HOME

SALAFY

MUSLIMAH

DOWNLOAD

LINKS

ABOUT ME

بسم الله الرحمن الرحيم

Perintah Bershadaqah
Oleh : Ibnul Qayyim Al Jauziyah

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kalian mengeluarkan shadaqah. Beliau memisalkan orang yang mengeluarkan shadaqah seperti orang yang ditawan musuh. Tangan hingga lehernya dibelenggu. Ketika didatangkan untuk dipenggal lehernya, maka dia berkata :

"Aku akan menyerahkan tebusan kepada kalian, dengan nilai yang sedikit atau banyak”

Maka diapun menyerahkan tebusan untuk dirinya kepada mereka.

Ini adalah termasuk perkataan yang penjelasannya adalah wujudnya, dalilnya adalah kejadiannya. Shadaqah mempunyai pengaruh yang sangat aneh dalam menyingkirkan berbagai macam musibah, sekalipun ini dilakukan orang yang buruk dan zalim. bahkan juga orang kafir. Dengan shadaqah itu Allah menyingkirkan berbagai macam musibah, yang semua orang sudah mengetahuinya, yang umum maupun yang khusus dan semua penduduk bumi mengakuinya, karena mereka pernah mengalaminya.

At Tirmidzi meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

“Sesungguhnya shadaqah itu memadamkan murka Rabb dan menolak kematian yang buruk” (HR Tirmidzi, Ibnu Hiban dan lainnya) 

Sebagaimana fungsi shadaqah yang memadamkan kemarahan Allah, maka ia juga memadamkan dosa dan kesalahan, sebagaimana air yang memadamkan api. Dari Mu’adz bin Jabal dia berkata :

“Aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalan. Suatu hari aku dekat sekali dengan beliau ketika kami sama-sama berjalan, lalu beliau bersabda (artinya) : 'Maukah engkau kutunjukan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu merupakan prisai, dan shadaqah itu memadamkan kesalahan sebagaimana air yang memadamkan api, dan shalat seseorang pada tengah malam itu merupakan syi’ar orang-orang shaleh.' Kemudian beliau membaca ayat (artinya) :

'Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabb mereka dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan dari sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka' " (as Sajadah : 16)

Dalam sebagian atsar disebutkan : “Bersegeralah mengeluarkan shadaqah karena musibah itu tidak menghalangi shadaqah.”

Permisalan yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas dengan orang yang akan dipenggal lehernya, lalu dia menebus dirinya dengan hartanya, sudah cukup jelas. Dengan kata lain shadaqah itu menebus hamba dari azab Allah. Dosa dan kesalahan-kesalahan akan mengakibatkan kehancuran bagi dirinya. Tapi kemudian datang shadaqah yang menebus dirinya dari azab itu serta menghindarkannya. Karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda di dalam sebuah hadits shahih, tatkala berseru kepada para wanita saat shalat ied (artinya) :

”Wahai para wanita keluarkanlah shadaqah sekalipun dari perhiasan kalian, karena aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak” (HR. At TIrmidzi dan Al Hakim)

Seakan-akan beliau menganjurkan mereka untuk menebus diri-diri mereka dari api neraka.

Dalam Shahihain, dari Ady bin Hatim, dia berkata :

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 'Tidaklah ada seseorang di antara kalian melainkan Rabbnya akan berbicara dengannya, yang antara kalian dengan-Nya tidak ada penerjemah. Dia memandang ke arah kanan, tidaklah dia melihat kecuali apa yang disodorkan kepadanya, dan dia melihat ke sebelah kiri maka tidaklah dia melihat kecuali apa yang di sodorkan kepadanya. Dan dia memandang kearah depan maka tidaklah dia melihat kecuali api neraka di hadapannya, maka takutlah kalian kepada api neraka sekalipun hanya dengan shadaqah sebuah biji kurma' ” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam hadits Abu Dzar, dia berkata :

