Home | Buku

Antara Harry Potter, Narnia dan Dunia Tengah

'Arry Potter Itu Seperti Snack

Akhirnya, setelah antre sekian lama di rental langganan, kudapatkan Harry Potter dan Orde Phoenix, buku kelima penyihir cilik berkacamata itu.

Di tengah keasyikan membaca novel J.K. Rowling ini, aku tergoda untuk membandingkannya dengan dua kisah fantasi favoritku: The Chronicles of Narnia (C.S. Lewis) dan The Lord of the Rings (J.R.R. Tolkien). Inilah yang kudapatkan sejauh ini. (O ya, ketiga buku itu kusingkat saja sebagai HP, CN dan LR).

Harry Potter

Kalau dibandingkan dengan makanan, ketiganya sama-sama lezat. Bedanya...

  • HP mirip snack. Renyah, dua-tiga keremusan sudah tandas, dan cenderung tipis kadar gizinya. Kalau dijadikan menu utama, wah bisa kurus kering nih badan!
  • LR makanan berat bergizi tinggi. Lama mengunyahnya, lama mencernanya, namun oke untuk dinikmati berulang-ulang.
  • CN yang paling seimbang antara kadar gizi dan kenikmatan menyantapnya. Mungkin mirip sayur-mayur dan buah-buahan. Ringan, segar, dan berguna!

The Lord of the Rings

Kalau dibandingkan dengan taman bermain, HP adalah roll-coaster, sedangkan CN dan LR adalah taman itu sendiri.

  • HP sangat mengandalkan suspense. Namun, bila satu putaran sudah habis, hilang pulang suspense-nya. Kita sudah tahu di mana kelokannya, di mana dia mulai mendaki, lalu tiba-tiba meluncur tajam. Dan, ya, roll-coaster tidak bisa dinaiki di tengah jalan.
  • Narnia dan Dunia Tengah mengundang kita untuk berkunjung dan berkunjung kembali. Dan tidak mesti dari gerbang utama. Kita bisa menyusuri sungai yang membelah di tengahnya, dan menikmati taman itu dari sudut pandang yang baru. Atau terjun bebas ke padang rumputnya, dan menikmati bebungaan yang lagi mekar. Di Narnia, misalnya, aku suka langsung mengintip ke bagian akhir Pertarungan Terakhir, sekadar untuk menikmati sensasi "naik lebih tinggi, masuk lebih jauh."

The Chronicles of Narnia

Dari cara berceritanya....

  • LR seperti menyimak seorang kakek duduk mengepulkan pipa di kursi goyang, mengisahkan secara rinci pengalaman hidupnya. Kita belajar dari hikmat sang kakek.
  • CN seperti anak cerdas yang menceritakan pengalamannya berkunjung ke kebun binatang. Kita belajar dari ketakjuban si anak.
  • HP, rasanya, lebih mirip ABG era MTV yang suka pamer, dan kurang merenung. Makin lama makin banyak tokoh, makin banyak makhluk, makin banyak pernik-pernik dunia sihir (makanya bukunya makin lama makin tebal!) -- akibatnya kehebohan penampilan luar itu malah menenggelamkan pengalaman yang hendak dia tuturkan, yang hendak dia bagikan.

Jadi, di rak koleksiku, HP tidak akan tegak sejajar dengan CN dan LR. Dia lumayan jauh di bawah keduanya. *** (10/06/2004)

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1