Home | Renungan

Kasih Tak Pernah Gagal

Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. -- Yesaya 11:3b

Seorang anak laki-laki berusia lima tahun di sebuah panti asuhan punya kebiasaan mencuri barang-barang milik temannya dan menyembunyikannya di lacinya. Kepala panti menegurnya, namun kebiasaan buruknya itu tak juga berhenti. Kemudian ia mencoba sejumlah cara mendisiplinkan yang lain. Anak kecil itu tetap saja suka mencuri.

"Mungkin anak itu mencuri barang-barang yang bukan miliknya sebagai kompensasi karena tidak mengalami kasih sayang orang tua," kata salah seorang petugas panti. "Mari kita curahkan kasih sayang kita kepadanya."

Dengan berbagai cara, para petugas panti menyatakan kepada anak itu bahwa mereka sungguh-sungguh menyayangi dia. Tidak lama kemudian, perubahan sudah terjadi! Anak itu tidak lagi mencuri.

Sikap kepala panti asuhan tadi bisa menghinggapi para orang tua dalam mendisiplinkan anak-anaknya. Sebagai orang tua kita kadang-kadang menyikapi suatu persoalan hanya secara permukaan, dan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Akibatnya, solusi yang kita berikan malah menjadikan masalah itu kian rumit dan berlarut-larut. Buntutnya, anak-anak menjadi kecewa, dan bahkan kepahitan. Bukankah lumayan banyak orang tua yang beranggapan bahwa berbagai persoalan anak bisa diatasi dengan menjejali mereka dengan materi?

Mungkin ada suatu masalah kronis di tengah keluarga Anda, dan Anda merasa putus asa dalam mengatasinya. Mengapa tidak mencoba merunut sampai ke akar masalahnya, dan kemudian menyelesaikannya dengan kasih? Kasih itu tidak pernah gagal! ***

-- Dimuat di Renungan Malam, Juni 2005.

© 2005 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1