Home | Refleksi Sinema

Gie (2005)

Jalan Sunyi Kebenaran

Soe Hok Gie"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan." Kalimat ini menyimpulkan jalan sunyi yang ditempuh Soe Hok Gie dalam menanggapi panggilan zamannya.

Ia mengalami era peralihan yang penuh pergolakan di negeri ini. Sebelum 1965, Gie menyaksikan borok-borok dalam pemerintahan Soekarno dan menyuarakan kritiknya dengan tajam. Namun, setelah meletus peristiwa G30S, ia pun tidak serta-merta menjadi pendukung pemerintahan baru yang terbentuk. Ia memilih tetap berdiri di luar garis dan bersikap kritis sesuai dengan getaran nuraninya. Ketika sebagian rekan mahasiwa sesama aktivis menjadi anggota DPR-GR dan menikmati fasilitas negara, ia memilih melanjutkan hobinya naik gunung, dan mati dalam kesunyian.

Salah satu sumbangan penting film ini adalah apa yang disebut Asvi Warman Adam sebagai "kejujuran sejarah". Gie menyingkapkan sepenggal peristiwa masa lalu bangsa ini, yang selama ini digelapkan, tidak dibeberkan secara obyektif dalam pelajaran sejarah di sekolah. Film ini mengajak kita memahami sejarah bangsa sendiri secara lebih jernih.

Bagi kita orang-orang biasa, mungkin terlalu muluk kalau berbicara kejujuran dalam tataran bangsa. Namun, bukan berarti kita tidak bisa berkontribusi. Kita bisa memulainya dari tataran yang lebih kecil, dari lingkup keluarga kita masing-masing.

Apakah keluarga kita merupakan komunitas yang jujur, otentik dan terbuka? Komunitas yang menghargai kebenaran? Apakah kita mengembangkan kebiasaan untuk mengakui kesalahan dan bertobat? Apakah kita belajar untuk saling mengampuni, menanggalkan beban masa lalu dan memulihkan?

Bayangkan kalau semakin banyak keluarga yang bersikap seperti itu! Bukankah pada akhirnya bangsa ini akan terbiasa dengan kejujuran dan kebenaran? ***

-- Dimuat di Bahana, September 2005.

Home | Film Favorit | Email

© 2005 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1