“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, 'Apa yang menyelamatkan hamba dari api neraka?' Beliau menjawab : 'Iman kepada Allah', 'Wahai nabi Allah, apakah ada amal yang menyertai amal itu', beliau menjawab : 'Hendaklah engkau memberikan sebagian dari yang dikaruniakan Allah kepadamu atau engkau memberikan sebagian dari apa yang dirizkikan kepadamu.' 'Wahai Nabi Allah bagaimana jika seorang fakir dan tidak bisa mendapatkan apa yang dia berikan?' Beliau menawab : 'Hendaklah dia menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.' ' Bagaimana jika dia tidak sanggup menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar?' Beliau menjawab : 'Hendaklah dia menolong (mengajari) orang yang bodoh', 'Wahai Rasulullah apa pendapat engkau jika dia tidak bisa melakukannya, beliau menjawab : 'Hendaklah dia menolong orang yang dizalimi.' ' Wahai Rasulullah apa pendapatmu jika dia lemah dan tidak sanggup menolong orang yang dizalimi?' Beliau menjawab : 'Rupanya engkau tidak membiarkan ada satu kebaikanpun pada temanmu, hendaklah dia tidak menggangu manusia.' Wahai Rasulullah apa pendapatmu jika dia berbuat seperti itu, maka dia akan masuk sorga?' ' Beliau menjawab : 'Tidaklah seorang mukmin mengerjakan satu dari berbagai amalan ini melainkan tangannya akan dituntun hingga dia dimasukan ke dalam surga' " (HR. Bukhari)

Dalam shahihain disebutkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata : 

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpamakan orang yang bakhil dan orang yang bershadaqah, seperti dua orang yang masing-masing mengenakan prisai dari besi atau baju besi, sementara tangan mereka dalam keadaan terbelenggu di dalam baju besi. Setiap kali orang yang bershadaqah mengeluarkan shadaqahnya , maka dia melonggarkan bagian-bagian baju besi di badannya, hingga dia menjadi leluasa. Sedangkan orang bakhil, setiap kali hendak mengeluarkan shadaqahnya, maka setiap bagian dari baju besi itu mengencang." Abu Hurairah berkata, “Kulihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sedang jari-jari beliau berada di dalam saku bajunya, Jika kulihat beliau memekarkannya, maka saku itupun tidak menjadi mekar" (HR. Bukhari Muslim).

Karena orang bakhil itu terhalang dari kebaikan, tidak mau berbuat yang baik dan bajik, maka balasannya seperti jenis pekerjaanya yaitu dada yang terasa sumpeg, muram, murung dan sedih tidak pernah gembira, hampir-hampir kebutuhannya tidak pernah habis dan dan tuntutannya seakan tidak pernah terpenuhi. Dia seperti orang yang mengenakan baju besi, tangannya terbelenggu ke leher sehingga dia tidak bisa bergerak atau mengeluarkannya. Jika dia hendak mengeluarkannya atau melapangkan baju besi itu , maka dia justru merasa dibelenggu baju besi itu. Begitulah keadaan orang bakhil setiap kali akan mengeluarkan shadaqah, yang akhirnya dia tidak jadi mengeluarkannya karena dihalangi bakhilnya, sehingga hatinya tetap terbelenggu di dalam penjaranya

Setiap kali orang yang bershadaqah mengeluarkan shadaqah, maka hatinya menjadi mekar dan dadanya menjadi lapang, keadaanya sepeti dibalut baju besi yang longgar, dia pun merasa gembira dan senang. Andaikata dalam shadaqah ini tidak hanya itu saja manfaatnya tentu dia akan lebih banyak lagi bershadaqah dan segera mengeluarkannya. Allah berfirman (artinya) :

“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung" (Al Hasyr : 9)

Abdurahman bin Auf atau Sa’ad bin Abi Waqash biasa berputar-putar di dalam rumahnya dan tidak ada doa yang dia ucapkan kecuali :

Rabbi qiny Syuhha nafsi, Rabbi qiny Syuhha nafsi (Rabbku jagalah aku dari kekikiran diriku, Rabbku jagalah aku dari kekikiran diriku).

Lalu ada seorang bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak berdoa dengan doa selain itu?”. Dia menjawab, “Karena jika aku telah terjaga dari kekikiran diriku, maka aku akan beruntung.”

