بسم الله الرحمن الرحيم
BAHAYA PEMIKIRAN TAKFIR SAYYID QUTHB Oleh : Al Ustadz Muhammad Umar As Sewwed [ Dari Majalah Ilmiah Salafy, Edisi XVI/Dzulhijjah/1417 H/1997 M ] |
Bukan riwayat hidup beliau yang akan saya tulis di sini. Sudah terlalu banyak orang yang menuliskannya dengan indah, bahkan kadang berlebihan. Bukan pula perhitungan amal dan perbandingan antara kebaikan dan kejelekan yang akan saya hisab karena perhitungan akan hal tersebut akan Allah tegakkan di hari perhitungan kelak dengan teliti dan akan Allah balas dengan seadil-adilnya. Saya hanya menukilkan nasihat untuk seluruh kaum Muslimin agar
berhati-hati dari pemikiran Sayyid Quthb yang berbahaya dan telah
dituangkan kepada kaum Muslimin dengan berbagai macam bahasa.
Pemikiran beliau ini laku keras di pasaran karena kekaguman kaum
Muslimin kepada gerakan, keberanian, dan digantungnya beliau oleh
tirani Mesir. Sehingga ketika mereka mendengar peringatan Ahlus Sunnah
dari bahaya permikiran Sayyid Quthb, mereka tersentak kaget. Jantung
mereka seakan berhenti sesaat. ”Seorang pejuang Islam yang mati
syahid di tiang gantungan tirani Mesir dikatakan sesat?” Seakan-akan
orang yang mati di tiang gantungan tidak mungkin memiliki
penyelewangan dan bahaya pemikiran. KERANCUAN PEMAHAMAN SAYYID QUTHB TERHADAP “LA ILAAHA ILLALLAH” Pemikiran
takfir Sayyid Quthb merupakan akibat dari aqidah dan keyakinan yang
salah terhadap makna kalimat tauhid La Ilaaha Illallah. Dia
menafsirkan kata ilah dengan Al-Hakim (yang menghukumi). Penafsiran
ini persis seperti pemikiran Abul A’la Al Maududi yang ternyata
mengambil pemahaman ini dari seorang ahli filsafat barat, yaitu Haigle
dalam bukunya Al Hukumah Al Kulliyah (Pemerintahan yang
Menyeluruh). Syaikh Nadzir Al Kasymiri (seorang ulama’ Salaf India)
berkata : ”Syaikh Maududi menampilkan pemikiran filsafat barat dari
buku Al Hukumah Al Kulliyah dengan dibungkus pemikiran Islam.” (Adlwa’
Islamiyah hal. 59) KABURNYA PEMAHAMAN SAYYID TERHADAP RUBUBIYYAH DAN ULUHIYYAH Kadang-kadang
Sayyid menafsirkan makna uluhiyyah dengan rububiyyah. Terkadang pula
sebaliknya. Sayyid berkata dalam tafsir surat Ibrahim 52 : “Makna Al
Ilah adalah Dzat yang berhak menjadi rabb yaitu yang menghakimi, yang
memiliki, yang berbuat, yang membuat syari’at dan yang mengarahkan. (Fi
Zhilalil Qur’an : 4/2114) PENGKAFIRAN SAYYID TERHADAP KAUM MUSLIMIN Akibatnya sungguh mengerikan! Dia mengkafirkan seluruh kaum muslimin dan umat islam secara tersirat dan tersurat dan meremehkan kesyirikan dalam masalah ibadah. Perhatikanlah ucapannya : ”Termasuk dalam ruang lingkup masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang mengaku dirinya muslim. Masyarakat tersebut masuk kedalam lingkungan ini bukan karena meyakini uluhiyah kepada selain Allah dan tidak pula menghadapkan syiar-syiar ibadah kepada selain Allah, tetapi mereka masuk ke dalam masyarakat jahiliyah ini karena tidak beragama dengan ‘peribadatan’ pada Allah dalam undang-undang kehidupan mereka. Maka yang demikian walaupun mereka tidak meyakini uluhiyyah seorangpun kecuali Allah tetapi mereka telah memberikan yang paling istimewa dari keistimewaan- keistimewaan ketuhanan pada selain Allah dan beragama dengan hakimiyah pada selain Allah.”
