Home | Resensi Film

Before Sunrise (1995) & Before Sunset (2004)

Pertemuan Dua Hati

Kalau disimak dari sinopsisnya saja, kedua film ini terkesan tidak terlalu menjanjikan. Dalam Before Sunrise, Jesse, pemuda Amerika, bertemu dengan Celine, pemudi Perancis, di sebuah kereta suatu siang dan memutuskan untuk bersama-sama turun di Wina. Mereka lalu menghabiskan waktu berdua sampai keesokan paginya. Before Sunset, berlangsung sembilan tahun kemudian, mempertemukan kembali keduanya di Paris. Kali ini mereka hanya punya waktu sekitar satu jam.

Nyatanya, materi yang kurang menjanjikan itu telah dibesut menjadi sajian unik dan langka, suatu sumbangan khusus baik bagi khasanah film drama romantis maupun sejarah perfilman pada umumnya. Pujian patut ditujukan pada kejelian sutradara, ketelatenan penulis skenario, dan kewajaran duo pemainnya. Penata kamera juga berhasil menyiasati keterbatasannya: meskipun terutama harus terfokus pada kedua pemain utama, ia terus-menerus berkelit dalam upayanya menampilkan komposisi yang menyegarkan.

Menontonnya secara hampir berurutan, saya akan lebih mengenang Before Sunrise dan Before Sunset bukan sebagai dua film yang berkaitan, melainkan sebagai sebuah kisah panjang. Secara faktual, kedua film ini jelas boleh ditonton sendiri-sendiri. Namun, kenikmatan apresiasi akan jauh lebih intensif bila kita menonton dua-duanya.

Kedua film ini adalah film percakapan, dan ditampilkan ala reality show. Kita diajak menguntit perjalanan mereka, dan menguping pembicaraan mereka. Bedanya, reality show yang menjamur di teve kita kebanyakan banal dan mengada-ada, Before Sunrise dan Before Sunset amat menyedot, orisinil, jujur dan membumi.

Betapapun, yang akan lebih kita kenang bukanlah apa persisnya kata-kata yang mereka ucapkan, melainkan bagaimana mereka masing-masing mengucapkannya -- atau malah justru apa yang tidak mereka ungkapkan. Kita mengenang bagaimana Jesse dan Celine berdempetan di ruang musik, saling mencuri pandang, saling mengelakkan pandang. Kita mengenang bagaimana mereka bergantian berpura-pura menelepon teman, dan kemudian melontarkan kesan dan penilaian terhadap satu sama main. Kita mengenang bagaimana Celine mengulurkan tangannya hendak menyentuh Jesse, seperti hendak merengkuh kenangan mereka, namun kemudian buru-buru menariknya, sebelum Jesse sempat melihatnya. Nada, atmosfir, suasana hati yang berhasil tertuang pada layar -- itulah yang jauh lebih membekas.

Nada, atmosfir dan suasana hati itu pula yang membedakan Before Sunrise dengan Before Sunset. Sunrise lebih riang, diwarnai gairah kemudaan dan keleluasaan, lebih tanpa beban. Kita terbawa oleh daya tarik mereka, dan barangkali mulai berkhayal, berharap mereka seperti sosok-sosok dalam film romantis lainnya: sepasang kekasih yang diciptakan khusus bagi satu sama lain. Sunrise, untunglah, tidak terperosok ke jalur itu. Ia puas dengan berhenti pada janji Jesse dan Celine untuk bertemu lagi. Tanpa mereka saling bertukar alamat. Tanpa bertukar nomor telepon. Tanpa mengetahui nama belakang masing-masing. Dengan plot terbuka begini, Sunrise terasa sebagai sebuah film romantis yang keren.

Namun, siapa sangka bahwa tim kreatif di balik film ini menyiapkan sekuelnya? Bukan karena Sunrise laris-manis di pasaran, melainkan semata-mata karena sang ilham menggelitik mereka.

Sembilan tahun kemudian, dari tim yang kurang lebih sama, lahirlah Before Sunset. Berbeda dengan janji untuk bertemu kembali enam bulan sesudah berpisah, nyatanya, ya, baru sembilan tahun kemudian mereka bisa berjumpa lagi. Jesse menjadi penulis, menovelkan pengalaman mereka di Wina, dan kini sedang berpromosi di sebuah toko buku kecil di Paris. Menjelang acara jumpa pengarang rampung, muncullah wajah Celine dari sela-sela rak buku. Jesse harus segera mengejar pesawat, namun akankah mereka menyia-nyiakan waktu sekitar satu jam yang terluang?

Mereka pun memutuskan untuk menyusuri jalanan Paris, mampir di kafe, ke taman, naik perahu, bermobil menuju bandara, singgah di apartemen Celine. Percakapan mereka bermula dari penjajakan, membicarakan perkara-perkara umum, pelan-pelan mengalir ke hal-hal yang lebih intim, sampai kemudian memuncak dalam luapan emosi. Sutradara dengan berani mengarahkan pengambilan gambar berlama-lama (long takes), yakin bahwa Ethan Hawke dan Julie Delpy mampu mempertahankan kespontanan dan kewajaran.

Bagaimanapun, mereka tak lagi seleluasa dulu. Celine menjadi aktivis lingkungan hidup dan punya pacar. Optimismenya mulai dirundung skeptisme. Jesse telah menikah, namun merasa tidak bahagia, dan gagap sebagai ayah. "Aku merasa seperti membangun tempat pengasuhan anak bersama orang yang dulu biasa kukencani," cetusnya. Sunset lalu terasa lebih gelisah, keduanya terasa banyak menahan diri, lebih gamang. Namun sekaligus, kita merasakan daya tarik yang kembali berjilatan di antara mereka.

Seperti film-film bagus yang menolak untuk mengkhotbah, Sunset malah kemudian mengundang kita bertanya-tanya. Kenapa, pada mulanya, Jesse menuliskan kisah mereka? Sekadar melanggengkan sebuah kenangan, membayangkan sebuah akhiran yang lebih membahagiakan, mencoba meraih sebuah kesempatan yang terlepas? Kini, saat mereka dipertemukan lagi, pertanyaan-pertanyaan yang mencuat jadi lebih pelik: Benarkah kita menginginkan mereka bersatu, meninggalkan komitmen dan tanggung jawab masing-masing? Mungkinkah mereka membangun kebahagiaan berdasarkan sekeping memori 24 jam yang telah diguratkan oleh romantisme? Seberapa lama jilatan daya tarik yang cepat berkobar itu akan bertahan tetap menyala?

Dan film ini tidak menyodorkan jawaban. Paling-paling ia hanya memberi isyarat. Maka, ketika Celine berdansa dalam sebuah fade to black yang amat menggoda, pertanyaan-pertanyaan itu justru mulai berdentang-dentang. *** (10/05/2005)

BEFORE SUNRISE. Sutradara: Richard Linklater. Skenario: Richard Linklater dan Kim Krizan. Pemain: Ethan Hawke, Julie Delpy. Asal/Tahun: AS, 1995.

BEFORE SUNSET. Sutradara: Richard Linklater. Skenario: Richard Linklater, Ethan Hawke, Julie Delpy. Pemain: Ethan Hawke, Julie Delpy. Asal/Tahun: AS, 2004.

Home | Film | Email

© 2005 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1