Home | Artikel

Model Penciptaan vs Model Evolusi

Mana yang Lebih Ilmiah?

Baik pendukung penciptaan maupun pendukung evolusi sama-sama berpraduga dalam kepercayaannya. Pertanyaannya adalah, praduga manakah yang memiliki validitas terbaik dan tidak bertentangan secara ilmiah.

Dalam kelas biologi di sekolah-sekolah kita, asal-usul manusia dan alam semesta diuraikan berdasarkan teori evolusi. Banyak orang telah menerima teori ini sebagai kebenaran ilmiah. Pertentangannya dengan konsep penciptaan yang dikenal dalam beberapa agama boleh dikatakan diabaikan. Konsep penciptaan dianggap sebagai bahasa iman yang "kurang ilmiah". Sejumlah kalangan justru mencoba "mendamaikan" kedua konsep ini dengan menyatakan, bahwa teori evolusi adalah penjelasan ilmiah bagi penciptaan.

Namun, benarkah demikian? Apakah bukti-bukti yang diajukan oleh para pendukung teori eolusi itu benar-benar ilmiah? Benarkah pula konsep penciptaan kurang ilmiah?

Setiap orang yang ingin mempelajari asal-usul manusia, pasti akan mengemukakan praduga. Ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan kita, dan juga karena apa yang kita pelajari adalah peristiwa masa lalu yang dikaji berdasarkan bukti-bukti yang diteliti pada masa kini.

Untuk peristiwa yang hanya satu kali terjadi, sehingga datanya tidak dapat direproduksi, penelitian terhadapnya hanya dapat dilakukan secara subyektif. Kesimpulan terbaik yang bisa dibuat adalah dengan merumuskan hipotesis atau model untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi itu.

Webster menjelaskan, hipotesis atau model adalah suatu "dalil yang diperkirakan untuk menjelaskan fenomena tertentu dan tidak mempunyai bukti kebenaran lainnya yang menjelaskan fenomena itu". Dengan kata lain, hipotesis barulah merupakan suatu perkiraan.

Evolusi dan penciptaan, keduanya merupaka model yang tidak dapat dibuktikan. Akan tetapi, kita bisa meneliti validitasnya dengan membandingkan masing-masing model denagn apa yang kita ketahui sebagai fakta-fakta ilmiah. Model yang paling tepat dengan data ilmiah (dan tidak bertentangan dengan apa yang telah kita kenal) sepatutnya diterima dan digunakan sebagai dasar bagi penelitian lebih lanjut. Dari sini kita bisa mengambil, model mana yang lebih unggul secara ilmiah bila dibandingkan dengan model lainnya.

Fakta Sama - Kesimpulan Berbeda

Fakta-fakta yang sama bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda karena asumsi dan praduga. Bukti-bukti ilmiah yang sama juga tersedia bagi para pendukung model penciptaan dan para pendukung model evolusi.

Namun demikian, orang tidak seharusnya mengabaikan fakta-fakta begitu saja berdasarkan asumsi seseorang dan membenarkan logika atau validitas suatu model hanya berdasarkan pada asumsi-asumsi ini. Sebuah model harus bersesuaian dengan data-data ilmiah dan tahan dalam uji penelitian ilmiah.

Pendukung evolusi dengan tegas menyatakan, alam dengan semua zat dan energinya membentuk kehidupan dengan sendirinya. Sebaliknya, pendukung penciptaan berpendapat, ada pengantara eksternal yang adikodrati. Masing-masing ingin meninjau dunia menurut praduga tertentu.

Apabila kita ingin menonjolkan prinsip-prinsip yang masuk akal dalam ilmu pengetahuan, kita harus berhati-hati dalam memisahkan antara apa yang kita ketahui sebagai fakta dan apa yang kita percayai secara filosofis. Pendukung penciptaan juga harus bisa membedakan antara pewahyuan Alkitab yang sejati dan tradisi agamawi. Baik pendukung penciptaan maupun pendukung evolusi sama-sama berpraduga dalam kepercayaannya. Pertanyaannya adalah, praduga manakah yang memiliki validitas terbaik dan tidak bertentangan secara ilmiah?

Kontras

Model penciptaan, secara ringkas mencakup bukti-bukti ilmiah untuk penciptaan bentuk kehidupan yang beraneka ragam dan kompleks secara mendadak. Ada kesenjangan sistematis yang bertahan di antara bentuk-bentuk kehidupan yang berbeda-beda tersebut. Variasi genetik juga terdapat pada masing-masing bentuk kehidupan tersebut sejak waktu penciptaan.

