Home | Renungan

Pahlawan Hiroshima

Saat bom atom pertama dijatuhkan ke Hiroshima, dr. Fumio Shigeto sedang menunggu mobil sekitar satu mil dari pusat ledakan. Terguncang dan kalut, ia terlindung dari ledakan itu karena berada di sebuah gedung beton.

Di sekelilingnya orang-orang yang terluka menjerit-jerit. Seorang dokter dengan tas kecil di tangannya, ia pun segera menyadari ketidakmampuannya. Ia memerlukan sepasukan dokter, perawat dan teknisi. Ia memerlukan berton-ton obat-obatan. Ia memerlukan setiap ranjang di puluhan rumah sakit. Apa yang dapat dilakukan seorang pria dengan perlengkapan terbatas di tengah kebutuhan yang amat dahsyat itu? Dokter Shigeto membuka tas medisnya, dan mulai merawat orang yang tergeletak di dekat kakinya.

Saat ini kita menghadapi kondisi serupa. Di tengah krisis multidimensi bangsa ini, apa yang bisa kita sumbangkan untuk memperbaiki keadaan? Apa yang bisa dilakukan oleh satu orang biasa menghadapi tantangan yang begitu besar ini?

Tuhan Yesus juga tergerak menyaksikan orang banyak yang telantar seperti kawanan domba tanpa gembala. Namun, Ia menjamah dan menyembuhkan orang satu per satu. Sikap seperti itu pula tampaknya yang Tuhan kehendaki dari kita. Tuhan tidak menuntut kita menolong semua orang atau menjadi penyelamat bangsa. Ia hanya menghendaki kita mengerjakan tugas dan pelayanan yang dipercayakan kepada kita, satu demi satu dan dengan sebaik-baiknya. Pada akhirnya, pelayanan yang tampaknya kecil itu toh akan mendatangkan perubahan juga. ***

Dimuat: Renungan Malam, September 2004.

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1