Home | Puisi

SAJAK MENGHENTIKAN DARAH

tujuh putaran ring road yogya dalam irama angin purnama
itu malam: peri-peri laut selatan menggembalakan wedhus gembel
dari kerak-kerak kawah merapi. berhamburanlah syafaat
seperti pasir-pasir pandansimo ketika buih-buih ombak pasang
berusaha menjilatinya. tarian di bawah matahari khatulistiwa
menebarkan keping-keping perak ke sekujur lautan: ia tidak
memberi isyarat, seberapa banyak korban dan labuhan
telah disantapnya. ia tidak meninggalkan jejak darah.
hanya debur. dan amisnya dititipkan pada sulur-sulur ganggang laut.

kita memekik, roh-roh berkelebatan. peperangan ini seperti dulu:
yosua, matahari di gibeon dan rembulan di ayalon - kita butuh waktu
untuk mengejar musuh dan menginjakkan kaki ke atas tengkuknya.
karena musim melepaskan requiem demi requiem seperti daun-daun
pada musim rontok, gugur dan membusuk dalam tanah sejarah.
karena darah tak henti-henti menuntut balas. kutukmu, membatu
di relief candi-candi dan arca-arca yang dipuja. bau kembang,
aroma kemenyan, membubung bersama asap gunung. kita mesti
melawan mantera, dan belajar menghitung nama demi nama
yang dilahirkan bersama dengan bunyi tekukur di tanah ladang.

Yogya, 1998

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1