Home | Artikel

Keajaiban Sebuah Tulisan

CATATAN: Dalam latihan Kepenulisan dan Jurnalistik Angkatan I di jemaat kami, salah satu tugasnya adalah menulis tentang peranan tulisan dalam kehidupan Rubin "Hurricane" Carter dan Lesra Martin dalam film The Hurricane. Berikut ini salah satu hasilnya, tulisan Kristian Juliadi Nugroho.

"Menulis itu suatu keajaiban. Jika aku mulai menulis, aku tahu bahwa aku lebih dari sekedar bercerita. Menulis itu sebuah senjata. Dan itu jauh lebih kuat dari kepalan tangan. Tiap kali aku menulis, aku berdiri lebih tinggi dari tembok penjara ini. Aku bisa melihat ke balik tembok ke seluruh penjuru New Jersey…."

The HurricaneKalimat-kalimat di atas dikutip dari Rubin "Hurricane" Carter, seorang juara dunia tinju yang dijebloskan ke dalam penjara dengan dakwaan palsu. Dia sungguh-sungguh percaya dengan kata-katanya dan dia hidup dengan kata-katanya. Hidupnya membuktikan ucapannya. Ini adalah sebuah kisah tentang kekuatan sebuah tulisan.

Di ruang selnya yang berukuran kira-kira 2x3m2, Rubin Carter menulis otobiografinya. Dari ruang sempit inilah, Rube, demikian dia minta orang memanggilnya, memperjuangkan pembebasannya melalui tulisannya. Dengan menggunakan mesin ketik bututnya dia menulis pembelaan dirinya dan membukukannya dalam sebuah buku The Sixteenth Round.

Rubin dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan pembunuhan warga kulit putih. Dia dan temannya yang juga berkulit hitam ditangkap dan dijebloskan dalam kegelapan penjara karena alasan rasialis yang tengah memanas di tahun-tahun itu Alasan yang dibuat-buat oleh seorang polisi yang begitu membenci Rubin sejak Rubin masih kanak-kanak. Dengan dibantu dua orang saksi palsu, Della Pesca, sang polisi, berhasil menyeret Rubin dan temannya ke pengadilan. Dan pengadilan memvonis keduanya dengan hukuman penjara tiga kali seumur hidup. Itu berarti tidak ada harapan lagi bagi Rubin. Sisa hidupnya harus dihabiskannya di penjara. Segala impiannya sebagai juara dunia tinju harus terkubur.

Tetapi dia tidak putus asa. Beberapa usaha dia lakukan. Dua kali naik banding ke pengadilan, bahkan hukuman di sel isolasi karena menolak memakai pakaian penjara yang menurut dia berarti mengakui bahwa dia bersalah, dilakoninya. Tetapi semuanya gagal. Bahkan simpati dari kalangan luar dan orang-orang terkenal tidaklah cukup untuk membebaskan dia. Sebutlah satu nama, Mohammad Ali, yang ikut bersimpati dan mengharapkan pembebasannya. Tetapi itu juga gagal. Dan harapan satu-satunya adalah tulisannya. Dia tidak pernah berhenti menulis. Dia tidak pernah berhenti belajar.

Dan tulisannya telah mempertemukan dia dengan Lesra, seorang kulit hitam yang pindah ke Kanada untuk belajar baca tulis dan melanjutkan pendidikannya ke universitas. Lesra yang tidak sengaja mendapatkan buku otobiografi Rubin di acara obral buku-buku bekas, begitu tertarik dan segera membeli dengan harga yang sangat murah, 25 sen. Ketertarikannya membawa dia semakin mendalami kehidupan Rubin. Begitu tertariknya dia dengan kehidupan Rubin, yang menurut dia mirip dengan kehidupannya, Lesra nekat menulis surat kepada Rubin dan mengutarakan niatnya untuk bertemu. Dan pertemuan itu membuat Lesra semakin bersimpati dengan Rubin dan ingin memperjuangkan pembe-basannya. Dengan didukung ketiga teman Kanada-nya, Sam, Terry dan Lisa, Lesra berusaha memperjuangkan pembebasan Rubin. Bahkan keempatnya pindah ke New Jersey dan tinggal di sebuah gedung di dekat penjara tempat Rubin dihukum. Mereka berempat berjanji untuk tidak pindah sampai mereka bisa membebaskan Rubin. Mereka mengumpulkan semua data-data yang diperlukan, bukti-bukti baru yang bisa dipakai di pengadilan. Mereka mendatangi saksi-saksi yang berhubungan dengan pembunuhan itu. Dan akhirnya mereka berhasil mengumpulkan semua bukti yang diperlukan.

Mereka memiliki dua pilihan. Yang pertama kembali ke pengadilan negara bagian dengan mengajukan bukti-bukti baru atau mereka tetap naik banding ke pengadilan Federal dengan konsekuensi kalau hakim tidak melihat bukti yang cukup kuat maka bukti-bukti yang sudah dikumpulkan akan ditolak dan tidak dapat dipakai lagi untuk naik banding. Ini berarti usaha mereka akan sia-sia. Dengan ketegaran hati Rubin memutuskan untuk tetap maju. Dan usaha mereka berhasil. Hakim membebaskan dia.

Sebuah perjuangan panjang yang melelahkan. Perlu waktu 22 tahun bagi Rubin untuk bisa kembali menghirup udara bebas. Semua itu dia dapat karena dia tidak pernah berhenti menulis. Ya, menulis. Dia menulis pembelaannya dalam sebuah otobiografi. Dan tulisan itu menggerakkan Lesra yang kemudian menggerakkan ketiga temannya dan akhirnya menggerakkan hakim untuk memvonis bebas Rubin. Apa yang dilakukan Rubin kelihatan sepele. Tetapi bayangkan kalau Rubin tidak pernah menulis bukunya. Entah berapa kali Rubin hampir menyerah dengan hidupnya. Bahkan dia meminta istrinya untuk menceraikannya karena dia sudah kehilangan harapan untuk bisa membahagiakan istrinya. Tetapi dia tidak menyerah, seperti salah satu ucapannya,"Dia yang mengeluh tak punya peluang, lupa bahwa pintu kecil sering menuju ruangan yang besar". Pintu kecil itu, menulis, telah membawa Rubin ke sebuah ruangan yang besar, dunia bebas di luar pengapnya penjara New Jersey. ***

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1