Info Acheh Thoen 1971.
UMAR MELAYANG-LAYANG DIATAS
PESAWAT ROMBONGAN RENDRA BERSAMA
SYAHNURAN UMAR KEPALA PERWAKILAN GUBERNUR ACEH DI JAKARTA MENUJU ACEH HARUS
KEMBALI DI KEMAYORAN. SELAMAT SETELAH MELAYANG-LAYANG DIATAS
SEWAKTU mengikuti rombongan teater Rendra
ke Atjeh dengan Convair Seulawah berlambang Golkar, pramugari tiba-tiba
mengumumkan bahwa pesawat harus kembali mendarat ke Kemayoran. Terbang baru
setengah djam dan tiba-tiba sebuah dari propelernja rusak. Pesawat terpaksa
harus melajang-lajang dulu diatas
Sjahhoeran sitjukong tidak berkata apa-apa selain manggut-manggut
orangnja, kalau tidak digolongkan alim, adalah pendiam dan ramah hanja pada
mendjawab pertanjaan-pertanjaan. Tidak terasa kalau hadir, tapi kalau absen,
orang pun akan bertanja dimana Pak Noem?" Tubuhnja tampak angker. Besar
tinggi, gemuk dan bulat mukanja. Si pendiam ini ternjata bisa mengatasi selama
keadaan darurat.
Di Sabang Hill. hotel jang paling elite dipulau Weh, Atjeb, pada
malam pesta terachir perpisahan ada atjara melantai. Tanpa bisa menolak lagi,
tangan Sjahnoeran ditarik oleh Rahaju Effendi, untuk diadjak mengikuti irama
band pemuda-pemuda dari Sabang. Jajuk jang telah basah oleh keringat menjeret
si tubuh gede jang rupanja sedang mengantuk. Diapun dengan terpaksa melenggang
sekena-kenanja. "Potret, potret" kata hadirin kepada dua tiga
fotografer amatiran. Dan anak dari serambi Mekah inipun dipotret-lah: djepret.
Kena.
GARASUI MEKAH YANG BEROBAH
HASIL PEMILU 1971 DI ACEH DARI 9 KURSI
DPR, 5 UNTUK GOLKAR DAN 4 UNTUK PPP. MASYARAKAT ACEH SECARA POLITIS SUDAH
BERPALING DARI ISLAM. TOKOH ACEH TIDAK MELUPAKAN GOLKAR YANG DI DALAM KITA
JUGA. RU NAS ED 25/01 TA 710821 HA 11 SU ACEH ; PEMILIHAN UMUM 1971 ; PARTAI
ISLAM SS KURSI DPR ; ACEH (DI)
DARI Pemilu jang baru lalu ternjata dalam
Daerah Istimewa Atjeh hanja ada dua golongan poli sadja lagi jang berkuasa:
Islam Golkar. Pari 9 kursi DPR jang sedia untuk daelah itu, 5 djuta; ketangan
Golkar dan 4 selebihnja terbagi rata kepada 4 Partai Islam jang ada. Adakah
stand 5-4 untuk Golkar disana boleh diartikan bahwa masjarakat Atjeh setjara
politis sudah berpaling dari Islam? Tidak dengan sendirinja begitu akhirnja.
Wartawan TEMPO Sju'bah Asa jang berkundjung kesana selama
bebe-rapa minggu sebelum Pemilu jang lalu melaporkan kesannja: "Daerah
jalu sedjak 1959 ditetapkan berhak sjariat Islam disamping berlakunja otonomi
dalam pendidikan dan adat itu, sekarang ini lebih kurang lebih tampak sebagai
negerinja orang Islam dimana person-person para pedjabat dan pemimpin-pemimpin
politiknja terdiri dari orang-orang muslim jang shalih. Tjiri-tjiri
masing-masing golongan kurang menjolok". Dan orang tokoh Golkar disana
berkata "Disini jang ada adalah Golkara bukan Golkar". Golkara
maksudnjal Golkar Atjeh. Dan Golkar jang berdjenis Atjeh jang disana ditulis
sebagai Djama'ah Amaliah artinja Kelompok Amal, dengan huruf Arab, memang
ternjata besar adanja. Tengku Abdullah Udjong Rimba -- ulama jang
"Kita" jang dimaksudnja adalah orang-orang Islam djuga.
