Pendidikan Buruh Dalam Konteks Serikat Buruh Sejati

EILER

 

Pemogokan bersejarah buruh-buruh La Tondeña pada tahun 1975 telah menandai kebangkitan serikat buruh militan di Filipina. Inilah pemogokan besar pertama di bawah undang-undang darurat. Pemogokan tersebut menantang dominasi serikat buruh kuning dan serikat buruh pro-kediktatoran. Sebelumnya, kedikatatoran Marcos, dengan bantuan aristokrat-aristokrat buruh, telah mengorganir banyak buruh di bawah Kongres Serikat Buruh Filipina, kubu serikat buruh kuning dan konservatif di Filipina.

Gerakan pemogokan secara perlahan namun pasti terus merebak. Dengan penuh keberanian, kaum buruh berhasil memperjuangkan hak- hak demokratik dan kesejahteraan ekonomi. Bukluran ng Manggagawang Pilipino (BMP, Persatuan Buruh Filipina) didirikan, namun pemerintah fasis menghalanginya. Namun begitu, pengorganisasian berlanjut terus dan kesadaran kelas bangkit di tengah-tengah barisan buruh. Kelompok-kelompok belajar di pabrik dan tempat tinggal buruh terus tumbuh. Kaum buruh mempelajari situasi mereka di pabrik dan di masyrakat luas. Mereka memeriksa pengalaman mereka dalam melancarkan aksi-aksi massa dan belajar dari pengalaman mereka.

Dari ratusan kelompok belajar, forum-forum, simposium dan konferensi-konferensi buruh yang diselenggarakan, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan metoda serikat buruh sejati bisa tersusun. Pada saat yang sama, serikat buruh kuning mengalami transformasi dan organisasi-organisasi baru dipilih untuk merangkul serikat buruh sejati.

Pada bulan Februari tahun 1981, Institut Ekumenik untuk Riset dan Pendidikan Buruh (EILER) didirikan oleh pemimpin-pemimpin buruh dan para advokat gereja. Tugas utamanya adalah mengembangkan suatu kursus formal tentang serikat buruh sejati bagian per bagian dari teks yang akan digunakan oleh serikat buruh. Pada awalnya disebarluaskan dalam bentuk stensilan. Selanjutnya dalam bentuk pamflet atas bantuan dari Pelayanan Sosial St. Joseph, sebuah lembaga buruh di Pasig, Metro Manila. Pada tahun 1987, EILER menerbitkan kursus Serikat Buruh Sejati (GTU) dalam bahasa Filipina dengan ilustrasi oleh Neil Doloricon. Selanjutnya diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan pada tahun 1988, dan selanjutnya dalam bahasa Korea pada tahun 1989.

EILER juga mempunyai kursus pengantar bagi buruh. Pada tahun 1981, EILER meringkaskan topik-topik penting dari rancangan GTU dan menyebarkannya sebagai IPAM atau Introduksyon Para sa Manggagawa (Pengantar untuk Buruh) sebagai sebuah cara mengadaptasikan kepada karakteristik-karakteristik khusus dari beberapa kelompok buruh. Ini selanjutnya diperbaiki, selanjutnya dikembangkan dan disebarluaskan pada bulan Maret 1983. Pada waktu itu, kursus disebut sebagai PAMA atau Panimulang Aralin Para sa Manggagawa (Kursus Pengantar bagi Buruh). Diterbitkan dalam bahasa Filipina pada November 1984, diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada September 1986. Selanjutnya diperbarui dan dicetak dalam bahasa Filipina pada Februari 1987, dan dalam bentuk terjemahan bahasa Inggris pada Mei 1991. PAMA juga diterjemahkan dalam bahasa Cina, Melayu, Korea, dan Jepang.

Merebaknya Pendidikan Buruh pada tahun '80-an

Kursus GTU membuka pintu baru pada bidang pendidikan buruh. Selama beberapa dekade sebelumnya, pendidikan buruh di Filipina biasanya "didikte dari atas". Pada tahun 1950-an, Pusat Pendidikan Buruh Asia (Asian Labor Education Center-ALEC) didirikan di Universitas Filipina dengan bantuan badan-badan dari luar negeri untuk memperlancar pusat pendidikan buruh. Bersamaan dengan penindasan terhadap serikat buruh militan dan mempromosikan serikat buruh kuning, pihak asing, terutama agen-agen Amerika, mendanai berbagai seminar untuk menyebarluaskan pandangan bahwa "kaum buruh dan kapitalis adalah partner dalam pembangunan" dan "jangan membunuh angsa yang mengerami telur emas".

Pendidikan buruh yang dominan selanjutnya bersifat teknis dan dikuatkan oleh hukum-hukum perburuhan. Pelatihan disebarluaskan oleh berbagai organisasi, termasuk DOLE, berkisar hanya pada aspek-aspek teknis dan hukum perburuhan, seperti hubungan industrial, administrasi serikat buruh dan pelatihan para-legal. Jenis pendidikan dan pelatihan buruh semacam ini memperkuat subordinasi buruh di bawah hukum elit penguasa. Selanjutnya, buruh dibiarkan tetap miskin pengetahuan dan bergantung kepada pemimpin-pemimpin mereka atau ahli-ahli hukum.

Untuk melayani kepentingannya, penguasa elit berusaha keras untuk menyelewengkan pendididkan buruh itu sendiri. Pada tahun 1975, Marcos mengeluarkan undang-undang yang menyatakan "pemogokan semestinya menjadi pendidikan" (SK No 31). Namun pendidikan macam apa? Kenyataannya, adalah penyebarluasan propaganda rejim Marcos, bukannya membebaskan pikiran buruh.

Rumusan tentang pendidikan buruh Filipina telah didiskusikan pada Konperensi Nasional Pertama tentang Pendidikan Buruh di UP- IIR (sekarang menjadi UP-SOLAIR) pada tahun 1987. Dua perbedaan dan kecenderungan kontradiksi yang ada serta orientasi dalam pendidikan buruh diidentifikasi. Sebagaimana dinyatakan oleh dekan UP-SOLAIR pada waktu itu: ".......pendidikan buruh tradisional pada esensinya bersifat ekonomistik karena sangat menekankan pada soal roti dan mentega serta isue-isue jangka pendek seperti upah, jam kerja dsb. nya. Isue-isue sosial yang lebih luas sangat jarang disentuh.....pendidikan macam ini menekankan implementasi hukum perburuhan, upah, berserikat, kesepakatan bersama, keamanan kerja, dan isue-isue seputar itu. Ada juga yang disebut sebagai pendidikan buruh "modern" yang sesungguhnya termasuk pada pendidikan buruh tradisional. Pendidikan ini hanya menambahkan topik-topik yang kedengarannya hebat seperti konsultasi buruh-pimpinan, produktivitas, sikap kerja dsb.

"Di sisi lain, ada pendidikan buruh radikal atau progresif. Pada jenis pendidikan radikal, topik-topik yang disebutkan di atas juga didiskusikan. Namun tujuan utamanya adalah menunjukkan kepada buruh bahwa topik-topik itu ada dalam sebuah masyarakat yang timpang, bahwa adalah tugas mereka untuk mengubahnya...pendidikan radikal menghasilkan meluasnya kesadaran politik dimana peristiwa-peristiwa, isue-isue dan problem-problem sosial dipelajari dengan analisis kelas." (Filsafat, Strategi dan Teknik Pendidikan Buruh di Filipina, Prof. Rene Ofreneo, Juli 1987).

EILER memandang upayanya dalam pendidikan buruh sebagai bagian, jika bukan yang pokok, dalam penyebarluasan apa yang Prof. Rene Ofreneo istilahkan sebagai tipe "radikal" pendidikan buruh. Takperlu lagi berpanjang lebar bagi kita untuk mengatakan bahwa GTU dan kursus-kursus yang berkaitan dengannya telah meratakan jalan bagi kebangkitan kembali dan penegasan kembali dominasi gerakan buruh nasionalis dan radikal.