(Fi Zhilal) ANGGAPAN SAYYID BAHWA UMAT ISLAM TELAH LENYAP Saudarakau
kaum muslimin, sesungguhnya Sayyid Quthb tidak menganggap keberadaan
kita sebagai kaum Muslimin. Dia menganggap umat Islam telah lenyap
dengan lenyapnya kekhilafahan! Lihatlah dia berkata dalam bukunya Hadlirul
Islam wa Mustaqbaluh (Islam kini dan Esok) : ”Kami mengajak
untuk mengembalikan kehidupan Islami dalam masyarakat yang Islami
dengan hukum aqidah Islam dan pandangan yang Islami, sebagaimana
dihukumi pula oleh syariat Islam dan aturan yang Islami. Kita telah
mengetahui bahwa kehidupan Islam seperti ini telah berhenti sejak lama
di seluruh permukaan bumi. Dan keberadaan Islam pun telah berhenti …
.” Ucapan
yang hampir sama ia ucapkan pula dalam bukunya Al Adalah Al
Ijtima’iyah, setelah dia membawakan ayat-ayat tentang hakimiyah
: ”Ketika kita memperhatikan seluruh permukaan hari ini, di bawah
cahaya ketetapan Ilahi terhadap pemahaman dien ini, kita tidak
mendapatkan keberadaaan dien ini … sesungguhnya keberadaan dien ini
telah lenyap sejak kelompok terakhir dari kaum Muslimin melepaskan
pengesaan Allah dalam Hakimiyah dalam kehidupan manusia. Yang demikian
adalah ketika mereka meninggalkan berhukum dengan syari’at Allah
semata dalam segala aspek kehidupan. Kita harus mengakui kenyataan
pahit ini dan harus menampakkanya. Janganlah kita khawatir munculnya
“putus harapan” dalam hati-hati kebanyakan orang-orang yang suka
untuk menjadi Muslimin. Mereka seharusnya meyakini bagaimana mereka
dapat menjadi muslimin. Sesungguhnya musuh-musuh dien ini telah
menjalankan usaha sejak beberapa abad dan masih tetap melaksanakan
usaha-usaha maksimal yang menipu dan jahat untuk merampas kehendak
kebanyakan orang yang ingin menjadi Muslimin?” (Al Adalah Al
Ijtima’iyah hal. 183-184)
Adakah pengkafiran yang lebih jelas daripada pengkafiran Sayyid Quthb ini?! Mana yang dinamakan pengkafiran kalau ucapan seperti ini tidak dinamakan pengkafiran? Perhatikanlah wahai orang-orang yang memiliki pandangan! UMAT ISLAM TELAH MURTAD DAN ADZAB BAGI MEREKA LEBIH KERAS DARI PADA ORANG KAFIR LAINNYA Sayyid
Quthb berkata : ”Telah bergeser jaman, kembali seperti keadaan pada
hari datangnya dien ini kepada manusia (yaitu masa jahiliyah). Telah
murtad manusia menuju peribadatan kepada hamba-hamba dan menuju
kerusakan agama-agama. Mereka telah berpaling dari Laa Ilaaha
Illallah, walaupun sekelompok dari mereka masih tetap mengumandangkan
di menara-menara adzan Laa Ilaaha Illallah tanpa memahami maksudnya,
tanpa mengerti apa konsekwensinya, padahal dia mengulang-ulangnya.
Juga tanpa menolak pensyariatan hakimiyah yang diaku oleh para hamba
untuk diri-diri mereka. Hal ini sama dengan penuhanan (uluhiyah). Sama
saja, apakah diaku oleh pribadi-pribadi atau kelompok pensyariatan
ataupun oleh masyarakat…” (fi Zhilalil Qur’an 2/1057) MASJID MENURUT SAYYID ADALAH TEMPAT PERIBADATAN JAHILIYAH Bertolak
dari pengkafiran dia terhadap masyarakat Islam, maka Sayyid menganggap
masjid-masjid mereka sebagai tempat-tempat peribadatan jahiliyah. Dia
berkata ketika menafsirkan ucapan Allah dalam surat Yunus 87 : Dia berkata : " … inilah pengalaman yang Allah tunjukkan kepada kelompok Mukmin agar menjadi teladan. Bukan khusus bagi Bani Israil. Tapi ini adalah pengalaman iman yang murni. Kadang-kadang orang-orang beriman mendapati diri-diri mereka terusir pada suatu hari dari masyarakat jahiliyah, ketika fitnah telah merata, thoghut telah bertambah sombong dan manusia telah rusak, serta lingkungan telah membusuk. Demikian pula keadaan di jaman Fir'aun pada masa ini. Di sini Allah mengarahkan kita pada beberapa perkara :
