Home | Renungan

Bukan Meminta Bantuan

Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. -- Ibrani 13:15

"Apa yang dapat saya bantu, Ibu?" tanya Abraham Lincoln kepada seorang perempuan lanjut usia yang baru saja diantarkan ke kantor pribadinya. Perempuan itu meletakkan sebuah keranjang tertutup kain di atas meja dan menjelaskan, "Pak Presiden, saya datang menghadap Bapak bukan untuk meminta bantuan bagi diri saya atau bagi orang lain. Saya mendengar kalau Bapak sangat menyukai kue, dan saya datang ke sini untuk membawakan sekeranjang kue bagi Bapak."

Air mata meleleh di wajah cekung sang presiden. Ia berdiri dan untuk beberapa saat tidak sanggup berkata apa-apa. Kemudian ia mengatakan, "Ibu yang budiman, perhatian dan kemurahan hati Ibu sungguh sangat menyentuh hati saya. Ribuan orang telah datang ke kantor ini sejak saya menjadi Presiden, namun Ibulah orang pertama yang datang bukan untuk meminta bantuan!"

Sungguh kontras sikap Ibu tadi dengan kecenderunganku dalam berdoa. Kata-kata doaku kerap segera meluncur menjadi rangkaian permohonan -- meminta Tuhan memberkati diri-ku, keluarga-ku, jemaat-ku, teman-teman dekat-ku, dan seterusnya. Tidak ada salahnya memang, dan bahkan sudah sepatutnya, memohon Tuhan memberkati kita. Namun, kalau hanya itu agenda kita, betapa timpangnya kehidupan doa kita!

Aku jadi kangen saat-saat ketika aku hanya berdiam diri di hadapan Tuhan, membaca Mazmur, mengucap syukur atas kebaikan-Nya, atau menyanyikan lagu-lagu penyembahan yang mengagungkan nama-Nya. Ah, kenapa aku tidak lebih sering melakukannya? ***

-- Dimuat di Renungan Malam, Juni 2005.

© 2005 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1