Tipe baru pendidikan buruh "radikal" ini, pendidikan pembebasan, lahir dengan kebangkitan dan penguatan serikat buruh progresif dan militan. Filsafatnya adalah: buruh terbebaskan dari penindasan ekonomi, politik, kultural, dan penguatan mereka menuju tercapainya sebuah masyarakat yang adil dan manusiawi. Karena sebuah pendidikan yang bersifat kritis, radikal, dan demokratik menangani penderitaan dan aspirasi kaum buruh sendiri, ia menyentuh kepentingan perut (ekonomi), hati (perasaan) dan pikiran (kesadaran). Demikianlah, kekuatan dan potensi mereka diaktifkan.

Dikarenakan jenis pendidikan ini didasarkan pada "pemikiran kritis dan radikal", problem buruh dianalisis secara kolektif dalam kerangka kerja identitas kelas dan kesejarahan. Lebih lanjut, ia mengklarifikasikan perspektif, arahan dan orientasi gerakan buruh. Inilah yang pada saat ini sedang disebarluaskan oleh sektor militan dari buruh seperti KMU, TUPAS dan serikat- serikat buruh independen lain. Ia juga disebarluaskan di serikat- serikat buruh lokal seperti TUCP dan FFW.

Karakteristik lain dari jenis baru pendidikan buruh ini adalah "orientasi-massa"-nya. Merumuskan pengalaman buruh sendiri dalam perjuangan hari demi hari mereka, kurikulum tersebut bukan hanya untuk pengurus tapi untuk seluruh anggota serikat buruh. Sasarannya adalah mengklarifikasi peran sejarah dan identitas kelas gerakan buruh. Sebagai sebuah kursus massa, ini merupakan instrumen bagi penguatan dan demokratisasi.

Hal penting lain pada tahun 1980-an adalah lahirnya perspektif dan orientasi politik. Inilah yang membedakan dan bertindak sebagai sebuah alternatif bagi ideologi sebuah masyarakat semi-kolonial, semi-feudal. Karena itu, perbedaan ideologi dan kontradiksi selanjutnya dipertajam. Kelompok-kelompok konservatif seperti TUCP terpaksa memasukkan beberapa topik tentang perjuangan buruh ke dalam kurikulum mereka. Rene Ofreneo menyatakan dalam pengujiannya tentang jenis-jenis pendidikan yang berbeda, yakni ".....dapat dicatat di sini betapa besar pusat-pusat buruh pendukung pendidikan tradisional buruh di Filipina saat ini sedang merevisi program-program pelatihan dan pendidikan mereka. Saat ini mereka memiliki topik tentang ideologi kelas pekerja dan keterlibatan politik kaum buruh. Mungkin ini merupakan reaksi terhadap gerakan dan keberhasilan serikat-serikat buruh militan."

Sejarah sendiri menunjukan bahwa kita tidak dapat mengabaikan sedikitpun aspek politik dalam pendidikan buruh. Banyak dari pusat-pusat buruh utama dan bahkan di Departemen Tenaga Kerja menerima bahwa "gerakan buruh akan semakin membutuhkan pendidikan politik".

Serikat-serikat buruh militan dan progresif membutuhkan peningkatan pendidikan politik sejalan dengan pertumbuhan dan politisasi gerakan buruh. Pendidikan pembebasan menanggapi kebutuhan ini. Selain itu, kita menyebarluaskan tentang kursus sosialisme. Kursus ini mendiskusikan aspirasi kelas dan arahan gerakan buruh. Gerakan Enam Februari (FSM) yang juga menggunakan kurikulum GTU memiliki metoda modul orientasi politik dalam kursus- kursus tahap lanjutan mereka. FFW dan kaum sosial demokrat juga memiliki kursus tentang politik serikat buruh.

Kerja pendidikan merebak di tengah barisan buruh. Di luar EILER, lembaga-lembaga di tingkat nasional berkenaan dengan program pendidikan buruh bermunculan. Pada tahun 1983, kaum Protestan dan pemimpin-pemimpin buruh mendirikan Pendidikan dan Pendampingan Buruh untuk Pembangunan (LEAD) yang mengkhususkan diri dalam pendidikan politik kaum buruh. Dengan bantuan KMU, LEAD menyebarluaskan KPD (Kursus tentang Demokrasi Nasional). Pada tahun 1987, LIFEDEV didirikan untuk memusatkan pada penyebaran dan pengembangan pendidikan tentang koperasi buruh.

Sementara itu, EILER juga membantu kelahiran institusi- institusi lain seperti CARLS (Pusat Riset Terapan dan Pelayanan Pustaka). Lembaga ini melayani keperluan pustaka bagi pendidik dan organisator dan juga kerja penelitian. Setelah missi pencari fakta mengenai penindasan dan kekerasan terhadap buruh-buruh Mindanao, EILER membantu mendirikan Komisi tentang Serikat Buruh dan Hak-hak Azasi (CTUHR). Pelayanan utamanya adalah mendistribusikan pendidikan hak-hak serikat buruh, dokumen pelanggaran terhadap hak-hak tersebut dan program reguler radio "Buhay Manggagawa" (siaran perburuhan).

Dalam bidang seni dan sastra, Pusat Sumberdaya Amado V. Hernadez (AVHRC) didirikan untuk meningkatkan bakat kesusasteraan kaum buruh. Mereka menyelenggarakan kontes sastra tahunan (Gawad Ka Amado) untuk memberikan penghargaan bagi karya-karya sastra dari kaum buruh dan pembela kaum buruh.

Agen-agen pemerintahan juga mendistribusikan versi mereka tentang pendidikan buruh melalui ILMAS (Lembaga Studi Sumberdaya Buruh), DOLE (Departemen Buruh dan Tenaga Kerja), BLR (Biro Hubungan Perburuhan) dan BRW (Biro Buruh Pedesaan). ILO (Organisasi Buruh Sedunia) memberikan bahan-bahan untuk pendidikan buruh, bantuan dalam penerjemahan dan pelatihan.

Bahkan lingkungan akademisi mengambil bagian dalam pengembangan pendidikan buruh. Contohnya, UP-SOLAIR (Universitas Filipina-Akademi Buruh dan Hubungan Industrial), PUP-ILIR (Universitas Politeknik Filipina-Lembaga Buruh dan Hubungan Industrial) dan lembaga-lembaga berbasis Ateneo seperti Akademi Buruh dan Lembaga Buruh.

Boleh jadi karena pengakuan terhadap peran khusus dari lembaga-lembaga penyebaran pendidikan buruh, bermacam blok politik pada perburuhan membentuk lembaga-lembaga pendidikan mereka. LEARN (Jaringan Riset dan Pendidikan Buruh) misalnya membantu LMLC (Pusat Buruh "Kekuatan Buruh") sementara PSI (Lembaga Sosial Filipina) membantu FFW.

Pusat-pusat buruh utama seperti TUCP, FFW, TUPAS, WFTU dan KMU dan sejumlah kecil federasi-federasi besar memiliki pelayanan pendidikan dan kurikulum sendiri. Mereka mengembangkannya dan mengadaptasi materi itu dari organisasi-organisasi atau lembaga lain. Terkecuali untuk beberapa serikat buruh besar dan lokal yang telah didirikan, banyak serikat buruh biasanya bergantung hanya pada program pendidikan lembaga atau federasi mereka dan pusat-pusat buruh.

Penyebarluasan Lingkup Nasional

Setelah berhasil membantu pembentukan CARLS dan STUHR, EILER memusatkan perhatiannya untuk menyebarluaskan pendidikan buruh dalam lingkup nasional. Pada tahun 1983, jumlah buruh yang tertarik studi melonjak luar biasa. Untuk menanggapinya, EILER bekerja sama dengan para buruh dari berbagai pabrik, tempat, lokal, propinsi, regional dalam membangun lembaga atau program mereka sendiri dalam riset dan pendidikan buruh. Desentralisasi diperlukan--penyebarluasan kurikulum yang sama bagi pendidikan buruh diintensifkan, namun lembaga-lembaga lokal yang berbeda dan bukan hanya EILER bertanggung jawab atasnya. Pengelolaan mengatur bagian besar tujuan EILER: mengembangkan kurikulum dan mendistribusikannya juga. Dalam hal ini, kita memusatkan pada pengembangan kurikulum tanpa mengabaikan begitu saja distribusinya. Juga, lembaga-lembaga lokal atau komite-komite pendidikan (di pabrik-pabrik) bersama dengan EILER menyimpulkan kurikulum dan mengembangkannya.