Apa yang akan terjadi kalau dakwah Sayyid seperti ini dibiarkan ? Jelas penafsiran yang bathil ini akan mengakibatkan ditinggalkannya masjid-masjid dan munculnya Neo Khawarij dengan gaya baru yang memisahkan diri dari masyarakat Islam dan mengkafirkan mereka. Kemudian siapa yang dimaksud 'kelompok Mukmin', 'kelompok Muslim' dalam masyarakat jahiliyah ini? Tentu pembaca dapat menebak dengan melihat aqidah dan pemikiran Sayyid yang telah dijelaskan. Ya tentunya yang dia maksud adalah dirinya dan orang-orang yang mengikuti pemikirannya. JALAN KELUAR MENURUT SAYYID Islam telah lenyap, Muslimin telah murtad, masyarakat Muslimin telah kembali menjadi jahiliyah. Masjid-masjid telah menjadi tempat-tempat peribadatan jahiliyah … . Lalu apa yang harus kita perbuat? Dan bagaimana jalan keluar bagi yang ingin menjadi 'kelompok muslim'? Dengarlah apa kata Sayyid Quthb berkenaan dengan pertanyaan ini : "Sesungguhnya tidak ada keselamatan bagi 'kelompok Muslim' di seluruh dunia dari adzab yang Allah sebutkan : " … atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain…" (Al An'am 65) Kecuali jika mereka memisahkan keyakinan, perasaan dan juga prinsip hidup mereka dari masyarakat jahiliyah dan memisahkan diri dari kaumnya. Hingga Allah mengijinkan bagi mereka untuk mendirikan negara Islam yang mereka berpegang padanya. Kalau tidak, maka hendaknya mereka merasakan seluruh perasaannya bahwa mereka sendirilah umat Islam dan merasakan bahwa apa dan siapa yang disekelilingnya yang tidak masuk kepada apa yang mereka masuki adalah jahiliyah dan masyarakat jahiliyah … ." (Fi Zhilalil Qur'an 2/1125) Inilah jalan keluar menurut Sayyid, yaitu dengan menjadi khawarij, mengkafirkan dan memisahkan diri dari umat Islam! Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Tidakkah Sayyid melihat dakwah Ahlus Sunnah dan para ulama'nya di jazirah Arab, Yaman, India atau yang lainnya? Tidakkah dia melihat perjuangan dakwah mereka dalam memurnikan ajaran Islam? Bahkan apakah Sayyid tidak melihat di sampingnya seorang ulama' yang berjuang membela tauhid dan sunnah, yaitu Syaikh Muhibbun Al Khatib rahimahullah?! PEMIKIRAN TAKFIR SAYYID DIAKUI TOKOH-TOKOH IKHWAN (IM) SENDIRI Sesungguhnya pemikiran takfir Sayyid Quthb tidak mungkin dipungkiri lagi. Bahkan telah diakui pula oleh beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin sendiri. Berikut ini kita dengar beberapa ucapan mereka :
Ucapan-ucapan mereka ini menunjukkan bahwa pemikiran takfir Sayyid Quthb telah dikenal oleh kawan dan lawannya. Hanya saja ketika bantahan itu dari 'kawan' satu harakah, selalu diiringi dengan basa-basi atau penyamaran agar tidak terlihat seakan-akan permasalahan ini adalah permasalahan besar. Seperti Al Qardlawi setelah ucapannya di atas, dia berkata : " ... Dan buku-buku beliau tersebut memiliki keutamaan-keutamaan dan pengaruh-pengaruh positif yang besar di samping pengaruh-pengaruh negatif." (Awliyat hal. 110) Atau seperti ucapan Ali Gharishah yang tidak menyebutkan siapa atau buku apa atau jama'ah apa, dia hanya mengatakan 'kelompok kecil' dan 'kelompok besar'. Saudara-saudaraku kaum Muslimin, bisa jadi sikap basa-basi dan penyamaran yang menyebabkan terasa kecilnya bahaya-bahaya besar ini adalah karena mereka satu hizb. Mereka menjaga persatuan dan kesatuan hizbnya dengan prinsip mereka yang terkenal : 'KITA SALING TOLONG MENOLONG ATAS APA YANG KITA SEPAKATI DAN SALING TOLERANSI ATAS APA YANG KITA BERBEDA'. Kalau begitu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang mengaku sebagai Ahlus Sunnah, Salafiyyah tetapi memiliki prinsip yang sama dengan mereka? SIKAP SAYYID TERHADAP 'UTSMAN BIN 'AFFAN RADLIALLAHU 'ANHU Ikhwani fiddin a'azzakumullah, sesungguhnya