Papa, aku merindukanmu ♥

by: Dwi Rahma Sari on Apr.30, 2013

Papa, aku merindukanmu

 

Tak terasa matahari telah condong ke barat, tapi aku masih ingin termenung dalam khayalku. Aku, seorang gadis kecil yang masih ingin merasakan kasih sayang seorang Ayah. Namun, sebuah peristiwa hitam tergores dalam hidupku. Peristiwa yang selalu terbayang dan tak bisa terlupakan, yang selalu hadir di mimpiku dan sangat menghantui hidupku.

Tujuh tahun yang lalu, aku masih dapat tersenyum bahagia bersamanya, bersama keluargaku tercinta. Melukiskan banyak cerita indah yang mewarnai hari-hari indahku bersamanya. Namun itu dulu, sebelum malaikat datang dan membawanya pergi. Pergi dari hidupku untuk selamanya.

Namaku Sari, anak kedua dari tiga bersaudara. Aku satu-satunya anak perempuan di keluargaku, jadi tak heran jika Papaku terlalu memanjakanku dibandingkan dengan saudara laki-lakiku. Kehidupan keluargaku sangat tentram, aku merasa kami ini keluarga bahagia. Kebahagiaan ini selalu mengisi hari-hariku, hingga tiba suatu saat ketika kebagiaan itu mulai redup.

***

Sinar matahari telah menyentuh permukaan bumi, seperti biasanya aku pun bergegas untuk berangkat ke sekolah. Oh ya, saat ini aku dan kakakku sedang bersekolah di TK Nikita. Aku masih anak baru disini, sekolah pun hanya ikut-ikutan saja. Tapi kakakku akan tamat tahun ini, dan dia akan melanjutkan sekolah ke SDN 152 palembang. Nah, pagi ini mama masih asyik memasak di dapur, sementara dari arah ruang makan kakakku sudah berteriak kelaparan. Inilah keluarga kecilku.

“mama laperrr…” rengek kakakku

“iya sayang, ini udah siap, ayo cepat sarapan nanti terlambat kesekolah”

“horeee…! asyik kale”

Aku pun bergegas ke meja makan sebelum semua makanan habis di santap kakakku.

“ayuk cepat makan, nanti terlambat kesekolah” panggil mama

“iya ma, ini juga udah mau makan. Ma, mana papa ? kok ayuk nggak lihat papa dari tadi ?” sahutku

“papa lagi sakit yuk, jadi mama yang nanti nganterin kakak sama ayuk ke sekolah”

“sakit? Papa sakit apa ma ?” tiba-tiba kakakku berhenti makan.

“Cuma demam biasa, papa nggak apa-apa kok”sahut papa yang baru keluar dari kamarnya.

“bagus deh, kalo gitu kakak sama ayuk mau berangkat sekolah dulu pa, papa cepat sembuh ya” kataku dengan polosnya

Kami pun berpamitan dengan papa dan bergegas pergi kesekolah.

***

“krriiiiiiiinnggggg”

Terdengar bel sekolah yang berbunyi yang berarti sekolah telah berakhir. Anak-anak menyeruak keluar dari kelas mereka dan menghampiri orang tua mereka masing-masing. Tapi, mana mama ya..

“dek, tadi mama telpon kakak, katanya kita dijemput sama om nur, soalnya papa masuk rumah sakit dan kita harus ke sana sekarang”

“rumah sakit?” aku terdiam mendengar penuturan kakak. Mataku tak sanggup menahan air mata yang ingin jatuh. Meskipun aku masih terlalu kecil untuk mengerti soal ini, tapi aku tahu dan aku takut kehilangan papa. Yah, aku masih kecil, masih terlalu muda dan tak tahu apa-apa.

***

“papaa.!!”

Setibanya di Rumah Sakit aku bergegas menghampiri mama yang duduk di ruang tunggu. Mama tersenyum padaku, aku fikir senyum mama berarti keadaan baik-baik saja. Ternyata aku salah. Salah besar!!

“ma, bagaimana keadaan papa?” Tanya kakakku

“papa terkena serangan jantung, dan sampai sekarang papa belum sadarkan diri. Kita harus berdoa untuk kesembuhan papa”

Kulihat mata mama mulai berkaca-kaca, dan akhirnya tangis mama pun pecah. Aku tak tahu harus berbuat apa.

***

Hari-hari pun berlalu, mama pun jarang pulang ke rumah. Tapi, keluargaku mulai berdatngan ke rumah. Suasana terasa berbeda, namun aku senang karena aku punya banyak teman.

“tante, kenapa mama belum pulang? Sari kangen mama tante” keluhku

“sabar sayang, bentar lagi mama pasti pulang” jawab tanteku dengan senyum khasnya

Ternyata benar, tak lama kemudian mama pun pulang. Wajahnya terlihat begitu lelah. Aku dan kakakku beserta keluargaku menghampirinya. Tanpa bicara apapun tiba-tiba airmata mulai jatuh tetes demi tetes dari mata indahnya. Tanteku mengajakku dan kakakku meninggalkan mama dan yang lainnya. Tante bilang ini bukan urusan anak-anak dan kami harus segera tidur karena hari sudah mulai larut malam. Aku menurut saja.

