Home | Renungan

Terapi Ucapan Syukur

"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mzm. 4:9)

Seorang pria cenderung bersikap negatif. Nyaris segala perkara dilihatnya dengan kacamata yang muram. Kesehatannya buruk; keadaan dunia ini mengerikan; usahanya gagal. Ia selalu mengeluh tentang dirinya dan sekelilingnya.

Namun, suatu hari orang-orang melihat perubahan mencolok dalam dirinya. Ia tampak segar, penuh gairah dan bersemangat. Ketika ditanyai apa yang menyebabkan perubahan itu, ia menjawab, "Ini karena terapi ucapan syukur."

Setiap malam menjelang tidur orang ini memikirkan hal-hal baik yang dia alami sepanjang hari. Kemudian ia menarik selimutnya sampai ke leher, dan berkata kepada Tuhan, "Terima kasih, Tuhan, untuk semuanya itu." Ia lalu memadamkan lampu, dan tidur dengan nyenyak.

Ya, ucapan syukur mengandung nilai pengobatan. Ketika kita belajar untuk mengucapkan, dari lubuk hati kita yang paling dalam, "Terima kasih untuk semuanya itu," kita sedang menuju kehidupan yang sehat dan bahagia. Menurut Rasul Paulus, mengembangkan sikap yang tahu berterima kasih menunjukkan bahwa kita hidup di dalam kehendak Allah (1 Tes. 5:18).

Kalau begitu, kenapa tidak mencobanya malam ini? Bahkan seandainya tadi Anda melewati hari "buruk", Alkitab menghibur kita, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm. 8:28). Melegakan, bukan? Selamat tidur nyenyak! ***

Dimuat: Renungan Malam, Maret 2004

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1