Dewasa ini, beberapa pabrik besar memiliki komite pendidikan sendiri. EILER juga membantu mengambangkan komite pendidikan di serikat buruh dan federasi serta melakukan pelatihan bagi pengurusnya.

Banyak lembaga-lembaga dengan ruang lingkup tanggung jawab yang berbeda muncul di Metro Manila. Contohnya, adalah Pusat Kerasulan Buruh San Roue (SRCLA) dan Lembaga Muntinlupa Las Pinas untuk Pendidikan dan Riset (MUNTILLER) di Manila Selatan, Lembaga Kerasulan Buruh San Pablo (SPALI) di Manila, Lembaga Buruh untuk Pembangunan, Pendidikan dan Riset (LIDER) di uezon City, Lembaga Mandiri untuk Pengembangan Buruh dan Pendidikan (SHIELD) di Manila Utara, Lembaga untuk Pendidkan dan Riset Pembangunan (IDES) di Marikina dan sekitarnya, Pelayanan Sosial St. Joseph di Kotamadya Pasig, Lembaga Riset dan Pendidikan Buruh Makati (MILER), Lembaga Buruh Pelabuhan Filipna (WWIP) yang mengkhususkan diri pada buruh-buruh pelabuhan dan dermaga.

Untuk menjangkau buruh di daerah-daerah lain, kami juga membentuk lembaga-lembaga regional. CLEAR (Pusat Pendidikan, Pendampingan, dan Riset Buruh) di Luzon Utara didirikan, juga ada CLWIDE (Lembaga Pengembangan dan Pendidikan Buruh Luzon Tengah), CWELD (Pusat Pendidikan, Kepemimpinan dan Pengembangan Buruh di Tagalog Selatan), SILI (Lembaga Buruh San Isidro) di Bicol, MADBLAC (Pusat Pendampingan Buruh Monsignor Aglipay-Don Belong) di Bacolod, LEADER (Pendampingan Pendidikan Buruh untuk Pengembangan dan Riset) di Kep. Panay, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Visayas (VIHDA) di Metropolitan Cebu dan VIRTUE (Lembaga Visaya untuk Riset dan Pendidikan Serikat Buruh) melayani wilayah Visayas. Di Mindanao, LASER (Pelayanan Pendidikan dan Riset Perburuhan) dibentuk sekitar tahun 19990-an, Yayasan Pengembangan Nonoy Librado (NLDF).

Koordinasi dan Jaringan kerja

Di samping membarikan pendidikan reguler dan membantu mengorganisasi perangkat-perangkat pendidikan, EILER juga mengikat jaringannya dengan buruh melalui terjun langsung dalam perjuangan hari ke hari dalam aksi-aksi massa yang mereka gelar, apakah pada tingkat lokal maupun nasional.

Kunjungan-kunjungan reguler ke pabrik-pabrik dan kantor-kantor serikat buruh, tinggal dan makan bersama buruh dalam aksi-aksi pemogokan mereka, dan bahkan perjalanan menuju wilayah- wilayah kerja yang jauh dari Filipina. EILER juga berkali-kali membantu buruh dari Perusahaan San Miguel dalam beberapa kali perjuangan dan pemilihan kepemimpinan serikat buruh untuk menentang kongkalikong serikat buruh kuning dan pihak perusahaan.

Tingkat nasional merupakan juga arena lain dimana keahlian EILER dalam bidang pendidikan buruh biasanya dipilih oleh pusat- pusat serikat buruh militan. Bantuan EILER dalam menciptakan kursus-kursus khusus bagi kepentingan kampanye bergantung pada isue pada saat itu. EILER juga menyelenggarakan kursus jangka pendek untuk melatih "instruktur-instruktur instant" untuk keperluan kursus dan pengarahan, pemantauan dan evaluasi dalam kerja mereka di antara massa buruh. Di waktu lalu, kampanye nasional menyangkut soal peningkatan upah, menentang ketidakadilan hukum perburuhan, menentang kenaikan harga minyak, dan menentang pangkalan militer AS, meruapakn contoh-contoh kampanye dimana EILER terlibat membantu di dalamnya. Pada dewasa ini, EILER merupakan salah satu di antaranya dalam garis depan dalam kampanye untuk mengungkap dan melawan kejahatan mimpi Presiden Ramos tentang "Filipina 2000".

Jaringan yang kuat dengan kalangan buruh dan keterlibatan langsung dengan perjuangan mereka membantu mengasah kualitas kerja pendidikan dari EILER.

Koordinasi merupakan aspek penting dalam kelangsungan pengembangan dan penyebarluasan pendidikan buruh. EILER sudah melakukannya sejak tahun 1981. Kita bertujuan berkoodinasi dengan semua kelompok buruh untuk membantu mereka dan kami sendiri dalam mengembangkan buruh sehinga mereka menjadi anggota serikat buruh dan warga negara yang aktif dalam mengubah masyarakat.

Pada tahun 1985, sebelas orang buruh Filipina pergi ke Jerman Barat dan empatbelas buruh Jerman datang ke Filipina pada tahun 1987 untuk memenuhi program pertukaran yang diselenggarakan oleh EILER dan Kelompok Solidaritas Buruh Jerman di Bochum, Jerman Barat. Program pertukaran bertujuan memberikan kepada buruh dari kedua negeri kesempatan untuk mengetahui lebih banyak kelemahan dan kekurangan konsep tentang serikat buruh masing- masing serta persatuan buruh bukan hanya di negerinya sendiri namun juga di negeri lain.

Pada tahun 1987, sebuah konsultasi nasional tentang buruh diselenggarakan melalui Satuan Tugas Pendidikan Buruh (TFWE). Pembedaan tingkat pendidikan buruh diperjelas setelah instruktur buruh melakukan pertukaran pandangan dan analisis tentang situasi di berbagai daerah di Filipina. Selanjutnya, konsultasi di tingkat regional diselenggarakan. Kesemuanya ini dilakukan untuk menyimpulkan keadaan pendidikan buruh di seluruh negeri guna persiapan kampanye pendidikan yang akan dilancarkan. TFWE tersusun dari lembaga-lembaga buruh dan organisasi-organisasi dengan program pendidikan buruh. Mereka adakalanya menyelenggarakan konferensi dan kampanye pendidikan.

EILER juga merupakan bagian dari CLE (Konferensi Pendidik Buruh). CLE dibentuk setelah diadakan konsultasi umum para pendidik buruh pada tahun 1990 di Laguna. CLE menggabungkan konferensi pendidik dari lembaga-lembaga perburuhan dan organisasi kelompok-kelompok politik yang berbeda. Selain dari pertukaran pengalaman dan sumberdaya, CLE juga menyelenggarakan pelatihan dan studi untuk pengkayaan ketrampilan dan pengetahuan pendidik.

EILER juga melakukan koordinasi secara aktif dengan institusi-institusi buruh di negeri lain. Pada tahun 1989, sebuah Pertemuan Pendidik Buruh Asia (AMWE) diselenggarakan di Filipina. Asia Tenggara dan Asia Timur melakukan industrialisasi secara cepat sejak tahun 1970-an. Jumlah buruh meningkat luar biasa yang selanjutnya membutuhkan aktivitas seperti pendidikan untuk belajar, memahami dan menjalankan peran dan hak-hak mereka sebagai buruh.

