Home | Renungan

Pendidikan Anak: Investasi Terbaik

Sepasang petani miskin bekerja keras untuk membiayai kuliah anak mereka. Betapa bangganya mereka ketika anak itu akhirnya lulus. Mereka berdua diundang untuk menghadiri acara wisuda. Meskipun orang tuanya tidak terpelajar dan berpakaian seadanya, sang anak menyambut mereka dengan sukacita dan dengan bangga memperkenalkannya pada dosen dan teman-temannya.

Saat wisuda, anak itu memberikan sambutan mewakili mahasiswa seangkatannya, dan hadirin terharu mendengarnya. Ketika ia kembali ke tempat duduk, ayahnya berbisik pada ibunya, "Bu, ini panenan kita yang paling baik."

Pendidikan anak memang investasi yang sangat berharga bagi sebuah keluarga. Tak heran, Alkitab mendorong para orang tua untuk melakukannya sedini mungkin. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu" (Amsal 22:6). Di tempat lain, firman Tuhan mengingatkan kita akan risiko kelalaian mendidik anak: "anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya" (Amsal 29:15).

Di tengah tantangan zaman yang kian menggerogoti nilai-nilai keluarga, jelaslah bahwa aspek pendidikan anak ini adalah sendi yang sangat perlu dikokohkan. Sebuah tantangan yang berat memang, namun sekaligus sebuah kehormatan. Seperti orang menajamkan pisau agar lebih efektif, orang tua bertanggung jawab untuk mempertajam pikiran, hati dan karakter anak-anak dengan kebenaran rohani.

Pendidikan semacam apa yang mesti dijalankan di rumah? Allah menghendaki keluarga sebagai tempat pengembangan karakter dan nilai-nilai moral. Pengembangan karakter ini memerlukan pelatihan, dan keluarga merupakan tempak pelatihan sejak anak masih dalam gendongan hingga ia dewasa.

Agar pelatihan berlangsung secara konsisten, diperlukan kedisiplinan. Disiplin kedengarannya sesuatu yang kaku, namun sangat penting. Bagi orang tua, pendisiplinan mendatangkan kepuasan hati karena mereka menjalankan kepemimpinan dan tanggung jawab di dalam keluarga. Bagi anak-anak, disiplin yang dijalankan secara lemah lembut dan tegas akan mendatangkan rasa aman. Sebaliknya, sebuah keluarga tanpa disiplin itu seperti jalan raya tanpa rambu-rambu lalu lintas: bebas, namun mengundang bahaya.

Disiplin ini mencakup ajaran dan nasihat, koreksi dan instruksi. Melalui disiplin: 1) anak akan bertumbuh dengan memiliki arah dan patokan yang jelas, 2) anak belajar menghormati otoritas, dan 3) anak belajar menerima dan memahami satu sama lain sehingga dapat berhubungan baik dengan sesama.

Pendisiplinan untuk pengembangan moral dan karakter ini hanya akan efektif bila orang tua terlebih dahulu memberikan teladan. Seperti dikatakan William J. Bennett, mantan Menteri Pendidikan AS, tidak ada yang lebih berpengaruh dan lebih menentukan dalam kehidupan seorang anak daripada kekuatan moral sebuah teladan yang diberikan dengan tenang dan penuh pengertian. Agar anak-anak dapat menanggapi moralitas secara serius, mereka harus berada di tengah-tengah orang dewasa yang menanggapi moralitas secara serius pula. ***

-- Dimuat di Blessing, Agustus 2005.

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1