Dan jang "kita" itu di Atjeh pada mulanja berasal dari kandang jang
sama bulan bintangnja Masjumi jang ke mu
Apakah idjtihad Abu Beureueh waktu ini? Ia sendiri tidak mengata-
kannja, tapi orang mengatakan untuknja: pembangunan daerahnja. Dan itu
ditundjukkan dengan bukti: dimana pengikutnja banjak dan aktif, disitu daerah
madju. Alasannja, bekas Gubernur dan sekarang dekan Fakultas Dakwah dan
Publisistik Djami'ah Ar-Raniry Darussalam bertjerita: "Saluran air jang sekian
meter pandjang- nja, kalau dikerdjakan orang-orang Djepang mungkin akan memakan
waktu berbulan-bulan. Tapi dibawah pimpinannja, pekerdjaan bisa selesai hanja
dalam 21 hari". Karena itu tidak heran dari orang-orang di Atjeh
Development Board (ADB) sampai kepada pimpinan Perti jang
MU vs ADB
Perdjuangan Islam jang ada sangkut pautnja dengan politik jang
boleh dibilang berhasil adalah diberlakukannja sjari'at Islam untuk daerah itu,
jang dalam struktur pemerintahan daerah terdjelma dalam Madjelis Ulama. Sampai
berapa djauhkah MU ini telah berhasil melaksanakan tugasnja? Tengku M.Amin,
pengurus GUPPI Propinsi mendjawab: "Pajah" Itu sampai sekarang hanja
ada diatas kertas". Tengku Daud Beureueh sangat hati-hati memberikan
penilaiannja mengenai hal ini. "Disana ada orang pintar-pintar",
katanja. "ada Tengku Udjong Rimba, ada Hasjmy. Ja, tinggal bagaimana
mereka berusaha". Dan bagaimana mereka berusaha, tergambar dalam keluhan
seorang anggota DPRD dari Parmusi: "Kami ini siap melaksanakan apa jang
digariskan Madjelis Ulama, apa konsepsi mereka. Tapi konsepsi itu tidak
ada".
Kekurangan kwalitas bekerdja orang-orang dalam MU nampaknja lebih
menondjol dengan adanja badan untuk pembangunan, organ pemerintah daerah djuga
jang diberi nama bukan bahasa Arab tapi bahasa Inggeris, Atjeh Development
Board. Benar bahwa semua orang di Atjeh mengerdjakan shalat, sipil maupun
militer. Kota-kota seperti Banda Atjeh, Sigli, Biruen dan Langsa djam sembilan
malam sudah sepi. Tamu-tamu luar daerah dan asing di Hotel Sabang mengeluh
karena sukarnja mendapatkan perempuan untuk di adjak ketempat tidur dan
diseluruh Atjeh minuman seperti bir tak di-djual setjara terbuka. Tapi keadaan
jang seperti itu tidak bisa dikatakan hasil kerdjanja MU, melainkan karena
memang sudah kebiasaan rakjat disana dari dulu.
Maka dimata orang-orang ABD, MU tak bisa diharapkan perannja.
