Home | Artikel

Kesombongan

Menurut Kekristenan, kesombongan adalah kejahatan yang paling hakiki. Segala kejahatan lain bersumber dari kesombongan. C.S. Lewis menyebutnya sebagai "keadaan pikiran yang sepenuhnya anti-Allah" dan "langsung berasal dari Neraka" (bdk. Yesaya 14:13-14).

Kesombongan pada dasarnya bersifat kompetitif - suatu hasrat untuk unggul mengatasi segala-galanya, dan tidak berada di bawah siapapun atau apapun. Karenanya, Iblis tidak menggoda manusia untuk menyembah dirinya, melainkan mengarahkan perhatian manusia pada "keakuan" mereka sendiri.

Cara termudah untuk mendeteksi kesombongan adalah dengan bertanya, "Seberapa jengkelkah aku kalau orang menghina aku, atau tidak memperhatikan aku, atau ikut campur dalam masalahku dengan memberi nasihat tanpa diminta, atau kalau ia pamer?"

Kesombongan kita selalu bersaing dengan kesombongan orang lain. Sering dikatakan bahwa seseorang menyombongkan kecantikan, kekayaan, kecerdasan, dsb. Ini sebenarnya kurang tepat. Orang sombong baru puas kalau dirinya "lebih cantik", "lebih kaya" atau "lebih cerdas" daripada orang lain.

Dosa lain kadang-kadang bisa membuat orang rukun: para pemabuk atau pelacur bisa akrab satu sama lain dan bersendau gurau bersama. Namun, kesombongan selalu berarti permusuhan - bukan hanya permusuhan antarmanusia, namun juga permusuhan dengan Allah.

"Berhadapan dengan Allah," kata C.S. Lewis, "manusia berhadapan dengan sosok yang keunggulannya dalam segala aspek tak tertandingi. Kalau Anda tidak melihat Allah sebagaimana adanya - dan dengan demikian melihat diri Anda sama sekali tidak sebanding dengan-Nya - Anda sama sekali tidak mengenal Allah.... Seorang yang sombong selalu memandang ke bawah, merendahkan orang lain dan segala sesuatu: dan, tentu saja, selama Anda melihat ke bawah, Anda tidak akan dapat melihat sesuatu yang ada di atas Anda." *** (Sumber: C.S. Lewis, Mere Christianity)

Dimuat di Renungan Malam, Juli 2004.

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1