بسم الله الرحمن الرحيم
Sedikit Di Atas Sunnah Lebih Baik Daripada Banyak Di Atas Bid’ah Oleh : Al Ustadz Muhammad Umar As Sewwed [ Majalah Islami Salafy Edisi VII ] |
Bahaya ifrath (ghuluw). Ifrath adalah sikap ghuluw yaitu berlebih-lebihan dalam beramal dan melampaui batas-batas sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sampai tercebur ke dalam berbagai macam bid’ah yang sama sekali tidak terdapat dalam Al-Qur’an, tidak tersebut dalam As-Sunnah dan tidak pula dikenal oleh para shahabat radlyiallahu ‘anhum. Dan orang yang beramal dengan sikap ifrath ini, mereka mengerjakannya dalam keadaan yakin bahkan sangat yakin bahwa hal ini adalah taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Maka bagaimana kiranya mereka akan bertaubat??? Dalam riwayat yang shahih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : Yang dimaksud dengan hadits Ayyub adalah sebagai berikut : Dari Ayyub dia berkata : “Ada
seseorang berpendapat dengan suatu pendapat (yang bid’ah, pent)
kemudian rujuk, maka aku mendatangi Muhammad dengan gembira karena
itu, untuk mengabarkan kepadanya. Aku mengatakan : 'Tidakkah engkau
merasa senang bahwa si fulan telah meninggalkan pendapatnya yang
pernah diucapkannya?' Maka dia berpendapat : 'Lihatlah ke mana dia
berpindah? Sesungguhnya akhir hadits lebih dahsyat dari awal hadits
atas mereka : Mereka keluar dari Dien … kemudian tidak akan kembali
(kepadanya)." (Al-I’tisham 1/163) (Yang dimaksud adalah
hadits tentang khawarij yang diriwayatkan oleh Muslim) “Diriwayatkan oleh Amru bin Muhajir : Sampai berita kepada Umar bin Abdul Aziz bahwa Ghailan Al-Qadari berbicara tentang taqdir. Maka beliau mengutus seseorang kepadanya dan memenjarakannya beberapa hari. Kemudian dia dihadapkan kepada Umar bin Abdul Aziz dan beliau berkata : 'Berita apa yang sampai kepadaku ini tentangmu?' Berkata Amir bin Muhajir (periwayat) : 'Aku isyaratkan kepadanya agar tidak berbicara sesuatupun.' Tetapi dia (Ghalian) berkata : 'Ya! Wahai Amirul Mukminin. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman' : 'Bukankah telah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya, oleh karena itu Kami menjadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya kepada jalan itu. Ada yang bersyukur, adapula yang kufur.' (Al-Insan : 1-3) (Maksudnya dia menolak taqdir dengan ayat ini, pent). Maka berkatalah Umar bin Abdul Aziz : 'Bacalah sampai akhir surat.' [ 'Dan tidaklah kalian berkehendak (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya dan bagi orang-orang yang dhalim disediakan adzab yang pedih.' (Al-Insan:30-31) ] Kemudian berkata : 'Apa yang akan kamu katakan wahai Ghailan?' Dia menjawab: 'Aku katakan, aku dahulu buta dan engkau telah membuat aku melihat. Aku dahulu tuli dan engkau telah membuat aku mendengar. Dan aku dulunya sesat dan engkau telah menunjukiku.' Maka berkatalah Umar rahimahullah : 'Ya Allah, jika benar hamba-Mu Ghailan jujur, kalau tidak saliblah dia.' Setelah
itu Ghailan berhenti dari ucapannya tentang taqdir hingga meninggallah
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Kemudian khilafah berpindah
ke tangan Hisyam rahimahullah. Maka mulailah Ghailan berbicara
tentang taqdir. Kemudian Hisyam mengutus seseorang kepadanya dan
memotong tangannya. Ketika itu lewatlah seseorang sedangkan lalat
hinggap di tangan Ghailan maka berkatalah dia : 'Wahai Ghailan! Ini
adalah qadla dan qadhar (takdir)!' Dia berkata : 'Engkau berdusta,
demi Allah! Ini bukanlah qadla dan qadar.' Ketika Hisyam mendengarnya
dia mengutus kembali utusannya dan menyalibnya." (Dinukil
secara makna dari Al-I’tisham 1/85-86) Kiranya cukup yang demikian bagi kita untuk berhati-hati dari bid’ah dan beramal dengan sunnah. Berkata
para Salafussholih : Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada
bersungguh-sungguh (tetapi) dalam bid’ah. Dengan ucapan beliau di atas jelas bahwa maksud ucapan para shahabat
bukanlah agar kita sedikit mengamalkan sunnah, tapi agar berhati-hati
dari sikap ghuluw, yaitu berlebih-lebihan dalam ibadah hingga keluar
dari sunna dan masuk ke dalam berbagai macam bid’ah. Lebih baik
sedikit tetapi di atas sunnah daripada beramal dengan bidah-bid’ah
walaupun sangat banyak dan besungguh-sungguh. Bahkan tidur dengan cara
sunnah lebih baik daripada bangun malam dengan cara bid’ah,
sebagaimana dikatakan oleh Abul Ahwash rahimahullah ketika
berkata pada dirinya : Demikian semoga Allah menjaga kita dari ghuluw dan melampaui batas-batas sunnah dan memberikan taufiq kepada kita dan seluruh kaum Muslimin kepada jalan yang lurus, beramal dengan sunnah dan selamat dari bid’ah. Amin. |