Home | Artikel

William Sheppard

Pelopor Misi di Kongo

Misionaris kulit hitam ini berhasil memadukan pelayanan rohani dengan peningkatan taraf hidup masyarakat yang dilayaninya.

William Sheppard lahir di Waynesboro, Virginia, Amerika Serikat, pada tahun 1865 tidak lama setelah berakhirnya Perang Saudara. Keluarganya anggota gereja Presbiterian, terkenal saleh dan dihorniati di lingkungan masyarakat Afrika-Amerika. Kedua orang tuanya budak yang telah bebas; ayahnya tukang cukur dan ibunya membuka salon kesehatan bagi kaum wanita.

Pada usia 16 tahun, William memasuki Hampton Institute dan mengajar Sekolah Minggu di gerejanya. Beberapa tahun kemudian ia kuliah di Stillman College, Alabama, dan ditahbiskan sebagai pendela di gereja Southern Presbyterian. Namun, ia merasa kurang cocok dengan gereja-gereja Presbiterian di Alabama.

Terbeban untuk melakukan "sesuatu vang lain", pada tahun 1880 ia mengajukan permohonan untuk melayani sebagai misionaris. Namun gereja Presbiterian menolak untuk mengangkat seorang pria Afrika-Amerika sebagai pemimpin tunggal sebuah pos misi di luar negeri. Baru setelah ia mendapatkan mitra yang sama-sama terbeban untuk Afrika, permohonannya dikabulkan. Bersama Sainuel N. Lapsley, pada tahun 1890 ia tiba di Kongo.

Sheppard sangat bersukacita. Pos Luebo di Lernbah Kasai di wilayah selatan negara tersebut menjadi rumah barunya. la merasa telah menemukan pekerjaan yang sesuai dengan panggilan Tuhan baginva. Orang-orang Afrika menyarnbut dengan hangat pria berbadan tinggi, kuat, dan gagah ini. Sheppard berinisiatif untuk mempelajari dan menggunakan bahasa setempat sampai kemudian ia mahir dalam bahasa suku Kuba.

Sheppard segera menjadi penghubung utama bagi orang-orang Afrika yang datang ke pos tersebut. Ia bertanggung jawab menangani kebutuhan-kebutuhan praktis misi. Adapun Lapsley mengurusi keuangan dan hubungan dengan petugas kolonial. Tim Lapsley dan Sheppard bekerja sama dengan sangat baik. Keduanya berkhotbah, mengajar, memberikan pelayanan medis, menebus budak-budak dan membina hubungan dengan orang-orang Afrika. Narnun, kernitraan ini harus berakhir secara menyedihkan dan mendadak pada akhir Maret 1892 ketika Lapsley meninggal. Sheppard pun menjadi pemimpin tunggal pos misi tersebut.

Ia memusatkan perhatian pada penginjilan suku Bakuba. Untuk itu, ia berupaya keras untuk memahami kebiasan dan adat mereka serta perbedaan budaya yang ada. Surat-suratnya mengungkapkan penghormatan yang nyata atas perbedaan yang ada di antara kelompok masyarakat Afrika. Pekerjaannya di tengah suku Bakuba ini mendapatkan pengakuan, sehingga Sheppard diangkat sebagai anggota Royal Geographical Society – suatu penghormatan besar bagi misionaris.

Pada 1893, Sheppard kernbali ke Amerika dan memanfaatkan liburannya itu untuk memobilisasi masyarakat Afrika-Amerika, agar terlibat dalam penginjilan dunia. Pidato-pidatonya yang menggugah diliput oleh pers Afrika-Amerika, sehingga menarik minat banyak orang. Sumbangan keuangan bagi misi pun terkumpul.

Pada tahun itu juga ia menikah dengan Lucy Gantt. Mantan anggota Fisk Jubilee Singers dan lulusan Talledega College ini juga terbeban untuk pekerjaan misi. Ketika mereka kembali ke Afrika pada 1894, keluarga Sheppard disertai oleh sejumlah orang baru: Henry Hawkins, Lilian Thonias, Maria Fearing dan William Morrison. Morisson, satu-satunya orang yang tidak berkulit hitam dalam rombongan ini, diutus untuk mengaralikan misi tersebut. Menjelang 1898, pekerjaan ini berkembang dan mereka membuka pos misi lain di kawasan Bakuba. Pos ini melaporkan bahwa 350 orang bertobat.

Kepedulian Sheppard bagi orang-orang Afrika mendorongnya bukan hanya untuk menginjili mereka, namun juga meningkatkan taraf hidup mereka. Salah satu peristiwa penting yang dialarninya bermula pada tahun 1891 ketika

pemerintah Belgia menetapkan pajak bagi orang-orang Afrika. Hasil pajak itu konon dipergunakan untuk membantu pembiayaan pemerintah kolonial. Keadaan menjadi semakin genting ketika pemerintah Belgia, melalui Perusahaan Kasai, mernberlakukan kebijakan kerja paksa, mendesak orang-orang Afrika untuk bekerja menyadap karet.

Tahun 1907, Sheppard menulis tentang keadaan ini – orang dipaksa untuk bekerja dengan upah rendah, keluarga mereka terabaikan, anak-anak terlantar ditinggalkan oleh orang tua mereka – semata-mata karena pemerintah Belgia membutuhkan karet lebih banyak. Dakwaan Sheppard ini beredar luas, menimbulkan skandal berskala internasional. Pemerintah Amerika dan Inggris ikut terlibat.

Perusahaan Kasai mengajukan tuntutan terhadap Sheppard dan Morrison atas kerugian yang dideritanya. Mahkamah internasional pun digelar. Gereja Presbiterian di Amerika Serikat menggerakkan protes nasional, sehingga masyarakat luas ikut menyimak perkembangan pengadilan tersebut. Akhirnya, kedua orang itu terbebas dari tuntutan.

Sheppard melayani bersama gereja Presbiterian selama 20 tahun. Sebagai salah satu misionaris pertama yang mengalami perlakuan tidak adil ini, Sheppard memberitahukan pada masyarakat Afrika-Amerika bahwa pemerintah kolonial telah mengubah sikap mereka terhadap misionaris Afrika-Amerika. Akhirnya, Sheppard mendatangi Booker T. Washington unluk menjelaskan diskriminasi yang dihadapi misionaris Afrika-­Amerika di ladang misi. Tidak banyak yang dihasilkan dari pertemuan ini karena kemudian pecah Perang Dunia I dan kaum kulit putih pengurus badan misi tidak memikirkannva secara serius.

Sheppard pensiun dari pelayanan misi pacla 1910. Ia meninggal tahun 1927. Karya utamanya, Pioneers in the Congo, terbit tahun 1917, mengisahkan 20 tahun pelayanannya pada orang Afrika. ***

Sumber: Mission Frontiers/Dimuat: Bahana, Juli 2001

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1