik Liberal
Tiga karakteristik dasar yang memisahkan koperasi-koperasi demokratik liberal dari koperasi-koperasi lainnya adalah: suatu penegasan pada pemilikan pribadi, suatu toleransi dasar terhadap kapitalisme, dan sebuah fungsionalisme pragmatik. Esensinya adalah keberhasilan kompetisi dengan kapitalisme melalui keuntungan-keuntungan jangka pendek bagi anggota. Pertimbangannya adalah kepentingan pribadi ketimbang idealisme dan suatu rekonsiliasi antara koperasi dan sektor-sektor swasta adalah wajib. Koperasi-koperasi ini, difokuskan pada masalah ekonomi saja, sebagai dikarakteristikan dalam keterlibatan minimal para anggota dan didominasi pengaruh-pengaruh non-koperasi.1)

Melnyk mengidentifikasi empat kontradiksi dalam ideologi koperasi demokratik liberal yang mempengaruhi evolusinya: suatu kontradiksi antara tujuan-tujuan utopian, seperti harapan awal untuk mengembangkan sebuah persemakmuran koperasi untuk menggan�tikan kapitalisme, dan tujuan-tujuan pragmatik saat ini; suatu kontradiksi antara penegasan-penegasan mereka tentang partisipasi populer dan kontrol, dan penegasan mereka tentang pertumbuhan dan manajemen standar; dan suatu kontradiksi antara koperasi produser dan konsumer. Kesimpulan dia adalah bahwa koperasi-koperasi model Rochdale cenderung menentukan kontradiksi-kontradiksi dalam tujuan-tujuan pragmatik yang mudah, kepentingan pribadi, manaje�men standar dan pertumbuhan usaha (corporate) dan kompetisi, ketimbang kerjasama-kooperasi. Mereka secara ideologi cukup dekat dengan kapitalisme daripada ke lembaga-lembaga koperasi di ne�geri-negeri kapitalis.2)

2. Tradisi Marxis atau Komunis

Koperasi Marxis atau komunis memiliki tiga karakteristik berbeda: ada konsep dan praktek revolusioner, hampir selalu ada inisiatif dan pemaksaan negara, dan ada bagian dari rencana yang disentralisir dan pemerintah mengontrol sistem ekonomi.3)

Ideologi Marxis menolak penggunaan eksploitatif terhadap alat-alat produk�si untuk keuntungan individual. Koperasi-koperasi komunis hanya kerja sukarela (volunter) dan mengingat koperasi-koperasi demok�ratik liberal mengklaim tidak mendukung secara politik, kolektif-kolektif komunis menekankan kepemimpinan partai, tugas membangun sosialisme, dan kebutuhan entusiasme dan komitmen ke ideologi.4)

Kolektif-kolektif komunis sangat perduli terhadap produksi dari� pada konsumsi.

Kontradiksi-kontradiksi dalam kolektif-kolektif komunis meliputi: kontradiksi antara buruh dan negara di mana negara mengeksploitasi buruh dan buruh gagal mendapatkan nilai-lebih yang diciptakan melalui kerja mereka; orientasi kelas pekerja Marxisme telah diterapkan di masyarakat-masyarakat petani miskin, jadi menentang kepentingan-kepentingan produser tradisional kecil-nya; kontradiksi antara penekanan-penekanan komunis pada insentif-insentif idealistik, dan kebutuhan bagi penghargaan material dalam meningkatkan produksi yang menyebabkan perbedaan-perbedaan penghasilan dan stratifikasi klas; dan kontradiksi antara tujuan menghapuskan [peranan] negara, dan realitas inter�vensi pemerintahan-pemerintahan Marxis otoriter.5)

3. Tradisi Sosialis

Tampilan terpenting koperasi-koperasi sosialis adalah bahwa mereka diciptakan oleh ideolog-ideolog sosialis non-Marxis dan oleh gerakan-gerakan politik non-komunis. Mereka bukan hasil inisiatif pemerintah, seperti dilakukan kolektif-kolektif komu�nis, meskipun mereka mungkin didukung oleh negara, dan mereka tidak mendorong satu perang revolusioner tetapi lebih-kurang kedamaian di dalam satu sistem kapitalis. Acuan utamanya adalah Kibbutz dari Israel, pengalaman desa Ujamaa di Tanzania, dan koperasi-koperasi Mondragon di Spanyol.6)

Koperasi-koperasi sosialis ini masih ditandai perbedaan dari koperasi-koperasi model Rochdale. Pertama, mereka mengoposisi pemilikan pribadi dan praktek-praktek kapitalistik di dalam operasi-operasi mereka. Mereka melayani multifungsional. Melnyk menggambarkan ini sebagai "komunitas-komunitas koperasi betul-betul beroperasi pada prinsip-prinsip sosialis dalam satu ling�kungan non-sosialis."7)

Secara ideologis dia menempatkan mereka antara kolektif-kolektif komunis dan koperasi-koperasi demokratik liberal. Keberhasilan koperasi-koperasi Kibbutz dan koperasi-koperasi buruh Mondragon dijelaskan dalam arti keberadaan mereka sebagai bagian integral masyarakatnya, diterima sebagai pelopor untuk nasionalisme ketimbang sosialisme, sementara menjadi suatu minoritas yang tidak mengancam sistem kapitalis tetapi cukup besar untuk menjangkau imajinasi dan diterima komunitas pendu�kungnya. Pandangannya adalah bahwa mereka mengembangkan satu keseimbangan keberhasilan antara prinsip-prinsip beroperasi sosialis internal (di dalam) dan realitas kapitalis eksternal (di luar) di mana mereka harus bersaing. Kontradiksi dari koperasi-koperasi sosialis ini adalah bahwa sementara mereka menciptakan model-model atraktif mereka tidak dapat lebih terintegrasi dari sebuah minoritas di dalam bangsa. Dalam kata-kata Melnyk mereka "menunjukkan dirinya sendiri menjadi sebuah individual ketimbang satu jawaban publik terhadap kapitalisme."8)

*) Diterjemahkan dari Allan Halladay dan Colin Peile, 1989, The Future of Worker Co-operatives In Hostile Environtments: Some Reflections From Down Under, Centre For The Study of Co-operatives, University of Saskatchewan.

  1. Melnyk, 1985, The Search for Community, From Utopia to a Co-operative Society, Motreal, Black Rose Books, hlm. 15-18.

  2. Melnyk, 1985, op.cit., hlm. 28-30.

  3. Melnyk, 1985, op.cit., hlm. 32-33.

  4. Melnyk, 1985, op.cit., hlm. 49-50.

  5. Melnyk, 1985, op.cit., hlm. 51.

  6. Melnyk, 1985, op.cit., hlm. 53-54.

  7. Ibid.

  8. Melnyk, 1985, op.cit., hlm. 78.

Hosted by www.Geocities.ws

1