Ada perbedaan antara kikir dan bakhil. Kikir (as syuh) adalah ambisi untuk mendapatkan sesuatu dengan cara sembunyi-sembunyi, sambil menghitung-hitung berapa yang akan diperoleh dan disertai kerakusan, sedangkan bakhil adalah tidak mau mengeluarkan apa yang telah diraih karena menyukainya dan hendak menguasainya, jadi seseorang kikir sebelum menjadi bakhil.

Bakhil merupakan buah dari kikir dan kikir mengajak kepada bakhil. Kikir terpendam dalam jiwa. Siapa yang bakhil berarti menuruti kekikirannya dan siapa yang tidak bakhil berarti membangkang kekikirannya dan dapat menjaga diri dari kejahatannya. Maka orang seperti inilah yang beruntung.

Orang yang dermawan akan dekat dengan Allah, dengan makluk-Nya, keluarga, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang bakhil jauh dari Allah, jauh dari makhluk-Nya, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang yang dermawan akan dicintai, sekalipun oleh musuhnya, dan orang yang bakhil akan dibenci sekalipun oleh anaknya sendiri

Dikatakan dalam syair :

“Aib seorang tampak di tengah manusia karena bakhilnya
Dan semua aibnya tidak tampak karena kedermawananya
Selubungilah dirimu dengan kain kedermawanan
Kedermawanan menutupi aib yang tadinya kelihatan
Carilah temen jika engaku ingin temen merdeka karena Seseorang diukur dan ditimbang dari temannya
Biarlah sedikit kalau memang engkau tidak cukup
Sedikit perkataan membawa kesalahan tidak terungkap
Jika sedikit harta sedikit pula temanya
Langit dan duniapun terasa sempit baginya
Dia menjadi linglung sekalipun masih mempunyai keinginan 
Dan tidak tahu mana yang lebih baik, belakang atau depan
Jika seorang tidak memilih teman untuk dirinya
Maka berserulah kepada semua manusia yang ada.”


Batasan kemurahan hati adalah memberikan sesuatu yang sebenarnya dibutuhkan , lalu memberikannya kepada orang lain yang berhak menerimanya, bukan seperti perkataan sebagian orang yang tidak memiliki ilmu bahwa batasan kemurahan hati ialah memberikan yang ada. Andaikata perkataan yang pertama dilakukan, maka akan muncul komentar : “Itu namanya berlebih-lebihan”.

Karena kedermawanan dan kemurahan hati itu terpuji, maka siapa yang berbuat menurut batasannya, maka dia disebut orang yang murah hati sehingga layak dipuji. Siapa yang tidak seperti itu berarti dia orang bakhil, sehingga dia layak dicela. Telah diriwayatkan dalam sebuah atsar :

“Sesungguhnya Allah telah bersumpah dengan kemulian-Nya bahwa dia tidak mau berdampingan dengan orang yang bakhil.”

Kemurahan hati itu ada dua macam :

  1. Kemurahan hati karena tidak ingin memiliki apa yang ada di tangan orang lain.

  2. Kemurahan hati dengan memberikan apa yang ada di tangan.

Seorang disebut murah hati, walaupun sebenarnya dia tidak memberikan apapun kepada mereka, karena dia tidak ingin memilkiki apa yang ada di tangan mereka. Inilah makna perkataan sebagian diantara mereka :

“Kemurahan hati ialah jika engkau merasa cukup dengan haratamu dan menahan diri dari harta orang lain.”

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih :

”Allah itu Maha Pemurah dan menyukai orang-orang yang murah hati. Dia menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang. Allah itu penutup dan menyukai orang-orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya. Allah itu Maha Pengampun dan menyukai orang-orang yang mengampuni mereka. Allah itu pemaaf dan menyukai orang-orang pemberi maaf. Allah itu lembut dan menyukai orang-orang yang lembut kepada mereka.”

Sebaliknya Allah membenci orang-orang yang kasar, keras hati dan keras kepala. Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Allah Maha Adil dan menyukai keadilan. Allah memberikan balasan berdasarkan sifat-sifat ini.

