Home | Film Favorit

My Big Fat Greek Wedding

Sutradara: Joel Zwick
Pemain: Nia Vardalos, John Corbett, Lainie Kazan, Michael Constantine

Ceritanya sudah klise: percintaan pria-wanita beda budaya yang semula ditabukan akhirnya diterima dan dikukuhkan dalam pernikahan. Bagi saya, bila kisah cinta ini diulang kembali, yang lebih penting justru latar belakang budayanya itu. Dan kali ini, selamat datang di keluarga besar Portokalos, seorang imigran Yunani di Colorado, AS!

Adalah Toula (Vardalos), gadis Yunani yang sudah dianggap kelewat umur. Sebagai wanita Yunani, seharusnya ia menikahi pria Yunani, melahirkan anak-anak Yunani, dan memasak untuk seluruh keluarganya sampai hari matinya. Namun, ia masih lajang, dan menjadi penjaga restoran keluarganya. Sampai muncullah Ian Miller (Corbett), yang jelas-jelas bukan Yunani, dan keduanya jatuh cinta.

Dalam liku-liku percintaan merekalah kita menyaksikan panorama sebuah keluarga besar Yunani di sebuah rumah yang mirip Parthenon. Ada ayah yang yakin bahwa segala sesuatu bisa dibereskan dengan Windex; ada nenek yang menganggap permusuhan dengan bangsa Turki masih terus berlangsung; ada ibu yang membenarkan bahwa laki-laki (suami) memang kepala (keluarga), namun perempuan adalah lehernya; ada pula sang bibi (diperankan dengan penuh greget oleh Andrea Martin) yang gemar melontarkan kata-kata ganjil pada saat yang tidak tepat. Sudah? Hehe, masih ada jejaring paman-bibi-sepupu lain yang paling tidak bisa membentuk tiga tim sepakbola!

Perhatikan rangkaian adegan sejak Toula menelepon ibunya, mengingatkan tentang kedatangan orang tua Ian. Toula membayangkan, pertemuan itu hanya antara keluarga Ian dan dia beserta kedua orang tuanya. Namun, ibunya tengah sibuk mengupas kentang tambahan karena ia mengundang seluruh keluarga besar untuk datang! Lihat saja bagaimana sang ayah memperkenalkan mereka satu per satu: "Nick, Nick, Nick, Nick, Nick, Nick -- Nicky...."

Dalam pemberkatan nikah, yang tentu saja berlangsung di Gereja Ortodoks Yunani, tampaklah kontras itu. Di sisi mempelai pria, hanya segelintir kerabat yang muncul. Namun, di sisi mempelai mempelai wanita, nyaris seluruh RW ikut hadir.

Akibat keberhasilan program KB, kita menggambarkan keluarga ideal dengan slogan small is beautiful. Film ini justru mengingatkan kita tentang kebalikannya: Betapa dahsyatnya keluarga besar itu!

Ya, keluarga Portokalos memang besar, gaduh, ganjil, dan tidak jarang kurang ajar, namun mereka semua mengasihi Toula dan menginginkan yang terbaik baginya. Masing-masing ikut berperan membentuk Toula menjadi sebagaimana adanya dia.

Hubungan manis antargenerasi ini tergambar dengan amat menyentuh dalam adegan di kamar Toula menjelang hari pernikahan. Ketika sang ibu sedang menghibur Toula, muncullah sang nenek membawa benda pusaka yang istimewa: sebuah kotak berisi foto-foto nenek saat masih muda dan karangan bunga khas Yunani (apa ya namanya?). Kemudian, kamera merekam tiga generasi tersebut dalam bingkai sebuah cermin. Wow!

Dan, ketika sang ayah memberikan kado pernikahan berupa rumah, itu bukan saja mengharukan, namun juga Alkitabiah. Lihat Amsal 19:14.

Begitulah, kalau nilai-nilai itu -- kebersamaan sebagai keluarga besar, kesinambungan antargenerasi, penghargaan terhadap gereja -- dipertahankan dengan benar, ya, saya sepakat dengan komentar Gary DeMar, the Greeks will inherit the earth*** (12/7)

Home | Film Favorit | Email

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1