|
T R A N S M U S I
B E R
H A N T U
……
Seperti biasanya
setiap Kamis siang saya, Sella, Astrid, Fiko, Baqda , Fitri dan Fa’i melakukan
aktivitas kami untuk melaksanakan program YEP. Hari itu terasa sangat panas
sekali laksana berada di dalam kompor gas dan matahari tepat berada di atas
kepala, sementara kami harus berjalan sekitar satu kilometer untuk mencapai
halte Transmusi tercinta <3*LOL.
Sembari mengelakkan teriknya panas matahari yang membakar kulit,
kami berbincang-bincang dan bercerita bersama. Kebetulan karna saya, Sella
dan Astrid berjalan lebih cepat daripada yang lain, maka kami bertiga saling
berbagi cerita. Saya bercerita tentang apa-apa yang saya rasakan ketika
mengikuti lomba siswa berprestasi yang saya ikuti dua hari yang lalu. Dari
sekian banyak hal yang saya ceritakan, topik yang paling seru untuk dibincangkan
yaitu “Ibu Dewi *lupa Dewi apa’an*”. Nah, jadi Ibu Dewi adalah guru Bahasa
Inggrisnya Sella ketika di SMP. Orangnya itu judes ¾ mati, pokoknya kalo udah
ketemu yang namanya Ibu Dewi dijamin semua hal dari kamu bakal dikupas habis
kayak bawang.
Sekian lama bercerita, akhirnya sampai juga di halte Transmusi. Semuanya
ngos-ngosan karna terlalu asyik ketawa di jalan, padahal hari sedang
panas-panasnya. Beberapa menit kemudian datanglah Transmusi yang sudah
dinanti-nanti.Bssss….jleb..”suara pintu terbuka” Kami pun masuk. Kali ini busnya
lumayan kecil,berbeda dengan yang sering kita naiki, usut punya usut ternyata
ini bus yang pertama kali di pake dulu. Yahh… bisa di katakan bahwa ini bus tua,
melihat kursi penumpangnya pun udah mulai sedikit rusak, tapi tetap layak untuk
di pakai kok.
“Simpang Tiga…” teriak Pramuniaga Transmusi. “Ohh.. iya ada kak.” Balas
kami bertujuh. Sesampainya di simpang tiga, kami lanjutkan perjalanan dengan
menaiki angkot yang tidak kalah panasnya dengan bara sate, dan tidak kalah
kotornya dengan kipas angin yang seminggu sudah berdebu. “Ya’elah.. nih angkot
pake acara ngetem dulu lagi, emang gak tau ya kalo kita disini pada
kepanasan”..gerutu Sella. “Saba raja, bentar lagi berangkat kok” jawabku.
Akhirnya angkotny pun berjalan ngebut shingga menghasilkan angina
yang cukup kencang bagi kita untuk bernafas lega. “Kiri mang..” kata Baqda.
“Sriiiiittttt!!!!” suara angkot berhenti. “Hah… akhirnya sampe juga”.. sahut
kami dengan kompak. “Nahhh… akhirnya datang juga” sambut Pak Atho’ (Business
Owner kami di YEP).
“ayo..mari..marii..masuk”.
…………………….sleeppppppppppppp….. 2 jam berlalu…………………………….
waktu sudah menunjukan jam 04:50 sore, waktunya pulang!!
setelah pamit, kami memutuskan untuk naik angkot dan mapir di Pondok Bakso.
Semuanya sepakat untuk makan bakso (yah… karma pada dasarnya ini memang pondok
bakso, masa’ makan nasi goreng di tempat bakso? Kan ga’ nyambung). Dan kami
memesan Jus Aplukat, es kacang merah, es campur, dan es the susu. Selama makan
ada saja yang mengganggu.. mulai dari Fiko yang bersendawa sampai Baqda yang
mencelupkan tissue ke dalam mangkuk bakso dan dibentuk sedemikian rupa menjadi
martabak telor. Beeehhh… rasanya mau di muntahin lagi deh tu bakso, tapi sayang
harganya mahal.
Singkat cerita, waktu udah jam 6 sore.Waduh keasyikan ngobrol nih,” come’on
balik yok! Nanti bisa-bisa kita gak dapet Transmusi untuk pulang. Udah
sekitar 15 menit menunggu, tapi Transmusinya belum lewat juga. Adzan maghrib
sudah berkumandang. “Gimana nih? Mau sholat dulu?” tanya Fitri.
“ Mendingan di tunda dulu deh, takutnya Transmusinya lewat pas kita sholat”
jawab Astrid. Dan semuanya sepakat untuk tetap menunggu.
Benar saja, tak lama kemudian Transmusi jurusan Plaju tiba di halte.
Pramuniaga bertanya “ mau kemana ?”