Empatbelas orang instruktur buruh dari negeri-negeri Asia seperti Korea Selatan, Taiwan, Sri Lanka, Filipina dan Hong Kong bertemu di Filipina. AMWE diselenggarakan secara gabungan oleh Pusat Kemajuan Rakyat (berbasis di Hong Kong) dan EILER. Ini diselenggarakan sebagai jawaban bagi tuntutan buruh dan buruh gereja (buruh yang diorganisir oleh gereja) dari berbagai negeri Asia terhadap EILER untuk menyumbangkan pengalaman kongkritnya, teknik, program dan materi pendidikan dimana EILER telah mengumpulkan selama bertahun-tahun di bidang pendidikan buruh. Di AMWE, partisipan juga bisa menyumbangkan pengalaman mereka, pelajaran dan teknik-teknik lainnya dalam pengembangan dan pendistribusian pendidikan buruh.

Di samping AMWE, EILER juga anggota aktif dari Biro Asia Pasifik Selatan Pendidikan Orang Dewasa (ASPBAE). EILER adalah salah satu lembaga aktif yang memimpin pengkoordinasian organisasi-organisasi pendidikan buruh terutama di sub-region 3 (SR3) Jaringankerja Pendidikan Buruh ASBAE. Pada saat ini, EILER adalah bagian dari kelompok perumus perangkat pendidikan buruh yang digunakan oleh negeri-negeri lain di dalam jaringankerja ASPBAE.

Kurikulum Pendidikan Buruh dalam Serikat Buruh Sejati

Setelah satu dekade dilakukan upaya tak kenal lelah dan tekun dalam pendidkan buruh, Kurikulum berkembang sedikit demi sedikit. Tiga level pendidikan bisa dirumuskan. Meski tak disyaratkan untuk mengikuti ketiga level ini dalam pengembangan pendidikan, kurikulum ini dikategorisasikan dalam tahap-tahap atau level-level menjadi sistematis dan efisien.

Membangun Kesadaran

Level pertama, level kesadaran, mencakup kursus-kursus massa. Di sini kursus disebarluaskan secara menyeluruh kepada semua buruh, apakah buruh industri, jasa atau pertanian. Kursus ini tidak membedakan apakah pesertanya pemimpin atau anggota. Level kesadaran mencakup kursus dasar seperti GTU (yang bertujuan membantu buruh menjadi sadar kelas), KPD (yang bertujuan membantu buruh memahami arti perjuangan demi demokrasi nasional dan persatuan dengan sektor-sektor yang berbeda di dalam masyarakat), dan Kursus Sosialisme (yang memperjelas perspektif perjuangan buruh).

A. GTU adalah kursus dasar buruh.

Kursus bertujuan untuk memberikan pada buruh tentang pengetahuan berserikat atas dasar prinisip-prinsip serikat buruh sejati dan menunjukkan pada buruh hubungan erat antara perjuangan serikat buruh dengan upaya nasional untuk mencapai kedaulatan, demokrasi, dan keadilan sosial. Kursus memusatkan pada peningkatan kesadaran kelas buruh dan pembangunan kepercayaan-diri mereka dalam memenuhi peran pentingnya di masyarakat; penguatan persatuan dalam prinsip-prinsip gerakan buruh; penegasan konflik antara buruh dan modal khususnya dalam masyarakat Filipina dan memberikan contoh-contoh kongkrit; dan memperjelas sebab-musabab problem dan kedaulatan nasional dan demokrasi sebagai alternartif sistem politik yang ada. GTU biasanya didiskusikan dalam 30 jam atau 3 hari seminar.

B. KPD adalah kursus dasar kedua.

LEAD menulis dan mengimplementasikan terobosan Kursus KLP tentang Masyarakat Filipina untuk menjawab kebutuhan sosio-politik kaum buruh. Setelah jatuhnya kediktatoran Marcos dan bangkitnya kekuasaan pemerintahan Aquino, Kilusang Mayo Uno (KMU) membantuk komisi LEAD yang mengolah kursus yang akan memperjelas "......mengapa perjuangan untuk demokrasi nasional terus dilanjutkan dan kebutuhan seluruh negeri untuk tetap melanjutkannya." (KPD Introduction, 1989). Setelah merivisi KLP, LEAD dan KMU mempublikasikan dan menyebutnya KPD pada bulan Juli 1989.

KPD mempelajari sejarah Filipina atas dasar kerangka analisis gerakan rakyat dan interaksi kelas di dalam masyarakatnya. Kursus mengidentifikasi problem dasar dan hubungan sosial yang merintangi upaya nasional untuk merdeka dan adil makmur. Ini menegaskan para partisipan dalam demokrasi nasional untuk bangkit dari penindasan dan kesengsaraan.

Kursus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama terdiri dari sejarah Filipina. Bagian kedua mendiskusikan tiga problem pokok dan bagian ketiga memuat pemecahan demokrasi nasional dalam mengatasi krisis masyarakat semi-feudal dan semi-kolonial. KPD biasanya didiskusikan dalam dua hari atau 18 jam pengajaran, aktivitas diskusi dan belajar.

C. Kursus dasar ketiga untuk buruh mendiskusikan perspektif, aspirasi dan arah gerakan buruh. Pada level ini, ada perbedaan pemikiran yang mendasar walaupun esensi versi dan teks yang digunakan adalah sama. EILER menyebut kursusnya Bagong Ugit sa Kinabukasan (BUKAS). Sebuah kursus juga diajukan pada tahun 1991, sebuah Kursus Pengantar Sosialisme.

Kursus dasar ketiga bertujuan untuk membantu buruh memahami situasinya pada saat ini dan problem dasar masyarakat Filipina serta menyodorkan alternatif dan jalan perubahannya. Kursus ini menjelaskan dasar ilmiah dan makna sosialisme sebagai sebuah masyarakat untuk mengganti penghisapan dan pembudakan oleh kapitalisme atau imperialisme. Kursus ini mengajarkan bagaimana jalan menuju sosialisme dalam sebuah masyarakat semi-kolonial, semi- feudal seperti Filipina melalui kemenangan dalam perjuangan untuk demokrasi nasional.

Kursus ini memiliki empat topik. Pertama merinci situasi dewasa ini dan problem pokok kelas pekerja Filipina. Kedua dan ketiga mendiskusikan dasar-dasar ilmiah dan arti sosialisme. Bagian keempat mendiskusikan jalan menuju sosialisme. Ini didiskusikan selama satu setengah hari atau delapanbelas jam.

Tahapan Konsolidasi

Mengenai kerja konsolidasi, kursus massa untuk konsientasi makin diperdalam, kongkritisasi dan perjelas konsep-konsep sesuai dengan kondisi khusus dari buruh. Termasuk di sini adalah lingkaran-lingkaran studi tentang isu-isue yang sedang berkembang. Biasanya, isue-isue didiskusikan dalam penerbitan yang dikeluarkan oleh institusi-institusi buruh, seperti TALAKAN dan komik BREAKTIME dari LEAD, TALAGAWA dan DATOS dari EILER, LABOR BULETIN dari CARLS, dan jurnal khusus dan studi-studi yang dikeluarkan oleh institusi-institusi dan organisasi buruh.

Ada juga kursus yang secara khusus diselenggarakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lokal atau sektor tertentu seperti ORIENTASI BURUH PEREMPUAN, PASADA untuk para sopir dan operator jeepney, SERIKAT SEKTOR PUBLIK (PSU) untuk pegawai pemerintahan, SEMINAR BURUH DASAR bagi mereka di perbankan dan industri moneter, PANIMULANG ARALIN SA PANTALAN (PAP) untuk buruh pelabuhan.

Selama level konsolidasi terdapat program untuk pembentukan dan pengembangan pemimpin-pemimpin buruh. Program untuk Pembentukan dan Pengembangan Pemimpin bukanlah kursus pelatihan yang sederhana. Ini juga tidak bisa diperlakukan sebagai kursus massa karena partisipannya diseleksi. Kursus Pembentukan Kepemimpinan adalah pokok meskipun ini bukan satu-satunya bagian dari program untuk penguatan buruh.

