Home | Refleksi Sinema

Eternal Sunshine of the Spotless Mind

Kau Mau Menghapusku?

Eternal Sunshine of the Spotless MindKalau ada polling judul-film terindah sepanjang masa, aku pilih film ini. Mengucapkannya saja bikin mabuk, melambungkan imajinasi dalam ketakjuban magis: langgeng, jernih, tak bercela -- citra-citra elok yang tepatnya bukan dari dunia ini, yang mesti dihayati dalam ruang pengharapan. Dan film ini bertutur tentang sesuatu yang indah -- ya, Anda tentu sudah menduganya: cinta.

Itulah yang kubayang-bayangkan sebelum menontonnya, setelah membaca sejumlah ulasan atas film ini. Namun, mungkinkah mengharapkan kecantikan romantis A Walk in the Clouds dari film yang digarap berdasarkan skenario Charlie Kaufman?

Memang tidak. Karena Eternal Sunshine of the Spotless Mind malah mengobrak-abrik konvensi cerita cinta. Film ini tidak bertutur tentang cowok bertemu dengan cewek, cowok bertengkar dengan cewek, berpisah lantas, setelah beberapa liukan plot, akur lagi. Film ini ingin orisinil, memaparkan apa yang belum sempat dituturkan. Film ini bertutur tentang apa yang mungkin pernah diinginkan oleh orang-orang yang pernah jatuh cinta, namun terlampau rumit membayangkannya: ya, apa yang terjadi seandainya kita bisa menghapuskan kenangan akan si dia?

Saat kita jatuh cinta terjadilah pertukaran. Warna rambutku menjadi bagian dari kenanganmu. Kecanggunganmu menjadi bagian dari kejemuanku. Itulah yang terjadi. Seperti dialami Joel (Jim Carrey, menyuguhkan aktingnya yang paling terkontrol, setingkat di atas The Truman Show) dan Clementine (Kate Winslet yang selalu mantap) setelah pertemuan tidak istimewa di Montauk, sebuah daerah berpantai, pada sebuah musim dingin yang memboyakkan dan mengajakmu membolos kerja. Mereka segera jatuh cinta. Mereka juga segera menemukan: bahwa perbedaan satu sama lain rasanya terlalu melelahkan untuk dikelola.

Clementine pun mendatangi Lacuna Inc. Apakah lacuna? Kata bahasa Latin ini kalau tidak salah berarti rongga, hampa, ceruk -- bayangkanlah kolam atau danau. Secara kiasan, bisa dimaknai sebagai kekurangan, kerugian atau kesenjangan. Secara medis, bisa mengacu pada perusakan otak -- prosedur yang dijalani Clementine untuk menghapuskan Joel dari benaknya.

Ketika mengetahuinya, seriklah hati Joel. Apalagi yang bisa dilakukannya kecuali mengikuti jejak Clementine? Mendatangi Lacuna, ia disambut oleh Mary (Kirsten Dunst, bukan lagi MJ-nya Spiderman), dipertemukan dengan dokter Howard (Tom Wilkinson), untuk kemudian diserahkan pada dua "teknisi" tengil, Stan (Mark Ruffalo) dan Patricak (Elijah Wood, melepaskan bayang-bayang Frodo), yang akan mengerjakan prosedur penghapusan pikiran.

Dalam keadaan tak sadar, saat kenangan berbaur dengan impian, berlangsunglah keganjilan (dan di sinilah sinematografi dan editing mencapai puncak keelokannya). Di tengah jalan, nyatanya, Joel tak pengin menghapuskan seluruh kenangan akan Clementine. Masih ada senyum yang hendak ia ingat, masih ada kehangatan yang masih mau ia dekap. Bisakah ia menembus lapisan kesadarannya sendiri dan menghentikan prosedur yang bekerja secara dingin itu?

Kenangan kita akan orang lain rupanya baru separuh cerita. Percuma kalau kita menghapuskannya secara sepihak karena masih ada kenangan orang lain akan kita. Percuma -- karena orang itu bisa menyembunyikan Anda ke sudut-sudut kenangannya, ke tempat-tempat yang belum pernah Anda kunjungi. Begitulah, Joel berpetak umpet dengan komputer untuk menghidupkan kembali kenangan akan dirinya pada diri Clementine -- atau kira-kira seperti itu.

Yang jelas, cinta rupanya lebih rumit daripada sekadar kenangan. Ia bukan seperti lembaran-lembaran naskah yang dengan gampang bisa kita pilih untuk kita arsipkan atau kita bakar. Kenangan mungkin melekat di otak, di pikiran, namun di manakah dia berakar? Kenapa Patrick justru memanfaatkan cara-cara (baca: kenangan akan) Joel -- kalau benar kenangan itu telah dihapus -- untuk merayu Clementine? Jadi, sisa apa yang ditinggalkan oleh kenangan yang dihapuskan? Getar-getar yang berpendar bukan di pikiran, namun menyuruk jauh di dalam relung hati. Barangkali.

Kalau begitu? Eternal sunshine of the spotless mind agaknya kita alami justru dengan merengkuh seluruh kenangan. Ia bukan lagi ditentukan oleh kenangan-kenangan itu, melainkan oleh cara kita memandang kenangan-kenangan itu. Spotless mind adalah ketika lembaran yang bernoktah terkenang sebagai bersih cemerlang. Ketika nada-nada sumbang terngiang sebagai harmoni sebuah orkestra. Ini bukan kebutaan atau ketulian: melainkan karena kita memilih untuk tetap mencintai meskipun menyadari segala noktah dan nada sumbang yang mungkin menggayuti hubungan kita.

Saat film berakhir, Joel dan Clementine kelihatannya mulai belajar hal itu. Jadi, tak lagi penting apakah mereka kelak live happily ever after atau tidak. *** (31/03/2005)

ETERNAL SUNSHINE OF THE SPOTLESS MIND. Sutradara: Michael Gondry. Skenario: Charlie Kaufman. Pemain: Jim Carrey, Kate Winslet, Kirsten Dunst, Tom Wilkinson, Elijah Wood, Mark Ruffalo. Asal/Tahun: AS, 2004.

Home | Film Favorit | Email

© 2005 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1