“Jakabaring kak?! Masih adakan busnya?” jawab kami.
“wahh… kayaknya jam segini udah gak ada lagi dek.”
Kami pun masuk dan duduk.
“yaahhhhh… nyesel deh makan tadi kalo tau gini” kata Sella.
“ ga’ papalah kan masih ada angkot” kata Fiko.
Sampailah di halte transit Plaju-Jakabaring. Masih berharap akan datangnya
Transmusi, kami tetap menunggu hingga jam 08:30 malam. Angkot banyak yang lewat,
tapi semuanya penuh. Sembari mengisi kekosongan menunggu bus, kami berfoto di
halte. Dan saya yang mejadi Photographernya.
Beberapa kali saya harus minggir ke trotoar karma Transmusi jurusan Plaju slalu
stop di haltenya. Tapi akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang, Transmusi
jurusan Jakabaring.
“Ehh… ini bukannya kakak Pramuniaga yang di Bus waktu kita pergi tadi yah?”
tanyaku.
“iya, kayaknya kita naik mobil yang sama deh pas kita pergi tadi” jawab Sella.
“oooohh..” balasku.
“Tapi saya merasa kalo
yang ini agak sedikit berbeda dengan yang sebelumnya, atau ini cuma perassanku
saja yah?” hmmm” pikirku dalam hati.
beberapa saat berjalan si Pramuniaga tak kunjung datang mendekat. Karna
biasanya, walaupun kita transit, sang Pramuniaga akan mendekat dan bertanya
kepada penumpang untuk menunjukan tiketnya. Karna pada waktu itu yang duduknya
disebelah saya cuma Sella, maka saya hanya bertanya kepadanya.
“Sel..sell… psttt”
“apa bang? “ jawabnya.
“kamu ngerasa ada yang aneh gak sama bis ini?” tanyaku lagi.
“Iya.. sih, Sella juga ngerasa gitu. Tapi karna gak ada yang komplain, Sella
pikir itu cuma perasaan Sella aja”
“Enggak kok! Kayaknya emang ada yang salah sama bis ini” jawabku.
Hal ini sangat aneh, karna dari kami bertujuh cuma Sella dan saya yang merasakan
hal demikian, yang lainnya hanya duduk dan berlagak tidak ada yang salah dengan
bus ini. Kali ini lampu bis yang hidup mulai kedap-kedip beberapa kali. Hidup..
mati.. hidup mati. Radio tiba-tiba hidup, dan terdengar musik jawa dengan sinden
yang sedang bernyanyi. Saya dan Sella saling bertatap muka memasang wajah aneh.
Sementara yang lainnya tetap bersikap biasa.
Karna sudah hamper dekat dengan tujuan, saya pun teriak “Halte
Pengadilan Agama ya kak!”.
Tapi teriakan ku itu tak di gubrisnya. Perasaan kami semakin menjadi-jadi seraya
supir dan Pramuniaga yang diam saja diikuti dengan matinya lampu bis lagi. Tapi
kali ini lampunya mati agak lama, bis melaju kencang dan melewati halte yang
kami tuju.
“Loh..?? loh?? Kok kelewatan?” kataku dengan heran.
Tiba- tiba lampu hidup kembali dan… Astagfirrullah !! bus terlihat sangat penuh
dengan orang-orang. TApi tak satu pun dari mereka yang mau memperlihatkan
wajahnya. Semua yang berdiri hanya memandang lurus kedepan tanpa suara. Dan
mereka yang duduk , menundukan kepala seperti menyesali sesuatu.
Sella pun bertanya “ bang…?? Kok tiba-tiba ada orang sih? Dan kita sekarang
udah lewat dari halte tujuan kita”
“Iya nih.. kok.. Astagfirullah Haladzim” jawabku.
Ini sangat menakutkan sekali, lebih lagi ketika salah seorang yang duduk di
sebelahku menoleh dan menunjukan wajahnya , mungkin karna terganggu obrolanku
dengan Sella. Sella dan saya pun menjerit.. “ Allahu Akbar ….!!!!!”
wajah yang penuh darah dan mengerikan sekali.
Tiba-tiba….. “Pokkk!!”
Fitri menepuk bahuku dan bertanya: “Ada apa sih Di? Kok serem sekali
kelihatanya?”
“ooo Tidak Fit, kami berdua cuma membayangkan saja bagamana jika bus yang kita
tumpangi sekarang adalah bis berhantu”
“hhheee..” tawaku dan Sella.
“iya seru kali yah ?” timpal Sella.
“hhuuuh ! dasar” gerutu Fitri.
“Pengadilan Agama..” teriak Pramuniaga.
“oohh iya kak?!” jawabku.
Kami pun turun dan keluar dari bis, lalu berjalan menuju asrama.
---------------------------------------------TAMAT------------------------------------------------
|
|