Home | Artikel

Belajar dari Kegagalan Sang Ayah

Masih ingat Pa Ingalls dari Little House on the Prairie yang dulu diputar TVRI itu? Bagi penggemar film seri itu, Pa Ingalls benar-benar sosok ayah teladan: penyayang, ramah dan murah senyum, penuh perhatian, serta siap mengupayakan yang terbaik demi kesejahteraan keluarganya.

Citra itu sampai melekat pula pada pemerannya, Michael Landon. Bukan hanya di mata publik, namun juga di mata Michael Landon Jr., anaknya. "Saya memiliki gambaran tertentu tentang ayah saya, gambaran yang menurut saya tertanam melaui peran yang dimainkannya dan cara pandang publik terhadapnya," kenang Michael.

Namun, citra itu berantakan suatu petang. Sepulang sekolah ia mendapati ibunya dalam keadaan memilukan. Ayahnya baru saja meninggalkan rumah setelah ketahuan berselingkuh dengan salah satu awak Little House. Tak lama kemudian orang tuanya bercerai. "Dunia saya betul-betul hancur," kata Michael, yang saat itu berusia 15 tahun.

Masa Pergumulan

Tahun-tahun berikutnya penuh pergumulan baginya. Prestasi sekolahnya anjlok, dan ia juga mulai mencoba-coba ganja dan alkohol.

Ibunya, yang juga luluh lantak oleh perceraian itu, berbagi kepedihan dengan Louise, seorang wanita Kristen pekerja salon. Louise seorang pendengar yang baik, dan selanjutnya menuntun ibu Michael ke dalam iman. "Lalu," kata Landon, "ia mengajak ibu ke gereja. Dan kemudian ibu saya diselamatkan."

Ibunya lalu mulai mengajaknya ke gereja. Ia menolaknya, ibunya bersikeras. Akhirnya ia bersedia, sekadar untuk menyenangkan ibunya. Tuhan mulai menjamahnya, namun ia masih melawannya. Ia terus menjalani kehidupan hura-hura sampai dikeluarkan dari universitas karena prestasi akademisnya tidak memadai. Ia masih bergulat melawan Tuhan, dan baru menjelang usia 19 tahun ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus.

Mengikuti Jejak Ayah

Sesudah hidupnya tertawa, Landon memutuskan untuk mengikuti jejak ayahnya di dunia perfilman. Tidak persis sama. Ia tidak pernah tertarik untuk tampil sebagai bintang, namun cukup puas dengan menjadi orang di balik kamera. Ia menekuni penyutradaraan, dan menggarap film-film keluarga seperti yang dijalani ayahnya, yang meninggal karena kanker pankreas pada 1991.

Ia antara lain membesut film TV berdasarkan empat buku pertama serial terkenal Love Comes Softly karya Janette Oke. Dua film pertama yang diudarakan Hallmark Channel tahun 2003 dan 2004 terhitung sukses. Kini ia sedang menyiapkan film ketiganya.

Kisahnya berkaitan dengan keluarga dan iman, mirip dengan Little House. Ia menyukai buku itu antara lain karena Janette secara wajar dan indah memadukan unsur-unsur iman ke dalam bangunan ceritanya. Unsur-unsur iman itu tampil secara lembut, tidak mengkotbahi.

Menghayati Iman

Bukan hanya menampilkan iman melalui film, ia juga berketetapan untuk menghayati imannya dalam kehidupan pribadinya. Meskipun sama-sama terjun ke dunia hiburan seperti ayahnya, ia ingin untuk tidak mengulangi dosa ayahnya. Sejauh ini ia telah menjalani pernikahan yang kokoh selama 18 tahun.

"Yang terutama adalah mengingat penderitaan yang telah saya alami," katanya. "Saya sangat melindungi pernikahan saya, dan saya menetapkan batasan bagi diri saya sendiri."

Menikah dengan Sharee, ia dikarunia tiga anak. "Saya melihat tiga anak saya dan menyadari bahwa hal yang paling tidak ingin saya lakukan bagi mereka adalah tidak setia kepada istri saya. Bukan hanya demi istri saya, namun juga demi anak-anak, dan demi saya sendiri. Saya tidak mau menghancurkan kesaksian saya. Jadi, itu paduan dari semuanya itu - menghormati Allah dan berlari dalam perlombaan sebaik mungkin." *** (sumber: Christianity Today).

© 2006 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1