pemikiran takfr Sayyid Quthb bukan permasalahn sepele. Sikap pengkafiran seluruh manusia karena dosa-dosa sungguh sangat berbahaya. Tidakkah kita mendengar bagaimana Ali bin Abi Thalib menyikapi khawarij, kemudian memerangi mereka? Tidakkah kita mendengar ucapan beberapa shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa mereka sejelek-jelek makhluk? Pemikiran Sayyid yang berbahaya ini juga mengakibatkan celaan dan tuduhan kepada para shahabat Nabi seperti para pendahulunya dari kalangan khawarij dan syi'ah, khususnya terhadap 'Utsman bin 'Affan dan Mu'awiyah radliallahu 'anhuma. Sayyid Quthb tidak mengakui keberadaan khilafah 'Utsman radliallahu 'anhu, padahal masa kekhilafahannya paling panjang. Dia berkata : "Kami condong kepada anggapan bahwa khilafah Ali radliallahu 'anhu adalah kelanjutan dari khilafah dua syaikh sebelumnya (Abu Bakar dan 'Umar bin Khaththab). Adapun masa 'Utsman merupakan celah antara keduanya." (Al Adalah hal. 206). Mengapa? Hal ini setelah Sayyid mengatakan pada halaman sebelumnya tentang 'Utsman sebagai berikut : "Sesungguhnya diantara kejelekan yang muncul adalah bahwa 'Utsman mencapai khilafah dalam keadaan tua, telah lemah semangat Islamnya dan lemah keinginannya untuk tetap tegar menghadapi tipu daya Marwan dan tipu daya Bani Umayyah di dalamnya." (Al Adalah (dalam terbitan Pustaka Salman) hal. 270) Bahkan dengan terang-terangan dia meragukan ruh Islam yang ada pada 'Utsman, yaitu setelah Sayyid menyebutkan cerita-cerita tentang 'Utsman yang membagi-bagikan harta pada keluarga dan kerabatnya (korupsi). Juga setelah menceritakan bahwa 'Utsman mengangkat gubernur-gubernurnya dari keluarganya sendiri, seperti Mu'awiyah dan Al Hakam radliallahu 'anhuma dan selainnya. Kemudian dia berkata : " … Dan bahwasanya para shahabat mengetahui penyelewengan dalam ruh Islam ini. Khalifah dengan ketuaan dan kepikunannnya tidak dapat memegang urusannya dari Marwan. Sesungguhnya sangat susah meragukan ruh Islam di dalam hati 'Utsman. Tetapi juga sangat sulit memaafkan kesalahan-kesalahannya yang merupakan kesalahan fatal mengenai wilayah dan khilafahnya. Sedangkan dia seorang seorang tua renta yang dikelilingi oleh jajaran orang-orang jelek dari Bani Umayyah … ." (Al Adalah hal. 187, cet. kelima dan secara makna pada cet. ke-12 hal. 159, dan dalam terjemahan Pustaka Salman hal. 272) Sebaliknya
Sayyid Quthb justru memuji dan membela para pemberontak yang membunuh
'Utsman. Dia berkata : " … akhirnya, terjadilah pemberontakan
atas'Utsman. Tercampur padanya kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan
kejelekan.Tetapi bagi yang memandang ini dengan 'kaca mata Islam' dan
merasakan urusan ini dengan 'ruh Islam', pasti dia akan menetapkan
bahwa pemberontakan tersebut secara keumuman lebih dekat kepada 'ruh
Islam' dan arahannya daripada sikap 'Utsman atau lebih tepatnya sikap
Marwan dan orang-orang yang di belakangnya dari Bani Umayyah." (Al
Adalah hal.189 cet. ke-5 dan hal. 161, 162 cet. ke-12 dengan beberapa
perubahan tetapi intinya sama, hanya Seharusnya dia mengucapkan : "Barangsiapa memandang dengan kacamata saya dan merasakan dengan ruh saya … ." Karena kesimpulan dan pandangan seperti itu sama sekali bukan dari Islam. Adapun pandangan Sayyid adalah pandangan Syi'ah, Khawarij dan Ahli Bid'ah! Semoga Allah menyelamatkan kaum Muslimin dari penyelewengannya dan membuka mata kaum hizbiyyah agar melihat bahayanya serta menghilangkan sikap fanatik mereka padanya. Amin. ______________________________ [1] Lantas bagaimana dia menghukumi dirinya, dia mengikuti kebiasaan orang-orang kafir Barat dengan memotong habis jenggotnya dan memakai jas dan berdasi? |