Kursus Pembentukan Kepemimpinan mempunyai tujuan sebagai berikut: menciptakan sebuah forum dan kesempatan (ruang gerak) bagi pemimpin untuk menguji dan mempraktekkan kemampuan kepemimpinannya, dan menempatkan pengujiannya itu untuk meningkatkan pemahaman serta memberi penghargaan kepada kepemimpinannya tersebut sesuai dengan konteks dan perspektif mereka. Dari cara inilah sasaran pengembangan kepemimpinan dan ketrampilan yang diperlukan seorang pimpinan diraih. Fokus kursus adalah penyegaran bagi partisipan dalam hal: konteks perorangan dan sosial kepemimpinan; ide-ide, peran dan tanggungjawab kepemimpinan; ruang lingkup strategik kepemimpinan buruh dalam pemberdayaan; dan topik-topik terpilih tentang pengetahun, sikap, ketrampilan dan watak-watak interpersonal (KAKI) dimana seorang pemimpin buruh, pemimpin serikat buruh, dan pemimpin warga negar harus miliki. Partisipan yang menjadi target adalah pemimpin, organisator, pendidik, dan anggota-anggota maju dari serikat buruh, federasi dan aliansi buruh. Bagian dari kursus meliputi berbagai macam lokakarya, diskusi pengajaran, dan aktivitas belajar lainnya di dalam simnar tinggal-bersama selama empat hari lamanya.

Sesudah mengikuti kursus ini, para pemimpin akan menjadi bagian dari sebuah program pertukaran di antara pemimpin. Misalnya, seorang pemimpin dari Mindanao akan bekerja dan menjadi bagian dari sebuah serikat buruh atau federasi di Luzon selama satu bulan. Atau dapat pula pertukaran pemimpin di antara negeri seperti yang berlangsung di antara Filipina (EILER) dan Program Pertukaran Pemimpin Serikat Buruh Jerman pada akhir tahun 1985. Bagian dari program pertukaran, pemimpin secara reguler juga akan bertemu di konferensi-konferensi dan forum-forum. Program biasanya akan dilangsungkan untuk satu tahun. Problemnya biasanya adalah mempertahankan partisipasi para pemimpin oleh karena alasan-alasan organisasional dan problem-problem dan kebutuhan-kebutuhan pribadi.

Bagian lain dari level konsolidasi adalah Program Pelatihan Terpadu untuk Pendidik Buruh (ITPWE). Seperti halnya program untuk pengembangan pemimpin, ITPWE membutuhkan waktu beberapa bulan.

Tahap Pelatihan

Level ketiga adalah tahap pelatihan ketrampilan. Tahap ini mengenai penajaman ketrampilan buruh di bidang-bidang kerja yang berbeda. Beberapa contoh dari tahap pelatihan ini adalah kerja pendidikan, pengorganisasian, kerja propaganda, koperasi, pidato, administrasi serikat buruh dan lain-lain.

Sebagai contoh, PGE atau Pelatihan untuk Kerja Pendidikan bertujuan membekali instruktur-pendidik yang akan menyebarkan pendidikan bagi buruh, membantu buruh mengembangkan ketrampilan mereka sebagai instruktur dan pemandu pelatihan, menjadi suatu cara untuk pengelolaan yang sistematik dan administrasi yang benar tentang kerja pendidikan, dan dapat menunjukkan secara jelas bahwa kerja pengajaran adalah hanya bagian dari kerja pendidikan yang jauh lebih luas. Fokus kursus terletak pada kondisi pendidikan buruh dan kebutuhan untuk sebuah pendidikan pembebasan; prinsip, metoda, teknik kerja pengajaran; pelatihan diangkat dari teori; dan, pengelolaan kerja pendidikan, pengembangan ketrampilan, dan pelatihan pelatih. Kita berlatih bukan hanya sebagai instruktur namun juga pendidik yang komprehensif. Partisipan yang berpeluang adalah buruh-buruh yang memiliki potensi dan minat untuk menjadi instruktur dan pemandu. Partisipan yang paling baik adalah bilamana ia telah menyelesaikan PAMA atau Kursus Pengantar untuk Buruh dan/atau Kursus tentang Serikat Buruh Sejati, Kursus tentang Demokrasi Nasional, dan kursus-kursus dasar lainnya. PGE diselesaikan dalam waktu 32 jam atau 3 hari. Termasuk di dalamnya adalah berbegai metoda dan teknik pengajaran.

PASYON atau Pengelolaan Serikat Buruh dirancang untuk memberikan pengetahuan yang benar bagi pengurus atau pemimpin serikat buruh tentang bagaimana mengelola sebuah serikat buruh, mengembangkan ketrampilan dalam negosiasi dengan perusahaan untuk memperjuangkan kepentingan anggota serikat buruh, dan penuntun bagi pemimpin untuk mengenali dan menyeimbangkan program primer dan sekunder dan aktivitas-aktivitas serikat buruh. Dalam kursus didiskusikan prinsip-prinsip umum pengelolaan serikat buruh untuk menunjukkan pentingnya pengelolaan secara benar sebuah serikat buruh sementara mengembangkan pengusaan mereka terhadap berbagai metoda dan ketrampilan menuju kesatuan lebih kuat keanggotaan serikat buruh. Lazimnya, mereka yang diikutsertakan dalam kursus adalah organisator serikat buruh, dan pengurus dan pemimpin serikat buruh (dari level pelayan hingga pembuat kebijaksanaan).

Kursus tentang Pembangunan, Pengelolaan dan Pengkonsolidasian Perangkat Pendidikan, adalah jawaban bagi kebutuhan membangun institusi yang bukan hanya EILER namun juga semua institusi lokal dengan kerja yang sejenis. EILER menciptakan berbagai modul untuk memberikan pelatihan bagi instruktur dan anggota-angota lain dari institusi seperti peneliti, penulis, pengurus, dan lain-lain. Di antaranya adalah modul-modul tentang: Pelatihan Pembicara, Pembangunan Institusi, Seminar Manajemen, Orientasi Keuangan dan Tanggung jawab, Lokakarya tentang Manajemen Keuangan, dan lain-lain.

Kursus lain di dalam level pelatihan bergantung pada ruang lingkup khusus dimana seorang buruh berminat berspesialisasi. Itulah mengapa ada Pelatihan Riset bagi peneliti, Penanganan Keluhan dan Orientasi Pelayan, Pelatihan Pembicara, Pelatihan Organisator, dan lain-lain.

Pedagogi dan Teknologi

Sejalan dengan kursus ini dikembangkan pedagogi dan teknologi kerja pengajaran. Selama tahun 1980-an, metoda pengajaran pembebasan dan populer serta teknik mengajar pendidikan buruh telah muncul. Dari cara lama membaca dan mendiskusikan sebuah topik dan cara pengajaran jenis ceramah dikembangkan metoda dengan menggunakan lokakarya, permainan (games), latihan belajar terstruktur (SLE), dinamika kelompok, lagu dan teater. Secara umum, diupayakan untuk menggunakan dan mengembangkan metoda pengajaran dimana tanggung jawab belajar secara kolektif.

Pendidikan pembebasan buruh bergantung pada filsafat "kekuatan untuk mencapai keadilan masyarakat yang manusiawi ada di tangan massa". Karena pendidikan pembebasan harus menunjukkan kondisi buruh, maka studi harus menyentuh "perut, pikiran dan hati" buruh. Karena di sinilah, potensi dan kekuatan mereka mencuat. Buruh dapat mengenali dan menjunjung tinggi peran mereka dalam masyarakat--partisipasi mereka dalam produksi dan ketetapan mereka untuk bekerja mengubahnya.

Falsafah ini terkandung di dalam Petunjuk Kursus Kerja Pendidikan dari EILER yang telah diterbitkan. Ini merupakan kursus pelatihan dasar bagi pendidik dan instruktur serikat buruh sejati.

