Home | Renungan

Jujur dengan Lantang

"... dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Ams. 3:32b)

"Siapa yang menangis tadi?" seorang teman menanyai anakku yang baru saja rewel.

"Lesra!" jawab anakku.

Aku tertegun mendengar jawaban itu. Begitu lantang - tanpa rasa bersalah, tanpa rasa malu, tanpa curiga, malah terkesan bangga. Sebuah jawaban yang apa adanya.

Itu memang salah satu ciri khas anak-anak: jujur. Jujur berarti menyampaikan pesan yang benar dan akurat melalui kehidupan dan perkataan kita.

Sayangnya, kejujuran merupakan yang cenderung menghilang saat kita beranjak besar dan semakin "pintar." Begitu banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berita-berita media massa yang menunjukkan betapa sulitnya menemukan kejujuran. Bisa jadi orang saat ini, sadar atau tidak, justru dipelintir oleh sebuah prinsip yang jungkir-balik: kalau jujur, kita malah hancur.

Akibat lebih jauh, hilanglah kepercayaan orang satu sama lain. Orang gampang mencurigai sesamanya. Orang cenderung meragukan kejujuran orang lain.

Alkitab menyodorkan sebuah sudut pandang yang berlawanan. Dalam nas malam ini ditunjukkan, kejujuran adalah modal untuk bergaul erat dengan Allah. Sebaliknya, Iblis disebut sebagai "pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh. 8:44). Kejujuran, dengan demikian, menunjukkan di pihak mana kita berdiri.

Karena itu, sudah semestinyalah kita, sebagai pengikut Kristus, mengembangkan kehidupan dan perkataan yang jujur. ***

Dimuat: Renungan Malam, Mei 2004

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1