"Untuk hanja menundjukkan sadja berapa djumlah mesdjid ditiap daerah untuk
kemu
Bagaimanapun tak dapat dielakkan kesan adanja djurang antara ADB
dan MU. Jang pertama ditjap sekuler, jang kedua ditjap kolot --suatu tjap jang
mungkin tidak 100% benar. Sampai batas-batas tertentu, ABD memang: telah
merubah wadjah Atjeh. Dan difihaknja, MU maupun ulama-ulama jang diluarnja
sedikitnja berfungsi sebagai pengerem dari kemungkinan terdjadinja ekses jang
berlebihan dari usaha pembangunan jang terlalu di paksa-paksakan. Dalam hal
pendirian casino dan tempat-tempat hiburan dipelabuhan-bebas Sabang, Tengku
Daud Beureueh misalnja memberikan sedikit nasihatnja: "Saja mengharap jang
bebas itu pelabuhannja sadja, dan bukan jang lain-lainnja".
Dan bagi orang ADB, jang menurut kesan Sju'bah Asa, 9 dari 10
RESUME MUZAKKIR WALAD
GUBERNUR ACEH MUZAKKIR WALAD
MENYUMBANGKAN UANG KEPADA MASYARAKAT DI SEBUAH DESA MISKIN DI ACEH, UNTUK
MEMBANGUN IRIGASI. RIBUAN DESA DI ACEH MENDAPAT SUBSIDI YANG DIGUNAKAN JUGA
UNTUK PROYEK JALAN RAYA. RU DH ED 02/01 TA 710313 HA 14 SU ACEH ; IRIGASI SS
PEMBANGUNAN DESA ; ACEH (DI)
"PAK Gubernur kami minta uang",
begitu permohonan sekelompok orang disebuah desa miskin dipedalaman Atjeh.
"Kami tidak punja mesdjid Pak. Uang itu akan kami gunakan untuk membangun
satu mesdjid jang tjantik". Gubernur Muzakkir Walad menghela nafas.
Bagaimana ia harus mendjawab permohonan jang tidak seirama dengan Repelita ini?
Satu desa jang sama sekali terpentjil dari dunia luar, satu desa jang tidak
pernah tahu bahwa manusia sudah melantjong dibulan; satu desa jang kekurangan
bahan makanan tapi djustru memadjukan permintaan jang sama sekali tidak ada
sangkutpautnja dengan makanan apalagi dengan kemakmuran. Tapi Muzakkir Walad
tidak putus akal. Setjara sangat halus ia mengadjak pemuka dan tetua desa itu
bertukarflkiran. Dikatakannja bahwa mesdjid memang penting dan harus dibangun.
Tapi Tuhan Jang Maha Besar tidak pernah mengharuskan orang-orang mendjalankan
ibadah dalam mesdjid jang indah sementara perut mereka lapar dan badju mereka
tjompang-tjamping. Tuhan menerima ibadah manusia walaupun ibadah itu dilakukan
ditempat jang sangat sederhana. Dan Allah s.w.t. sangatlah menghargai orang jang
tidak menjia-njiakan pemberian alam padanja, dan mau bekerdja keras untuk
memperbaiki nasibnja sendiri.
Musjawarah jang sifatnja seperti kuliah itu berlangsung agak lama
djuga tapi hasilnja tjukup memuaskan. Penduduk desa memperoleh apa jang mereka
tuntut, uang sebesar Rp 180.000 dengan satu sjarat: uang itu digunakan untuk
membangun satu irigasi sederhana dan bukan untuk membangun mesdjid. Satu tahun
lewat, Muzakkir Walad menerima seputjuk
Amanah.
Sebagian besar dari subsidi jang ketjil itu digunakan untuk
pembuatan djalan dan irigasi ketjil-ketjilan. "Apalah jang bisa dibuat
dengan uang sebegitu", kata Muzakkir Walad. "Tapi efek moral jang
ditimbulkannja besar sekali. Saja berani katakan bahwa prestasi jang ditjapai
lebih besar dari bantuan jang diberikan. Karena penggunaan subsidi itu
diserahkan sepenuhnja pada mereka, rakjat memperoleh kepertjajaan diri jang
besar. Rakjat mendjadi dinamis dan sangat bangga diikutsertakan dalam
pembangunan. Inilah jang saja maksud prestasi jang lebih besar".
