Home | Renungan

Menikah Berulang-ulang

Karena jengah melihat kecenderungan kawin-cerai yang makin kencang di masyarakat, James dan Mary Grady dari Illinois, AS, sengaja menikah berulang-ulang. Mereka mengulang-ulang pernikahan mereka sendiri sebanyak 27 kali antara tahun 1964-69.

Pernikahan ulangan itu mereka jalankan di 25 negara bagian. Pernah dalam sehari mereka menikah ulang sampai tiga kali; pernah dua kali dalam satu jam; dan pernah dua kali disiarkan televisi.

Wah, ide yang asyik juga tuh! Apalagi kalau dalam setiap pernikahan ulang kado-kado kembali mengalir, siapa yang menolak?

Kalau kita hanya memperhitungkan soal kepraktisan, kita akan menyebut ulah pasangan tersebut sebagai kurang kerjaan. Namun, kalau kita mencoba menilik pesan yang mereka lontarkan, bolehlah kita mengacungkan jempol atas kreativitas mereka. Mereka bukan sekadar beraneh-aneh. Sebaliknya mereka, dengan cara yang unik dan menarik perhatian, mencoba menyampaikan sebuah pesan yang signifikan.

Kita bisa memetik pelajaran dari mereka. Sebagai suami-istri, alih-alih melirik orang lain, lebih elok bila kita mengobarkan kembali cinta-kasih kita satu sama lain, berulang-ulang, sepanjang hidup pernikahan kita. Pernikahan adalah hubungan. Ia tidak bisa direkayasa; hanya bisa dipupuk seiring dengan berjalannya waktu. Ketika bercerai, kita mencampakkan sebuah hubungan. Dan ketika kita kawin lagi, kita harus membangun hubungan baru itu dari nol. Tidakkah ini meletihkan?

Jadi, orang yang kawin-cerailah yang kurang kerjaan!


Perikop: Markus 10:1-12

Nas: "Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." - Markus 10:9

© 2006 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1