Model evolusi, secara ringkas mencakup bukti-bukti ilmiah bagi kemunculan secara bertahap bentuk-bentuk kehidupan saat ini selama berjuta-juta tahun. Menurut evolusi, kehidupan berkembang dari zat-zat kimia, berubah menjadi organisme bersel tunggal, hingga akhirnya menjadi beraneka ragam kehidupan yang kompleks seperti yang ada sekarang ini.

Secara terperinci, kontras antara kedua model ini dapat disimak pada tabel.

Melangkah Terlalu Jauh

Evolusi menganut hipotesis "amoeba menjadi manusia" atau "molekul menjadi manusia", dan mekanisme perubahannya melalui mutasi dan seleksi alam. Hipotesis ini sebenarnya berangkat dari gagasan evolusi mikro.

Gagasan evolusi mikro pertama kali dikembangkan ketika George Mendel menunjukkan variasi antarspesies yang berdasar atas mekanisme genetik. Teori Mendel antara lain menunjukkan keanekaragaman anjing, mulai dari jenis Saint Bernard sampai Cihuahua. Dan konsep evolusi mikro ini diterima secara luas sampai saat ini. Fenomenaa itu pula yang dijumpai Charles Darwin pada empat belas spesies burung finch di kepulauan Galapagoss, yang sebenarnya berasal dari nenek moyang yang sama.

Namun, Darwin melangkah terlalu jauh dari evolusi mikro ini. Ia, dan para ilmuwan pendukung evolusi, kemungkinan meramalkan kemungkinan terjadinya evolusi makro untuk menjelaskan asal-usul kehidupan. Konsep evolusi mikro ini diterapkan pada semua bentuk kehidupan: bahwa semuanya berasal dari sumber yang sama. Demikianlah, manusia dijelaskan sebagai evolusi dari primata, mamalia dan unggas hasil revolusi dari reptil, reptil berasal dari amfibi, dan seterusnya.

Evolusi mikro jelas-jelas mengandung keterbatasannya sendiri, dan gagasan bahwa kehidupan yang kompleks saat ini hanyalah merupakan produk proses alami barulah merupakan dugaa. Secara ilmiah, konsep evolusi makro sebenarnya tidak dapat diteguhkan. Sekalipun demikian, konsep bahwaa evolusi itu merupakan suatu fakta tampaknya masih terus dipertahankan. Para ilmuwan cenderung hanya berusaha menjelaskan mekanisme alamiah untuk membuktikan bahwa kehidupan ini berasal dari sumber yang sama.

Diciptakan Secara Cerdas

Sebaliknya dengan model penciptaan. Model ini secara tidak langsung menyatakan, kehidupan ini diciptakan secara cerdas dengan suatu maksud dan keteraturan tertentu. Ada kekuatan dari luar, ada Pribadi yang cerdas, Seorang Perancang, yang menciptakan kehidupan ini. Beranekaragam kehidupan yang ada saat ini tidak mungkin berasal dari proses alamiah. Pasti ada campur tangan dari luar. Penciptaan, dengan demikian, merupakan sutu proses adikodrati, diarahkan dari luar dan pada semua bagiannya sempurna.

Berbagai jenis kehidupan berasal dari rangkaian evolusi mikro dari organisme bersel tunggal. Sebaliknya, tiap-tiap jenis memang sudah diciptakan secara sempurna sejak awal mulanya. Allah menciptakan berbagai jenis organisme, bukan hanya satu "nenek moyang".

Allah pada mulanya menciptakan sepasang manusia dewasa. Saat ini kita bisa menjumpai berbagai ras manusia dari sepasang manusia yang pertama ini. Kita juga dapat melihat variasi serupa pada jenis-jenis binatang dan tumbuhan. Ini menunjukkan terjadinya evolusi mikro dalam batas satu jenis makhluk hidup, bukannya evolusi makro antar jenis makhluk hidup. Mutasi juga tidak pernah mengubah bentuk kehidupan secara drastis; makhluk yang bermutasi tidak pernah berubah menjadi makhluk jenis lain.

Berpikir Merdeka

Berdasarkan penjelasan evolusi mikro dan evolusi makro tersebut, jelaslah bahwa teori penciptaan secara ilmiah tidak bertentangan. Sebaliknya, teori evolusi mengambil kesimpulan dari fakta khusus (asal-usul berbagai spesies burung finch) dan menjadikannya fakta umum (asal usul manusia).

Ini merupakan salah satu PR bagi dunia pendidikan kita. Perlakuan selama ini - bahwa evolusi adalah bahasa ilmu pengetahuan dan penciptaan adalah bahasa iman - tampaknya perlu ditinjau kembali. Beranikah kita mengajarkan kedua model asal usul manusia dan alam semesta ini secara terbuka dan obyektif? Dengan demikian, para murid diajak untuk berpikir merdeka serta ditantang untuk menemukan dan memilih kebenaran di antara dua pandangan yang bertentangan itu. ***

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1