Home | Film Favorit

Beloved

Sutradara: Jonathan Demme
Pemain: Oprah Winfrey, Danny Glover, Thandie Newton, Kimberly Elise, Beah Richards
Aku kecele. Siap-siap untuk nonton film manis romantis (setidaknya begitulah yang kutangkap dari sinopsis di cover belakang VCD-nya) sambil menikmati kripik kentang, ternyata yang kudapatkan adalah film hantu (ini pun baru benar-benar kuyakini menjelang film berakhir; semula kukira hantu itu hanya sebagai bumbu kisah). Ya, bahkan lebih dari itu. Dan "kelebihan" itulah yang membuat film ini terus menghantui setelah closing credits bergulung. Beloved adalah salah satu film tergelap yang pernah kutonton -- sebuah film yang susah untuk "ditelan."

Kisah dibuka pada musim panas yang tenang tahun 1865 di Ohio. Seorang pengembara bernama Paul D (Danny Glover) sampai di sebuah rumah di Bluestone Road 124. Di situ tinggal Sethe (Oprah Winfrey), perempuan yang dikenal Paul D sekian tahun sebelumnya saat keduanya menjadi budak di perkebunan Kentucky bernama Sweet Home. ("It wasn't sweet and it wasn't home.") Sethe tidak sendirian di rumah itu. Anak perempuannya, Denver (Kimberly Elise), seorang gadis yang tertutup, menemaninya. Namun, dua anak laki-lakinya telah lama minggat, ketakutan oleh hantu saudari mereka yang gentayangan di tempat itu. ("It ain't evil, just sad.") Paul D pun segera berhadapan dengan roh ini, dan setelah sebuah perlawanan singkat, roh itu tampaknya menghilang. Namun Denver meragukannya, dan merasa arwah tersebut sedang merancang sesuatu.

Tidak salah. Beberapa hari kemudian ia muncul dalam wujud seorang gadis nyaris bisu berpakaian hitam (Thandie Newton) yang lunglai tersengat panas di depan rumah mereka. Ketika ditanyai namanya, dengan suara serak kesakitan, dan seolah bergeletar dari tempat yang jauh, ia mengeja huruf demi huruf: B-E-L-O-V-E-D. Beloved adalah nama anak Sethe yang tewas di tangan sang ibu ketika ia berusaha "melindungi" anak-anaknya, agar tidak diangkut jadi budak.

Seperti kukatakan tadi, ini bukan film hantu biasa. Beloved diangkat dari novel pemenang Pulitzer karya Tony Morrison (nantinya dia juga diganjar Nobel), yang mendokumentasikan kekejian dan horor perbudakan, namun juga mencuatkan makna hubungan kekeluargaan dan daya hidup. Keputusan dan tindakan-tindakan kita semuanya mengandung konsekuensi. Pertanyaannya adalah: Keputusan manakah yang kita ambil dan apakah itu keputusan yang terbaik?

Alur film ini berlapis-bersilangan bagaikan labirin yang tersusun atas memori dan halusinasi. Dari situlah terakumulasi suasana duka, tragis, dan sekaligus horor yang menyesakkan dada. (Dalam tataran berbeda, The Color Purple, juga dibintangi Oprah dan Danny, semestinya kurang lebih sekelam ini.) Seakan memberi kita ruang untuk bernapas, tersisip sejumlah shots cantik kehidupan binatang dan ketenangan alam. Namun, berulang-ulang pula terpotret Bluestone Road 124 dalam suasana lengang penuh firasat. Secara keseluruhan, Jonathan Demme (The Silence of the Lambs) menggarap Beloved sebagai sebuah pergulatan psikologis yang didedah dalam paparan realisme magis menggigilkan. (Terlintas episode Prabumulih dalam Saman-nya Ayu Utami.)

Dibandingkan dengan Amistad yang sama-sama memotret lembaran kelam perbudakan di AS, Beloved lebih intens, dan lebih gelap, karena terfokus pada kisah hidup Sethe. Oprah Winfrey secara mencekam menerjemahkan Sethe sebagai sosok yang kadang-kadang memancarkan kecerahan dan kegairahan hidup, namun akhirnya tersedot kembali ke dalam relung kepedihan -- tergerus oleh konsekuensi pilihannya. "Pohon" di punggungnya itu....

Pemeran lain juga tampil apik. Danny Glover tampil simpatik sebagai Paul D, tokoh yang paling "cerah" dalam kisah ini. Thandie Newton sebagai Beloved menggugah emosi campur aduk: mengundang belas kasihan, namun juga repulsif. Kimberly Elise tampak terlepas dari beban berat, menjadi mandiri dan bertumbuh dewasa pada akhirnya. Beah Richards mencuri perhatian sebagai ibu mertua Sethe, seorang pengkhotbah spiritualis.

Di AS, film ini diklasifikasikan R karena memuat "violence, sexual violence, frontal nudity, sex." Bukan tontonan yang "indah," memang. Beloved memilih pendekatan ex negativo. Ia seperti kotoran yang dilemparkan ke wajah kita. Ia seperti pil pahit. Menyaksikan men's inhumanity toward men, mudah-mudahan kita lalu termenung oleh kedalaman Kaidah Kencana: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."

Kalau Anda menginginkan hiburan pengantar tidur, jangan sewa film ini. Saat film usai, labirin tragedi itu terasa masih menjulur, berpilin, menggerapai. *** (17/02/2004)

Home | Film Favorit | Email

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1