Dibanjak propinsi, penggunaan subsidi Rp 100.000 sering
menimbulkan pusing kepala karena djumlah uang sebegitu serba tanggung, bahkan
kurang. Sampai ada satu daerah jang tidak membagi-bagikan subsidi itu langsung
ketiap desa, tapi mengambil kebidjaksanaan mendirikan satu projek pengairan
jang tjukup besar dan manfaatnja bisa dirasakan oleh semua. Tapi untuk Atjeh
subsidi jang sudah dibabat djadi 46.000 toch masih bisa dimanfaatkan. Diapakan
uang itu? Semua keutjik-keutjik (kepala kampung) dengan pengerahan dari tjamat
masing-masing membangun djalan kampung sepandjang beberapa meter. Atau
mendirikan pintu-pintu air. ' Saja pesankan uang subsidi tidak boleh bikin
madrasah. Uang itu adalah amanah dari Presiden, dimaksudkan untuk pembangunan
desa. Karena ini amanah, berarti tidak boleh dimain-mainkan". Gubernur
Atjeh itu dengan pasti menjatakan bahwa 99% dari subsidi berhasil baik sekali,
satu prestasi jang mungkin terlalu gagah kedengarannja bagi daerah lain.
Seperti dimanapun djuga, di Atjeh tentu ada penjelewengan tapi orang jang
menjalahgunakan amanah Presiden sudah diberi hukuman setimpal.
Menggebu-gebu. Bersamaan dengan menggebu-gebunja semangat
membangun, menggebu-gebu pula air bah dari setiap sungai di Atjeh, mendjadikan
bandjir paling dahsjat sedjak tahun 1953. "Seluruh Atjeh bandjir. Bagi
kami sudah bentjana nasional", kata kepala daerah jang bertemu dengan Dirdjen
Bentjana Alam Pasila ditengah air jang sedang marah. Selama dua tahun terachir
bandjir diudjung Sumatera itu membawa bentjana dan kerugian besar. Sebelumnja
hampir tiap tahun tetap bandjir tapi tjuma rutin. "Bila tidak terdjadi
bandjir dua sampai tiga kali setahun itu belum rutin namanja. Bandjir
ketjil-ketjilan malah
Bandjir belakangan ini dimulai dengan meluapnja sungai Teripa di
Atjeh Selatan medio Desember tahun lalu. Kemu
Sebab-sebab bandjir Atjeh tidak berbeda dari bandjir Sumatera
Utara: sungai-sungai jang mendjadi dangkal karena erosi dan muara jang tidak
pernah dikeruk. Bantuan Rp 100.000.000, perhatian chusus dari Presiden,
kehadiran Menteri PUTL Sutami langsung datang menindjau situasi, sangat
mengobat hati penduduk jang selama ini merasa dilupakan.
Bitjara soal dilupakan, segolongan ketjil anak daerah itu jang
berfikir djernih mengakui bahwa pada taraf pertama rakjat Atjeh lah jang
melupakan kepentingan daerahnja, jaitu kepentingan pembangunan. Kekeliruan ini
berusaha ditebus oleh orang orang muda dari Universitas Sjah Kuala jang
tergabung dalam Badan Perentjana Pembangunan Atjeh (Atjeh Development Board
Mereka mengadakan penelitian, mempeladjari kemungkinan-kemungkinan, merentjanakan
sampai detail, menentukan prioritas pembangunan dan mengawasi agar semuanja
berdjalan seperti jang direntjanakan. Pola Dasar Rentjana Pembangunan Lima
Tahun Daerah istimewa Atjeh diresmikan beberapa bulan lebih dulu dari Repelita
Tahun 1. Hasilnja terlalu pagi untuk ditanjakan apalagi kalau diingat dana dan
skill daerah ini sangat terbatas. Hanja kalau seorang pedjabat penting datang
dari
KAMPANYE RENDRA DI
PERTUNJUKAN KASIDAH BARZANJI; OEDIPUS REX
DI 6 KOTA DI ACEH, SUATU PENGHARGAAN YANG UNIK BUAT RENDRA MENURUT IBRAHIM
HASSAN WAKIL KETUA ACEH DEVELOPMENT BOARD, RENDRA MERUPAKAN INVESMENT JANGKA
PANJANG. RU SN ED 14/01 TA 710605 HA 24 SU RENDRA, WS SS SENIMAN
ALKISAH Rendra bagai ketiban pulung.