Pendidikan pembebasan menekankan pada karakter pendidikan yang nasionalis, ilmiah, dan pro-rakyat. Ini memberikan penghargaan terhadap kedaulatan dan cinta negeri dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya. Ini merupakan kunci membebaskan pikiran dan hati warga, terutama kaum buruh, dari penghisapan dan pemerkosaan asing. Ini memberikan perspektif nasionalis dan berlaku sebagai alternatif bagi cara berpikir yang disuntikkan oleh sistem pendidikan tradisional dan komersialisasi media.

Pendidikan pembebasan mengembangkan pemanfaatan data yang didokumentasikan dan pengkayaan pengalaman di temapat kerja dan kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, buruh dilatih untuk meneliti dan menganalisis data dan kejadian. Kesimpulan dan pernyataan selanjutnya dibuat melalui pengamatan rinci dan pengujian.

Pendidikan pembebasan berawal dari pengalaman kongkrit dalam kehidupan buruh. Teori dan konsep diuji di pabrik, di dalam kerja serikat buruh, dan dalam partisipasi dalam perjuangan untuk mengubah masyarakat.

Pendidikan pembebasan juga pro-rakyat karena pendidikan ini bertujuan untuk menjangkau bukan hanya pemimpin-pemimpin yang terseleksi atau individu-individu yang dikenal dalam serikat buruh namun juga keanggotaan massa dari semuanya. Ini bergantung pada keyakinan bahwa "kekuatan dari gerakan buruh muncul dari aksi kolektif mereka dan peran memimpin di dalam gerakan massa rakyat luas menuju perubahan masyarakat".

Oleh karena itu, falsafah pembimbing di sini adalah pengembangan pendidikan buruh yang membebaskan mereka dari struktur eksploitatif di dalam masyarakat, memberikan mereka kekuatan dan ketetapan hati untuk mengubahnya, dan mengembangkanya di dalam cara yang saling terkait antara "perut, pikiran, dan hati".

Hal ini berarti bahwa pendidikan hendaknya lahir dan memberikan pengarahan yang tepat pada kekuatan kelas pekerja. Kemarahan dan kelaparan hendaknya ditunjukkan dengan cara yang masuk akal. Adalah sangat terbatas jika hanya merasa tertindas dan tereksploitasi. Adalah sangat penting untuk mengujinya dan menerjemahkannya ke dalam pemikiran yang sistematik.

Adalah sasaran kami untuk menyebarluaskan pendidikan yang membantu belajar-sepanjang hidup dan dalam pengembangan kaum buruh. Kursus seperti GTU atau KPD adalah langkah pertama menuju sasaran itu. Oleh karena itu kursus memberikan kepada mereka pengetahuan tentang gerakan buruh, politik dan masyarakat.

Itulah prinsip-prinsip pokok dalam pendidikan buruh yang bertujuan untuk menghapuskan eksploitasi dan kebodohan menuju pembebasan. Jika prinsip-prinsip tersebut tak ada, maka pendidikan kehilangan arah kebenaran dan keunggulannya.

Gagasan yang tepat dilahirkan dari pengalaman massa dalam perjuangan mereka secara terus-menerus di dalam masyarakat. Pengetahuan ditingkatkan dan kesadaran diperdalam melalui praktek gagasan dan teori. Teori hendaknya menjadi pembimbing praktek. Dalam mengkajinya, adalah penting menunjukkan hubungan teori dengan kehidupan nyata dan pengalaman langsung pelajar-buruh itu. Dengan perkawinan teori dan praktek, pendidikan menjadi ilmiah bagi buruh.

Belajar secara kolektif mencakup hubungan antara: pengajar dan pelajar, pelajar dan pengajar, pelajar dan pelajar, pengajar dan pengajar lainnya. Ini berarti bahwa setiap dan masing-masing orang memiliki sumbangan yang penting bagi pelajaran.

Setiap pelajar bebas menyuarakan pendapat, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, dan membuat kritik. Ini berarti bahwa ada kebutuhan untuk menghargai orang lain. Disiplin juga penting selama berlangsungnya diskusi. Diskusi hendaknya tidak meluas keluar dari kerangka yang telah disiapkan dalam rangka menjamin bahwa topik penting diskusikan sesuai alokasi waktu yang disediakan.

Agar pelajaran menjadi efektif, topik yang didiskusikan dan metoda instruksi yang digunakan hendaknya dirancang sesuai dengan karakter siswa. Melalui formulir pendaftaran, adanya orientasi pra-kursus (seandainya memungkinkan), dan pembicaraan informal dengan siswa, demikian pula dengan pengurus srikat buruh mereka atau dengan orang-orang yang mengirimkan mereka, level kesadaran siswa bisa ditaksir demikian pula dengan tujuan-tujuan pribadinya dalam mengikuti kursus, pengharapan dan masalah yang mereka hadapi, Hal ini akan menjamin bahwa kursus dapat menjawab kebutuhan massa buruh.

Ada dua metoda yang digunakan dalam pengajaran: metoda induktif dan deduktif dalam pendidikan buruh. Dalam menjelaskan GTU misalnya, metoda induktif lebih efektif. Kursus berawal dari pengumpulan pengalaman dan pengenalan tentang kondisi kerja partisipan. Dalam analisis kolektif terhadap kesamaan dan perbedaan, juga kesimpulan dibuat secara kolektif. Dalam metoda induktif, kekayaan pengalaman buruh direkam. Ini menjadi sebuah rangkaian pengetahuan baru.

Di sisi lain, metoda deduktif berawal dengan pemaparan prinsip-prinsip atau teori yang butuh diuji dan dibuktikan. Ini biasanya digunakan untuk kursus-kursus KPD dan BUKAS. Misalnya, dalam KPD konsep semi-kolonial, semi-feudal masyarakat Filipina diajarkan. Ini diuji melalui analisis keadaan ekonomi, sistem politik, dan kebudayaan masyarakat Filipina.

Di dalam pemilihan metoda yang digunakan dalam pengajaran, bebrapa hal hendaknya dipertimbangkan: tujuan, siswa, topik, dan keterbatasan teknik.Apapun metoda yang digunakan, prinsip belajar hendaknya tidak dilupakan: "dari apa yang diketahui menuju apa yang tidak diketahui" dan "belajar dengan mengerjakan". Teori-teori baru, konsep-konsep dan ide-ide musti dikaitkan dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya sedemikian rupa sehingga mereka dapat memehaminya. Metoda yang digunakan dalam mendidik buruh hendaknya membantu mencapai mengubah kondisi di tempat kerja, di komunitas dan di masyarakat.

Pendidikan pembebasan membantu buruh mendengar, berbicara, membaca, bertindak, menghadirkan, menguji dan mengembangkan teori. Konsientisasi buruh yang dibangkitkan memlalui pendidikan adalah awal dari pembebasan mereka. Belenggu perbudakan secara terus menerus terpotong setiap saat mempelajari pengetahun baru dan ketrampilan dan pemanfaatannya dalam perjuangan mereka. Lantaran pendidikan pembebasan, setiap aksi gerakan buruh didasarkan pada metoda ilmiah.

Berbagai teknik digunakan dalam pengajaran sedemikian rupa sehingga diskusi akan menjadi hidup, memberi keberanian pada buruh untuk berpartisipasi, dan mempercepat pemahaman mereka terhadap ide-ide.

Dalam pengajaran yang aktual, adalah sangat baik dan efektif bila gaya yang digunakan adalah hidup dan nada suaranya kreatif dan keras, kata-katanya sederhana-tepat yang menggerakkan dan militan, menggugah gerakan tubuh dan ekspresi, memberikan keberanian orang untuk berpendapat dan penegasan, dan menjawab pertanyaan dari partisipan.

Dalam mendiskusikan topik, beberapa teknik yang efektif adalah: 'omong-tulis' (chalk talk), Ah-Hah, bermain peran, sessi desas-desus, lokakarya, forum, puisi, lagu dan ice-breakers (lagu-lagu aksi), permainan, studi kasus, lukis dinding dan membuat kolase, puisi dan pembuatan lagu, dan lain-lain.