***

Pagi ini suasana rumah berbeda dari biasanya. Ada apa sebenarnya? Aku merasakan sesuatu yang aneh di sini. Tiba-tiba perutku terasa lapar, aku berjalan menuju dapur. Di sana hanya ada tanteku, dengan wajah yang sembab.

“tante kenapa? Tante abis nangis ya?”

“nggak apa-apa kok sayang tante cuma kelelahan” jawab tanteku dengan nada bingung, mungkin dia terkejut dengan kedatanganku.

“oh, mama mana?” tanyaku, aku tidak melihat mama pagi ini, padahal mama sudah pulang semalam.

“mama sari ke rumah sakit jemput papanya sari”

“beneran tante? Berarti papa udah sembuh dong” kataku kegirangan

Tante langsung memelukku dan dia menangis. Aku sungguh kebingungan, seharusnya tante senang karena papa sudah sembuh, tapi kenapa sekarang tante justru menangis? Aku  benar-benar bingung dengan semua ini.

tok..tok..tok.. terdengar suara ketukan dari pintu depan. Tante segera menghapus air matanya, dan kami pun berjalan menuju pintu. Setelah pintu terbuka….

“kakak….” Teriak tanteku dengan tangis yang tak terbendung lagi.

Aku melihat papa dibawa masuk ke rumah oleh orang-orang dari rumah sakit. Tunggu!! Itukah papaku? Wajahnya seram, putih pucat, dan tak melakukan pergerakkan sedikitpun. Aneh sekali, ada apa dengan papa? seketika, juataan pertanyaan berdatangan, menari dengan girang didalam pikiranku. Ketika aku sedang berkutik dengan jutaan pertanyaan yang mengambang di kepalaku, tiba-tiba…

“papaa…” teriakkan kakakku melenyapkan semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikiranku. Aku mendekati kakakku.

“kakak, ada apa ya? Kok semuanya aneh kayak gini?” tanyaku dengan polos

“papa dekk….” Hanya itu yang bisa ku dengar, kakakku menangis tak karuan

Tak lama kemudian, para tetangga datang silih berganti, keluarga besarku pun tiba di rumah satu per satu. Hal ini terus berlangsung hingga malam tiba.

***

Pagi ini rumahku sudah ramai, bukan hanya keluargaku, tetangga-tetanggaku pun datang. Turut berduka cita, kata ini selalu terdengar di telingaku. Aku melihat mama di tengah ramainya orang-orang yang sedang berkumpul. Mama menangis, benar! Mama menangis. Aku menghampiri mama, ternyata semua telah berkumpul di sini. heyy!! Kenapa orang-orang itu membawa papa? Aku semakin bingung dengan semua ini. Aku dan kakakku menepi ketika orang-orang itu memasukkan papa kesebuah tempat yang tertutupi kain dengan banyak ember berisi air di sekitarnya. Aku hanya terdiam melihat semua ini.

“adek, papa kita meninggal” kata kakakku sambil memelukku.

Aku hanya diam sampai acara pemakaman selesai. Sejak saat itu aku sering bertanya pada mama dan kakakku, di mana papa? Kapan papa akan pulang?

Sekarang aku tahu, apa itu arti kehilangan. Mungkin saat itu aku benar-benar tidak tahu apa-apa. Tapi sekarang aku sudah remaja, aku sudah mengerti semuanya. Mungkin ini terlambat, untuk apa aku tahu sekarang. Kadang aku berpikir bahwa Allah itu tidak adil, papa masih muda, tidak sepantasnya papa pergi secepat itu. Namun, itu adalah kendak yang Kuasa. Aku hanya bisa mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Seperti itu lah semuanya. Semua yang pergi pasti akan tergantikan dengan semua yang datang, namun tidak untuk papa. Tak ada seorang pun yang dapat menggantikannya.

Aku tahu, papa pasti memperhatikanku dari sana, aku merasakan papa selalu ada disini, didekatku. Sekarang aku hanya punya mama, aku  janji aku akan membahagiakannya. Ohya, aku sekarang masuk ke sekolah yang aku inginkan. Aku harap papa senang. Seandainya papa disini…. Tapi sudahlah, aku hanya ingin papa tahu, bahwa aku selalu merindukanmu, papa.

 
 

 

About Me

Hello, my name is Dwi Rahma Sari. Feel free to call me Rahma. I'm ten grader at SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna Academy). It's a boarding school, so I live at dormitory. I'm second child of my family, and I have two brothers. I like to read novels and play volleyball.

 

Contact Me

School: SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna Academy)
Phone: Ask me, please :)
Free Music Online
Free Music Online