Kedjatuhan bintang pembawa untung. Tak djelas mimpi apa jang dilihat dalam
tidurnja, tapi
Apa gerangan jang mendorong pemerintah di Emper Mekah untuk
membelandjakan sekitar tiga djuta rupiah guna memandjakan segerombol muda-mudi
saddle king berambut gondrong? Setelah sedikit prasangka dan bau-bau Golkar
jang segera lenjap, sekian utjapan dan sikap-sikap para pedjabat sendiri
mentjerminkan satu itikad jang boleh dipegang. Sjahdan begitulah kisahnja,
sudah sekian lama Atjeh tenggelam dalam isolasi: baik geografis maupun
keterkutjilan alam pikiran berkat perang jang lama jang konkrit baru berhenti
sepuluhan tahun jang silam. Sekarang, chususnja diibukota propinsi jang tua dan
tenteram dimana lampu-lampu djalan mulai dipasang dan listrik mulai menjala
dengan teratur, memang terasa gairah pembangunan jang kuat dikalangan para
pedjabat jang umumnja para teknokrat muda jang menjala-njala, bebas, efisien
dan takdjub pada pembaharuan.
Wali. Karena itu tak salah kiranja kata-kata Ibrahim Hassan MBA,
Wakil Ketua ADB atau Atjeh Development Board, salah satu tangan kanan
Pemerintah, jang menilai undangan kepada grup kesenian bermutu jang dalam hal
ini adalah Rendra sebagai "merupakan satu investment djangka
pandjang". Sebab seperti dikatakan Gubernur Muzakkir Walad, "Tidak
menguntungkan untuk menutup daerah ini dari dunia luar, malah tidak mungkin
menghindarkan diri dari berbagai pengaruh jang ditinggalkan oleh kontak-kontak
kebudajaan jang teramat luas dan tjepat dalam kehidupan modern sekarang
ini". Diutjapkan dalam pidato perpisahan, alasan dilandjutkan: "Kita
bukan hanja mengundang para ahli ekonomi dan politik sadja, tetapi djuga mereka
jang bergerak dalam bidang kulturil, karena kita memandang bidang ini tjukup
penting".
Baiklah. Tetapi sekarang, mengapa Rendra? Tentu bukan lantaran dia
satu-satunja Wali pembuka pintu, namun, disamping ia mampu mengadakan
pertundjukan-pertundjukan menarik, tak ajal lagi dialah orangnja jang
disohor-sohorkan sebagai machluk pemberontak dan prototip kontroversi. Dengan
menjorongkan orang model begini untuk bitjara udjung keudjung dihadapan para
ulama dan tengku-tengku madrasah, tak salah harapan untuk mendapat satu tjontoh
bandingan. Meskipun bandingan ini njaris tak memantjing diskusi penting -- bila
pertanjaan-pertanjaan tjuma meminta informasi dan bukan menjangkal pendapat
unik. Tak silap: untuk sebagian, orang kagum dan tak paham kompleksitas masalah
jang
Nonsens. Jang terachir misalnja terasa bila sang seniman
menjinggung soal agama. Seperti djuga bagian-bagian tjeramahnja jang menjangkut
pandangan sosiologis kesedjarahan, jang -- tanpa pretensi kesardjanaan --
menarik untuk diterima, dari pembitjaraannja tentang Islam umumnja diperoleh
kesan tentang keinginan-keinginan seorang seniman, didukung oleh ketjerdasannja
menangkap soal jang umum, jang lebih besar dari bahan dan data-data keislaman
jang dikuasainja. Tentu sadja tengku-tengku madrasah -- jang diberinja kuliah
emansipasi sex dan orgasmus dan sematjam itu -- ada paham akan hal itu, tapi seperti
kata Rendra: "Sebagian dari mereka memang orthodoks, tapi bahwa mereka
fanatik, nonsens", katanja.
