Home | Artikel

Oliver Cromwell

Pemuda Desa yang Menjadi Jenderal

Pemerintahan sipil didasarkan atas perjanjian antara hakim (atau wakil rakyat atau raja) dan rakyat banyak. Bila hakim tersebut menyimpang dari perjanjian, rakyat bertanggung jawab untuk menyingkirkan dia. Demikian model pemerintahan yang diterapkan Oliver Cromwell ketika berkuasa di Inggris. Pandangan covenantal (perjanjian) ini dikembangkannya dari model yang diuraikan oleh John Knox dalam buku The Reformation of Scotland.

Oliver Cromwell (1599-1658) bukanlah seorang yang terpelajar. Namun demikian, Tuhan mengangkatnya ke dalam posisi kepemimpinan yang sangat penting. Oliver Cromwell lahir di kalangan kaum Puritan yang tinggal di pedesaan Inggris. Tidak terbayangkan bahwa dari latar belakang seperti ini ia akan bangkit menjadi pemimpin bangsa. Akan tetapi, ia memiliki suatu kemampuan karunia Tuhan sehingga orang-orang cerdas pada zamannya melayaninya dengan setia dan hormat. John Bunyan, pengarang Pilgrim's Progress, adalah bawahannya semasa Perang Saudara, dan John Milton, yang menulis Paradise Lost, adalah sekretaris pribadinya.

Masa muda Cromwell biasa-biasa saja, namun sesudah bertobat pada usia 27 tahun, ia mendapatkan suatu tujuan ilahi dalam hidupnya. Ia begitu berapi-api mengasihi Allah. Ia seorang pemuda berkulit tembaga dan bertangan kasar karena terbiasa bekerja di ladang. Ia sering berdoa dan berpuasa, dan kadang-kadang menasihati jemaat setempat pada saat kebaktian. Seorang yang pendiam, bersahaja, serius, dan sedikit berbicara. Namun, bila ia membuka bibirnya terasa suatu wibawa yang luar biasa sehingga orang akan menaatinya tanpa bertanya atau menantangnya.

Sebagai juru damai, ia menarik perhatian ketika menyeret para pemalas dari kedai minuman dan memaksa mereka ikut dalam paduan suara. Kejadian ini ditambah dengan keberhasilannya meredakan keributan di antara kelompok mahasisiwa Cambridge membuatnya dihormati kaum Puritan setempat. Mereka mengutusnya sebagai wakil mereka di Parlemen. Di sana ia menarik perhatian sebagai tokoh yang vokal dari Partai Independen yang terdiri atas orang-orang Puritan.

Rakyat Inggris tengah berupaya keras untuk menegakkan sistem pemerintahan sipil berparlemen yang demokratis dan menghapuskan "Hak Istimewa Raja" (yang dianggap sebagai wakil Tuhan). Raja Charles I, tiran yang telah lama menganiaya kaum Puritan dengan memotong telinga dan hidung orang-orang yang menentang upayanya untuk memaksakan sistem keuskupan dalam gereja mereka, akhirnya harus berhadapan dengan Parlemen yang hendak menerapkan ide-ide baru dan revolusioner. Kaum Puritan akhirnya menyulut perang melawan Raja dan kaum Cavalier, yang mendukungnya.

Sewaktu melihat kelemahan pasukan kaum Puritan, Cromwell pun tampil sebagai komandan pasukan kaveleri. Cromwell sama sekali belum pernah dilatih dalam pertempuran, namun begitu terjun ke medan tempur, ia memperlihatkan kecerdasannya sebagai seorang jenderal. Cromwell paham, revolusi-revolusi yang berhasil selalu diperjuangkan oleh kaum petani, maka dia pun mengumpulkan ribuan kaum Puritan terpilih - yaitu para petani dan peternak - yang terbiasa berhadapan dengan medan terbuka. Resimennya ini dikenal sebagai Ironsides "Muka Besi", dan mereka tidak terkalahkan, sekalipun jumlah musuh mereka sering lebih banyak - kadang-kadang sampai tiga banding satu.

Pasukan itu hanya bisa dibandingkan dengan bala tentara Israel kuno. Mereka akan memekikkan Pengakuan Westminter dan kemudian berderap ke medan tempur dengan mengumandangkan mazmur-mazmur Daud, membangkitkan kegentaran di hati musuh mereka. Taktik yang biasa dijalankan Cromwell adalah menghadang pasukan musuh dengan pasukan kavaleri, langsung menyerbu ke garis pertempuran, kemudian memutar ke kiri dan ke kanan, menimbulkan keributan dan kekacauan di antara musuh, dan kemudian menghabisi mereka sama sekali.

Cromwell berhasil mengumpulkan sejumlah pasukan dan segera diangkat menjadi panglima tertinggi. Disiplinnya yang tinggi membangun suatu pasukan yang berdoa, berkhotbah, dikenai denda bila berbicara kotor atau mabuk, dan menaklukkan musuh dengan menyanyikan pujian - sesuatu yang benar-benar ganjil pada masa ketika segala macam kejahatan menandai kehidupan kalangan tentara dan pedagang para umumnya. Ia menulis, "Kami hanya ingin takut akan Allah kami yang agung sehingga kami tidak mau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya."

Pada saat itu, Charles I mengundang pasukan Katholik dari Irlandia untuk membantunya, namun kemudian ia dikhianati, dan dipenggal kepalanya seusai perang. Parlemen pun menduduki kekuasaan tertinggi di negeri itu. Sayang sekali, keberhasilan demokrasi baru di Inggris ini hanya berumur pendek. Cromwell mendapati, sistem demokrasi ini dikuasai oleh tuan tanah dan mereka menekan rakyat jelata. Pemerintahan mereka nyaris sama korupnya dengan pemerintahan raja yang telah digusur. Sebagai panglima tertinggi, ia mengambil alih kepemimpinan dan berperan sebagai "Lord Protector" (Pelindung).

Selama lima belas tahun masa pemerintahannya, Cromwell berhasil memukul mundur para bajak laut dari Mediterania, membebaskan orang-orang Inggris yang menjadi tawanan, dan membungkam setiap ancaman dari Prancis, Spanyol dan Italia. Cromwell mengangkat Inggris menjadi kekuatan yang dihormati dan ditakuti oleh dunia. Ia memberikan toleransi yang besar bagi denominasi lain. Tidak ada uskup gereja nasional. Hamba Tuhan yang melayani dalam upacara kenegaraan bisa seorang Prebisterian, Independen atau Baptis. Namun, ia belum bisa bertoleransi terhadap orang Katholik dan Unitarian.

Selain itu, ia berupaya melakukan reformasi moral dan memperbaiki pendidikan. Ia berjuang, agar Inggris menjadi negara Kristen yang sejati, dan negeri itu mengalami "masa kejayaan" singkat dalam sejarahnya.

Pemenggalan kepala Charles I adalah karena ia merusak kepercayaan rakyat. Menurut mereka, raja (wakil rakyat) yang berbuat demikian secara legal dapat disingkirkan. Pemahaman ini kelak dijadikan dasar pemerintahan demokratis.

Cromwell kadang-kadang bersikap kejam, namun kadang-kadang pula murah hati. Bagaimanapun ia seorang jenius. Ia yakin bahwa dirinya adalah alat yang dipakai oleh Tuhan. "Saya tidak mengejar hal-hal ini; sesungguhnya saya telah dipanggil oleh Tuhan untuk menjalankannya," katanya. Cromwell meninggal pada 3 September 1658. *** (Sumber: Forerunner dan Austin's Topical History of Christianity)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1