Big Fish

Mempertentangkan Fantasi dengan Realitas

"Ayah mesti mengabaikan keluarganya dan hidup dalam dunia fantasinya karena dia menganggap kehidupan nyata ini membosankan, dan kita diminta keplok bagi dia?" seorang penonton melontarkan kejengkelannya terhadap Big Fish, film terbaru Tim Burton (Edward Scissorhands). Penonton ini agaknya menangkap kejengkelan Will (Billy Crudup) terhadap ayahnya, Edward Bloom (Albert Finney saat tua, Ewan McGregor saat muda), yang pada hari pernikahan Will pun tetap asyik mengisahkan riwayat hidupnya sendiri, yang sudah menjadi semacam legenda.

Seandainya Big Fish sepenuhnya sebuah fabel, ia bisa menjadi fabel yang menawan tentang kegigihan cinta dan persahabatan, tentang bagaimana seorang pria menemukan jati dirinya. Gambar-gambarnya memikat, akting pemainnya lumayan (Albert Finney tak gampang ditundukkan; Jessica Lange memberikan kecerahan pada tokoh yang datar; Helena Bonham Carter misterius dalam perang ganda). Namun, karena ia mencoba mempertentangkan fantasi dengan realitas, maka kejengkelan Will beralasan, dan Edward adalah seorang ayah yang bebal, dan egois. Ia terobsesi dengan fantasi, terobsesi dengan dirinya, dan hanya bisa menerima orang-orang yang mau menerima dunia fantasinya. Sayangnya, Will -- satu-satunya orang yang mungkin menarik sang ayah dari kubangan fantasi itu -- akhirnya menyerah, dan tersedot dalam lumpur kebebalan ayahnya.

Itu saja yang ingin kukatakan tentang film ini.