Home | Film Favorit | |||
Tahun
1910, seorang senator terhormat namun penakut, Ransom Stoddard
(Stewart), dan isterinya, Hallie (Miles), kembali ke kota Shinbone untuk
menghadiri pemakaman teman lama mereka, Tom Doniphon (Wayne).
Diceritakan secara kilas balik kepada editor koran setempat, ia
mengenang kehidupan dan kariernya serta bagaimana ia sampai dikenal
sebagai "Pria yang Menembak Liberty Valance." Sebagai lulusan
sekolah hukum, ia membuka praktik hukum dan mesti berhadapan dengan
begundal Liberty Valance (Marvin). Sikap Ransom yang idealistis ini
kontras dengan sikap koboi urakan, Doniphon. Dia yang dicatat sebagai
penakluk daerah Barat dan memajukan kota tersebut, padahal Doniphonlah
sebenarnya yang menembak tewas Valance. Menonton film hitam-putih produksi 1962 ini di tengah kecamuk Perang Irak, saya menemukan sejumlah paralel mencolok. Doniphon jelas mewakili AS, Inggris dan sekutu mereka yang bersedia melakukan "pekerjaan kotor" untuk menjungkirkan sebuah rezim yang zalim. Ransom sedikit-banyak mewakili pihak-pihak sok pacifist (sama sekali antiperang) yang berutopia bisa menyelesaikan segala persoalan dengan diplomasi – dan setelah Bahdag jatuh, ribut mau berpartisipasi dalam pemulihan Irak. Valance – siapa lagi? Kadang-kadang memang ada pihak tertentu yang tidak mungkin lagi diajak hidup berdamai. Dan media massa? Setelah mendengarkan kejadian sebenarnya dari mulut Ransom sendiri, editor Shinbone Star bersikukuh, "Ketika legenda itu menjadi fakta, pers mencetak legenda!" Perang bukan kekalahan bagi kemanusian – perang hanya salah satu buah dari kekalahan (baca: dosa) manusia. Perang tidak jarang justru diperlukan untuk menggiring manusia menemukan kembali jati diri kemanusiaannya. |
|||
Home | Film Favorit | Email |
© 2003 Denmas Marto