Home | Renungan

Lebih Ringan?

" Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Sam. 16:7)

Seorang mantan paranormal menggambarkan Kekristenan itu seperti ketoprak (sandiwara tradisional Jawa). "Bagaimana tidak seperti main sandiwara? Minggu ke gereja; Senin sampai Sabtu pacaran, nyontek, mengganggu guru. Lha, lebih berat saya waktu di perdukunan," jelasnya.

Ia kemudian menceritakan beratnya olah tubuh, mental dan rohani yang dijalaninya dalam dunia paranormal. Untuk naik ke tataran kesaktian yang lebih tinggi, ia harus menjalani ujian dengan berpuasa, menahan amarah dan hawa nafsu, bahkan bertapa gantung di sebuah tebing. Semua itu ditinggalkannya setelah menerima Tuhan Yesus.

Benarkah Kekristenan itu lebih ringan daripada perdukunan, atau kepercayaan lain yang dilekati berbagai peraturan dan ritual ibadah?

Di satu sisi, memang lebih ringan. Kita tidak dibenarkan menurut perbuatan baik atau amal ibadah kita, melainkan oleh anugerah penebusan Tuhan Yesus di kayu salib. Secara cuma-cuma.

Di sisi lain, justru lebih berat. Kalau mengandalkan ibadah, kita bisa mengukur kesalehan berdasarkan kepatuhan melakukan ritual tertentu (berdoa, membaca Alkitab, ke gereja, dsb). Namun, dengan menerima Yesus sebagai Tuhan, kita mengundang Dia memerintah di dalam hati kita, membimbing kita melalui Roh Kudus-Nya. Dan Tuhan menghendaki kita untuk hidup menurut "bimbingan dari dalam" ini, bukan sekadar mematuhi ritual lahiriah.

Lebih ringan? Cobalah, renungkan kembali ketaatan Anda terhadap bimbingan Roh Kudus sepanjang hari tadi! ***

Dimuat: Renungan Malam, Juli 2004

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1