Home | Renungan

Beban yang Salah

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibr. 12:1)

Apakah beban yang dimaksudkan oleh penulis kitab Ibrani ini? Yesus sendiri meminta kita untuk memikul beban-Nya, beban yang ringan (Matius 11:28-30). Lalu, beban mana yang harus kita tanggalkan?

Kalau kita mengikuti Yesus, hidup di dalam anugerah-Nya, kita akan memikul beban yang ringan. Namun, tidak jarang kita berusaha menjalani Kekristenan dengan kekuatan kita sendiri. Kira-kira seperti orang yang sudah naik pesawat terbang, namun masih terus memikul-mikul ransel bawaannya, bukannya meletakkannya di bagasi. Beban semacam inilah yang perlu kita tanggalkan.

Orang memikul beban yang salah karena mereka cenderung memandang anugerah hanya dari satu sisi. Anugerah baru kita terima sebagai kemurahan Allah yang menyelamatkan kita yang berdosa. Namun, sesudah itu, kita mengira harus berusaha sendiri untuk hidup dengan benar.

Untunglah, firman Tuhan tidak mengajarkan hal yang demikian. Anugerah bukan hanya kemurahan Allah yang membenarkan kita, namun juga merupakan kekuatan yang Allah berikan untuk memampukan kita melakukan kehendak-Nya (lihat Titus 2:12).

Itulah sebabnya kita perlu mengarahkan mata kepada Yesus (Ibr. 12:2), Dia yang penuh kasih karunia. Kita perlu menyadari betapa besar kasih dan persediaan yang dinyatakan-Nya kepada kita.

Pembaca ReMa yang terkasih, mari kita renungkan hal ini: Kalau Dia bersedia mati untuk menebus kita, masakan setelah kita ditebus Dia tidak mampu menolong kita untuk hidup dengan benar? ***

Dimuat: Renungan Malam, Agustus 2004

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1