Home | Artikel

Tuhan Merajutnya Kembali

Reny (bukan nama sebenarnya) saat itu berusia 18 tahun. Ia sama sekali tidak menduga kalau perjalanan ke sebuah rumah di kawasan Bekasi itu akan mengubah jalan hidupnya secara drastis.

Ia sama sekali tidak curiga saat Gogon (22, juga bukan nama sebenarnya) mengajaknya. Belakangan ini mereka berteman lumayan akrab, dan sering berjalan berdua, meski Reny tidak merasa berpacaran dengan Gogon. Reny beberapa waktu sebelumnya menjadi pengikut Kristus dan kemudian menjadi guru Sekolah Minggu. Gogon, meskipun tidak seaktif Reny, juga cukup dekat dengan gereja.

Di rumah itulah, Gogon berubah dari sahabat menjadi penjahat. Dengan mengancam akan membunuh Reny jika gadis itu berteriak atau tidak melayani nafsunya, Gogon memperkosa Reny.

Hamil akibat pemerkosaan itu, Reny meminta Gogon bertanggungjawab. Tapi Gogon mengelak. Reny pun stres berat dan berniat menggugurkan kandungannya. Dia minum berbagai ramuan, namun tidak berhasil.

Dalam keadaan ini Reny bertemu dengan Sukaria dari "Rumah Hidup Baru." Di tempat ini ia disadarkan kembali akan martabatnya sebagai manusia. Ia diingatkan bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan berbelas kasih betapa pun beratnya dosa seseorang. Ia juga diajak mendekatkan diri kepada Tuhan dan saban hari ia didoakan.

"Saya sudah dipulihkan Tuhan, tapi jangan menyebut nama saya, apalagi pasang foto saya. Saya sendiri tidak apa-apa, tapi kasihan anaknya. Nanti bisa jadi dia minder atau tidak percaya diri. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti," pinta Reny kepada BAHANA.

"Tuhan memang mencintai saya. Walaupun saya merusaknya dengan ramuan-ramuan, tapi Tuhan merajutnya kembali. Anak itu lahir normal dan sekarang sudah berumur 14 tahun," ungkap Reny penuh syukur

***

Kisah Reny hanyalah salah satu dari ribuan kisah pedih seputar aborsi. Dan ternyata, kepedihan itu bukan hanya mendera ibu pelaku aborsi. Pria yang terlibat dalam upaya pengguguran pun menanggung gejolak emosi tersendiri. Berikut ini sebuah kisah dari negeri Paman Sam.

Sebagai pemimpin kaum muda di sebuah gereja, Jerry Little sering berkhotbah tentang kejahatan aborsi. Ia dan isterinya, Debbie, tidak jarang membuka pintu rumah mereka bagi perempuan muda yang hamil di luar nikah.

Namun pada tahun 1993, anaknya sendiri, Candy (18), memberitahukan dirinya hamil. Terguncang, Little meyakini bahwa kasus anaknya ini berbeda dan hanya aborsilah jalan keluarnya.

Namun, Candy, tidak menginginkan aborsi.

Little membawa anaknya ke Lubbock - sekitar 120 mil dari rumah mereka di Amarillo, Texas - untuk melakukan aborsi gelap. Begitu sampai di klinik tersebut, Candy sangat kalut, sehingga petugas menolak bertindak lebih lanjut.

Namun, Little bersikeras. Dua hari kemudian, Little dan anaknya datang kembali. Meskipun Candy terus-menerus menangis tak terkendali, kali ini petugas aborsi mau menjalankan tugasnya.

Ketika Candy kembali ke ruang tunggu, ia memandang dengan tatapan kosong ke arah ayahnya dan berkata, "Mari kita pergi." Sang ayah langsung tahu bahwa hubungan mereka tidak akan pernah sama lagi, namun ia berusaha menepiskan pikiran tersebut. Selama dua tahun berikutnya, keluarga Little nyaris berantakan sambil terus berupaya merahasiakan aborsi tersebut. Rasa bersalah mendera Little, yang tidak tahu lagi mesti berpaling pada siapa.

Dua tahun kemudian Jerry Little memenuhi permintaan anaknya untuk mengikuti pemahaman Alkitab dan konseling di CareNet Crisis Pregnancy Centers di Amarillo. Ia pun menyadari amoralitas tindakannya, mengakui kesalahannya, berdoa memohon pengampunan Allah, dan mengalami kesembuhan.

"Saya masih terus teringat masa dua tahun di mana seharusnya saya melindungi dia," tutur Little, yang saat ini berusia 50 tahun. "Justru sayalah yang paling menyiksa dia dengan memaksanya melakukan aborsi."

Little, saat ini seorang manajer awak konstruksi, telah memimpin empat pria melalui program pemahaman Alkitab pasca-aborsi. Anak perempuannya, Candy Gibbs, sekarang memimpin pusat pelayanan krisis kehamilan di Amarillo, tempat ia dan ayahnya menemukan pertolongan delapan tahun lalu. *** (Sumber: Laporan Eman, Jakarta dan Christianity Today)

Dimuat di Bahana, April 2004

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1