Perlengkapan pengajaran dibagi ke dalam barang-barang cetakan, seperti teks, materi suplemen (yi. hand-outs), majalah dan buletin, dan peralatan multi-sensori yang biasanya mencakup kapur dan papan tulis, kertas, grafis, peta, dan audio-visual. EILER menggunakan slide dalam mendiskusikan bagian-bagain GTU--Sejarah Gerakan Buruh dan Pengalaman Buruh di Perkebunan Pisang.

Pemeriksaan Dan Pengembangan

Formulir evaluasi partisipan (PAF) adalah level pertama dalam mengukur efek pendidikan dan pelatihan partisipan. Ini sangat mudah karena itu sudah tercetak dan diberikan kepada partisipan untuk menjawabnya di akhir setiap kursus atau pelatihan. Menjawabnya bisa dikerjakan oleh secara kelompok atau perorangan, bergantung pada keterbatasan waktu dan kemampuan atau kepentingan partisipan.

PAF mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai komentar partisipan apakah kursus atau pelatihan memenuhi tujuan berpartisipasi, tentang isi, alur dan penyajian, gaya dan metoda instruktur, partisipasi-diri mereka dan partisipasi siswa lainnya dalam diskusi dan aktivitas-aktivitas lainnya, teknik kursus atau pelatihan -- makanan, tempat, dll. Partisipan juga ditanyai tentang saran mereka tentang bagaimana pendidikan atau pelatihan selanjutnya diperbaiki.

Rangkuman PAF akan didiskusikan oleh instruktur dalam laporan seminar mereka dan pengujian instruktur tentang kursus dan pelatihan.

Walaupun eksekusi merupakan cara yang mudah, namun mengumpulkan umpan balik dengan cara ini tidak produktif. Kebanyakan jawaban terlewatkan, terabaikan dan tidak rinci. Cara eksekusi hanya memenuhi keinginan untuk bisa segera pulang ke rumah setelah kursus atau pelatihan berakhir, atau menjadikan siswa tidak kritis terhadap aspek-aspek teknis dari kursus atau pelatihan. Banyak buruh peserta kursus atau pelatihan menyatakan keterkejutannya namun mengakui pentingnya penggunaan teknik dan latihan belajar yang terstruktur yakni cara ekspresi pendidikan pembebasan. Sebagaimana seorang buruh katakan, mereka telah belajar banyak sekali hanya dalam waktu tiga hari dalam pertukaran pemikiran di dalam kursus GTU, dibanding dengan belajar secara formal selama 6 hingga 12 tahun di dalam sekolah dasar atau tingkat atas.

Dalam rangka memperoleh pemeriksaan yang lebih meluas, konferensi dan pertemuan pendidik dimanfaatkan sebagai wahana mengukur efek, kehandalan dan ketepatan kursus buruh.Sebagai satu contoh, Satuan Tugas Pendidikan Buruh (TFWE) bertemu secara reguler untuk menguji kondisi, kebutuhan dan arahan kerja pendidikan dalam barisan serikat buruh sejati.

Apakah GTU Efektif

Sebuah Survei

Sebuah studi tentang efek dari GTU diselenggarakan oleh EILER selama tahun 1986 hingga tahun 1987. Itu dilakukan dalam bentuk sebuah survei terhadap mereka yang mengikuti GTU pada tahun 1985 dimana jumlah partisipan mencapai 1369. EILER menggunakan metoda non-eksperimental berdasar pada pencatatan dan pengumpulan data melalui wawancara. Alat ukur utama yang digunakan adalah kuesioner wawancara. Mereka yang diwawancarai diseleksi melalui teknik "multi-staged sampling". Wawancara dilakukan sejak bulan Februari hingga April 1987. Data diolah ke dalam komputer, menggunakan teknik statistik, diuji dan diinterpretasikan.

Kelemahan pokok dari riset adalah pada alat ukur yang digunakan dan pemilihan sampel. Kelemahan kuesioner terlihat selama penggunaannya. Mereka yang menjadi responden dalam pretest menyatakan bahwa beberapa pertanyaan membingungkan sehingga jawaban- jawabannya sulit dimengerti pula. Kelemahan lainnya adalah target jumlah mereka yang diwawancarai. Dari 280 target, hanya 190 yang memberi jawaban. Ini berarti bahwa sebanyak sepertiga (33%) tidak berfungsi, bisa karena sakit atau sudah terpisah dari pabrik. Dari 33%, mereka yang tidak memberikan perhatian itu adalah buruh-buruh yang menjadi organisator penuh serikat buruh. Meski begitu, hasil dari riset tetap layak dan sesuai dengan hukum-hukum penelitian ilmiah.

Beberapa kesimpulan penting yang terkumpul dari riset memberikan beberapa karakteristik kursus GTU. GTU menanamkan pada buruh-buruh arti penting kesadaran diri dan kesadaran kelas yang dibutuhkan oleh buruh untuk memenangkan dalam memperjuangkan kepentingannya. GTU membantu mengkonsolidasikan kesadaran kelas (pengakuan pentingnya sebagai seorang buruh) dan pengembangan manajemen dan aksi kolektif dalam organisasi buruh. Karena karakter massanya (60 % dari mereka yang mengikuti kursus atau pelatihan adalah anggota biasa serikat buruh), GTU juga memberikan pengertian tentang partisipasi dan dorongan kepada burh-buruh untuk menerima tangung jawab dan memimpin. GTU bukan hanya memberikan pengetahun teknis namun juga cara pandang kemasyarakatan secara luas berdasarkan pada pengalaman mereka (buruh). Satu ciri dari lulusan GTU biasanya dapat meyakinkan 5 orang buruh lainnya untuk mengikuti kursus. Lulusan GTU biasanya lebih tegas, lebih aktif, dan memberikan tanggapan yang tegas terhadap tantangan- tantangan yang ada di dalam maupun di luar tempat kerja. Karena itulah, dapat dikatakan bahwa GTU membantu dalam mempersiapkan buruh untuk lebih aktif berpartisipasi dan menerima tugas-tugas serikat buruh.

Studi Impak

Pada tahun 1991, sebuah studi impak sekali lagi dikerjakan oleh EILER dengan bantuan tiga aliansi buruh dan empat institusi di antaranya yang didukung oleh Program DAOP PALAD EILER. Sasaran studi untuk mengukur efek pendidikan buruh di dalam ruang lingkup tanggung jawab mereka.

Studi menggunakan dua teknik pengambilan data: dua tahap ukuran pengambilan data yang terbagi seimbang dengan ketepatan dan di tingkat pabrik, serta data acak yang sederhana diantara yang dapat diwawancarai di tiap pabrik.

Beberapa hasil penting dari studi mempertegas hasil pertama yang telah dikerjakan pada tahun 1987. Studi menunjukkan bahwa pendidikan dan pelayanan lainnya bagi buruh telah memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan kesadaran, ketrampilan dan sikap buruh. Namun, pendidikan itu juga memberikan pengetahuan dan landasan teori yang masih tetap pada tahapan teori (tidak praktis), tidak mendalam, tercerai-berai, dan tidak terinternalisasi.

Kerja pendidikan membantu buruh memahami pentingnya persatuan dan peran serikat buruh dalam kehidupan mereka. Kebanyakan mereka yang diwawancarai mengatakan bahwa kondisi ekonomi dan cara pandang politik mereka mengalami banyak perbaikan. Studi juga menunjukkan adanya perubahan besar dalam nilai, sikap dan hubungan di dalam keluarga buruh.

Tantangan dan Problem

Saat ini lebih dari sepuluh tahun sudah pendidikan buruh ditetapkan di antara barisan serikat buruh sejati. Adalah membesarkan hati melihat bahwa telah banyak melahirkan bibit-bibit dari tujuan ini.

Memang, tak bisa ditolak bahwa masih banyak yang harus dikembangkan dalam kerja pendidikan dari institusi pendidikan, terutama federasi dan pusat. Ada juga upaya untuk lebih mengembangkan sistem pendukung pendidikan sebagai tambahan bagi pendidikan formal dan nonformal buruh. Ini dilakukan dengan memberikan informasi, buletin, bahan-bahan bacaan cetakan, buku-buku, dan media dalam bentuk-bentuk lainnya.