Siapa yang suka memaafkan, maka dia juga akan dimaafkan. Siapa yang suka mengampuni maka dia juga akan diampuni, siapa yang suka bertenggang rasa, maka dia juga diberi tenggang rasa. Siapa yang bersikap lembah lembut kepada kepada hamba-hamba-Nya maka dia juga akan diperlakukan dengan lemah lembut. Siapa yang mengasihi hamba, maka dia juga akan dikasihi. Siapa yang berbuat baik maka dia juga akan diperlakukan baik pula. Siapa yang murah hati maka dia juga akan diberi kemurahan. Siapa yang menutupi aib maka aibnya pun akan ditutupi. Siapa yang mempersulit maka dia pun akan dipersulit. Siapa yang melakukan tipu daya maka diapun akan ditipu, siapa yang berbohong maka diapun akan dibohongi. Siapa yang berlaku dengan suatu sifat maka diapun akan diperlaukan dengan sifat yang sama, atau dia akan mendapatkan pembalasan yang serupa di dunia maupun akhirat.

Pembalasan Allah terhadap seorang hamba tergantung perlakukannya terhadap hamba yang lain. Disebutkan dalam sebuah hadits shahih :

”Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Siapa yang mengenyahkan kesusahan dari berbagai macam kesusahan di dunia dari orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari berbagai macam kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan hisabnya" (HR. Muslim)

“Barangsiapa menyetujui pembatalan dagang dari seorang muslim maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya" (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hiban dan Al Hakim) 

“Siapa yang menolong orang kesulitan atau menghilangkan kesulitan, maka Allah melindunginya dalam perlindungan arsy-Nya" (HR. Muslim)

Karena orang itu menolong orang lain yang dalam kesulitan, melindunginya dari panasnya pencarian dan beban selagi di dunia, maka Allah akan melindungi orang tersebut dari panasnya matahari pada hari kiamat dengan lindungan arsy-Nya.

Begitu pula hadits riwayat Tirmidzi dan lainnya dari Nabi shallallahu ‘alali wasallam. Dalam suatu khotbanya :

”Wahai semua orang yang beriman dengan lidahnya, namun iman tidak bisa masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti orang-orang mukmin dan janganlah mencari-cari aibnya, karena siapa yang mencari-cari aib saudaranya maka Allah akan mencari-cari aibnya, dan siapa yang Allah cari aibnya maka Allah akan membukakan aibnya sekalipun dia berada di dalam rumahnya”

Sebagaimana engkau berbuat maka engkau akan dibalas sesuai dengan perbuatanmu. Lakukanlah apa yang kamu mau sesungguhnya Allah akan membalas kebaikanmu sebagaimana engkau telah berbuat baik untuk Allah dan hamba-hamba-Nya.

Karena orang munafik hanya memperlihatkan keislamannya, sementara mereka tetap menyimpan kekufuran di dalam hatinya. Maka pada hari kiamat kelak Allah akan memperlihatkan cahaya yang menyinari jembatan, lalu merekapun diperintahkan untuk menyebranginya. Namun mereka justru menghendaki agar cahaya itu dipadamkan. Maka merekapun terhadang oleh amal mereka sendiri.

Begitupula orang yang memperlihatkan suatu akhlak yang berbeda dengan apa yang diajarkan Allah kepadanya, maka Allah akan memperlihatkan kepadanya sebab-sebab keberuntungan, kebahagiaan dan keberhasilan, namun dia sendiri menyimpan kebalikannya. Dalam sebuah hadits disebutkan :

”Barangsiapa ria maka Allah akan memperlihatkan amalannya, dan barangsiapa berbuatu sum’ah maka Allah akan memperdengarkan perbuatan sum’ahnya kepada orang lain” (HR. Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa yang murah hati maka Allah akan memberikan kepadanya apa yang tidak diberikan kepada orang bakhil dan suka menahan kekayaannya. Disamping itu Allah juga akan melapangkan hatinya, akhlaknya, rizkinya, memudahkan jalan penghidupannya, sebagai balasan dari amalannya.

Sumber :

a)     Shahibul Wabilus Shayyib minal Kalimatit Thoyib. Ibnul Qoyyim Al Jauziyah.

b)     Kalimat Thayyibah, Kumpulan Dzikir dan Doa. Edisi Indonesia, penerbit Pustaka Al Kautsar.

 

HOME

SALAFY

MUSLIMAH

DOWNLOAD

LINKS

ABOUT ME

Hosted by www.Geocities.ws

1