Dari pengalaman (kemenangan dan kekeliruan), secara pelahan dan penuh kesabaran disistematisasi dan dipopulerkan. Selama tahun-tahun terakhir delapanpuluhan, kerja ini telah dikerjakan secara sungguh-sungguh dan sekarang kita melihat bahwa tugas di hadapan kita masih banyak dan berat untuk mengembangkan kerja pendidikan ini. Masih banyak isue yang harus dihadapi seperti isue perempuan, lingkungan, dll. Terutama dengan isue perempuan, kita mengakui kelemahan kita pada bidang ini dari kritik yang kita terima dari edisi pertama GTU mengenai "kebisuan" kita tentang tiga eksploitasi terhadap kaum perempuan.

Jumlah buruh yang bisa dijangkau oleh kerja pendidikan kita masih teramat kecil, terutama sektor yang terorganisasi. Menurut data yang dihimpun selama lebih dari sepuluh tahun kerja pendidikan, ditaksir bahwa lebih dari 35.000 orang buruh mengikuti GTU. Jika jumlah ini dibandingkan dengan 1,1 juta anggota LACC, jumlah ini hanya mewakili kira-kira 3,5% saja. Masih cukup lama dibutuhkan untuk memberdayakan buruh melalui pendidikan.

Berbagai faktor dapat dipertimbangkan untuk menjelaskan jumlah yang kecil ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh problem dalam perangkat pendidikan, kelangkaan sumberdaya, penindasan pemerintah, kurangnya internalisasi dalam pemahaman pentingnya pendidikan dalam pengorganisasian dan mobilisasi, dan di sisi lain, pembagian di dalam gerakan buruh.

Setelah sepuluh tahun, kita dapat katakan bahwa pendidikan buruh telah menyebar secara nasional. Institusi-institusi riset dan pendidikan buruh sudah bermunculan di pulau-pulau besar dan kawasan-kawasan di negeri ini. Selain itu, telah ada aliansi- aliansi, federasi atau serikat-serikat buruh besar dengan kapabilitas mereka untuk melayani kebutuhan anggota mereka. Begitulah, ini menjadi problem besar untuk mengaktifkan dan menjalankan mesin ini. Banyak darinya dijalankan oleh buruh yang apakah masih baru atau tidak siap dalam kerja pengelolaan. Pergantian pengurus juga sangat cepat. Beberapa fakta,kerja pendidikan adalah lapangan latihan bagi organisator dan pemimpin buruh. Ini cara yang baik karena pengalaman menunjukkan bahwa organisator dan pemimpin buruh yang paling baik muncul dari kerja pendidikan. Namun ini menimbulkan problem tentang pengulangan pendidikan pelatihan pengurus. Lantaran cepatnya pergantian pengurus, tak cukup waktu untuk menularkan ketrampilan dan pengetahuan yang memadai kepada lainnya dalam kerja pendidikan.

Koordinasi mesin pendidikan adalah juga problem besar. Selain konsultasi nasional yang dilakukan oleh EILER dan konsultasi-konsultasi yang disponsori oleh organisasi lainnya, para pendidik tak memiliki tempat untuk bertemu, bertukar pengalaman, sumberdaya, pandangan tentang pendidikan pada level nasionalnya.

Sumberdaya untuk kerja pendidikan juga sangat langka. Bahan-bahan pendukung untuk kerja pendidikan tidak mudah untuk diperoleh. Beberapa institusi dari buruh-buruh yang terorganisasi menerima bantuan keuangan dari luar negeri namun biasanya hanya bisa dibelanjakan untuk pembangunan infrastruktur pendidikan. Upaya-upaya kita tidak dapat sepenuhnya mencari mitra dalam pembeayaan pendidikan dari buruh karena serikat buruh dan organisasi mereka sendiri masih kekeurangan sumberdaya. Itulah alasan mengapa kita hanya dapat menyelenggarakan konferensi dan konsultasi nasional kadangkala. Karena transportasi dan akomodasi amat mahal. Kurangnya sumberdaya --keuangan, perlengakapan pendidikan, personel -- juga merupakan alasan mengapa pengembangan teknologi pendidikan masih lamban. Sementara beberapa institusi secara terus menerus berekspreimen dengan metoda dan teknik moderen, beberapa lainnya (terutama mereka di daerah) masih tetap pada level metoda baca-diskusi.

Para pendidik juga tidak luput dari penekanan dan kekerasan seperti yang dialami seluruh buruh. Pada tahun 1990, militer menyerbu TEMPAT seminar EILER di Fairview, Quezon City sementara kursus GTU sedang berlangsung. Limapuluh enam partisipan dan dua orang pendidik dari EILER ditangkap dan dijebloskan dalam penjara. Hingga kini, kasus rongrongan militer terhadap pendidik masing berlangsung. Salah satunya adalah kasus Nonoy Salle. Seorang pendidik dari Asosiasi Organisasi Buruh Demokratik (ADLO), Nonoy Salle dipenjarakan selama bertahun-tahun di Muntinlupa. Lebih buruk lagi adalah pembunuhan terhadap Jojo Atilano, bekas pendidik dari EILER dan juga dari NAFLU. Ia dibunuh oleh musuh. Di Mindanao, hanya memiliki buku GTU sudah cukup bagi para tentara bayaran dan militer untuk memandangmu sebagai seorang komunis. Mereka memata-matai pendidikan buruh yang sedang diselenggarakan jika tak ada ijin. Ini dilakukan atas pedoman dari Undang-undang perburuhan. Itulah seandainya pendidikan buruh tidak bersuara yang sama dengan suara pemerintah, maka itu dianggap melanggar undang-undang.

Sikap beberapa pemimpin terhadap pendidikan juga faktor yang penting. Beberapa pemimpin memendang remeh terhadap nilai pendidikan buruh. Banyak darinya yang sudah berpengalaman dan berpraktek, mengatakan bahwa pendidikan bagi mereka "tidak perlu lagi". Ini menunjukkan bagaimana mereka menyeimbangkan aktivitas mereka. Tidak seperti pengorganisasian dan mobilisasi, kerja pendidikan berjangka panjang dan efeknya tidak bisa dikuantifikasikan secara segera. Kenyataannya, bagi beberapa pemeimpin, pendidikan hanya menjadi alat untuk memperbaiki pengorganisasian dan mobilisasi. Misalnya, pendidikan dilakukan hanya pada waktu aksi dan kampanye lokal dan pemilihan, pemogokan dan aktivitas-aktivitas lainnya. Di sini, pendidikan dilakukan hanya sebagai taktik, polesan. Hal ini bertentangan dengan filsafah pendidikan pembebasan. Bagi EILER, pendidikan adalah proses terus-menerus dan pemberdayaan buruh.

Gerakan buruh yang tercerai-berai juga faktor perintang dalam penyebarluasan pendidikan pembebasan, dan membuatnya makin sulit untuk mengkoordinasikan dan memeratakan sumberdaya. Namun dalam beberapa hal, kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pendidikan buruh itu sendiri. Pendidikan adalah satu instrumen untuk penyatuan. Kerja pendidikan mustinya bisa memperlancar penyatuan. Setidaknya, kita bisa memperjelas perbedaan-perbedaan yang ada dan menunjukkan dimana kita bisa bertemu. Di dalam waktu dimana kerancuan dan penampakan ide-ide yang berbeda, pendidikan akan makin mengintensifkan. Pendidikan pembebasan selalu berpihak. Dan selalu, itu pihak kepentingan dan aspirasi dari kelas buruh.

* Laporan Mandy Felicia
Koordinator Program
Workers' Formation Program
EILER
Untuk Konsultasi Evaluasi Pendidikan Populer
21-25 Januari 1994, Subiaco Retreat House, Manila
Bahan Acuan:
1. DATOS
2. PGE
3. KPD
4. PKS
5. Minutes of Task Force Workers' Education Conference
6. Minutes of Regional Consultations

Hosted by www.Geocities.ws

1