Dan nonsens-lah fanatisme bila Madjlis Ulama (dimana duduk djuga
A. Hasjmy ex Gubernur dan pengarang Pudjangga Baru) melalui hanja sedikit
perbedaan pendapat menjetudjui Gubernur menjuruh mendirikan panggung Kasidah
Barzandji diemper Masdjid Raja Baitur Rahman, warisan para Sultan -- jang oleh
Cliff Wilmoth, dosen merangkap mahasiswa Sjah Kuala dinilai sebagai "hal
jang kurang dapat
Frekwensi. Memang, pertundjukan rombongan sendiri, tidak semuanja
terlalu mengagumkan. Dirasakan tenggelam dalam semangat rutin dan keinginan
jang sangat beragam, tidak heran bila penilaian datang, misalnja dari Ibrahim
Hasan jang konon merupakan penonton semi langganan Taman Ismail: "Kita
memang mengontrak mereka untuk main sekian kali. Tapi kita tidak mengontrak
stabilitas mutu". Namun, selain bagi djubelan orang-orang dialun-alun
menonton Rendra bagaikan sebuah rahmat, bisa dipertjaja kedatangan merupakan
sjarat bagus bagi para seniman daerah jang selama dua tahun terachir ini --
seperti ditjatat pembantu TEMPO di Banda Atjeh E. Bachri Sikum -- kelihatan
kembali bergerak-gerak. Setidaknja, suasana kebersamaan dengan grup profesional
dan latihan bersama dibawah Rendra dipantai Lho' Nga misalnja, boleh
mendjadikan frekwensi gerakan semakin tjepat. Apa pula pintu-pintu sudah
dibuka.
Itu semua, kalau memang maksud pemerintah daerah bisa dipenuhi:
disamping keterbukaan berfikir jang luas dan penuh elan, djuga segi chusus
seni-menjeni.
BUYA HAMKA SAKIT
BUYA HAMKA DENGAN ALASAN SAKIT MENOLAK
AJAKAN BERANJANGSANA KE ACEH DAN SUMBAR, SERTA SUDAH 3 KALI LEBIH DIAJAK
BERNAUNG DIBAWAH GOLKAR. KEMUNGKINAN TINGGAL DI RSPAD SAMPAI SELESAI PEMILU. RU
PT ED 17/01 TA 710626 HA 24 SU HAMKA, BUYA SS DIAJAK MASUK GOLKAR
ORANG Scott mempunjai pepatah: better
bend than break. Dan pendapat lebih baik menjingkir dari pada ketubruk inipun
kiranja sekarang jng di pakai Hadji Abdul Malik Karim Amrullah alias Hamka.
Sudah terang ini bukan suatu intimidasi bagi sang buja, tetapi Hamka sebagai
orang Timur, menolak sesuatu jang harus, tidak ada didalam kamus. Konon kjai
jang radjin memberi kuliah subuh dimasdjid Al Azhar dan mempunjai pendengar
jang besar setiap chotbah Djum'at, telah tiga kali lebih diadjak bernaung
dibawah Pohon Beringin-nja Golkar. Buja jang gaek itupun berkata kepada TEMPO
"Dikiranja gampang sadja menjuruh kita", dan kita-nja Hamka berarti
es-nja jaitu K.H. Sutan Mansur dan beberapa tokoh agama lainnja. "Tetapi
mereka mengadjaknja dengan sopan jang berarti harus didjawab dengan sistim jang
sama jaitu "usia jang sudah tua dan sakit".
Entah siapa jang kena sial. Tetapi penjakit gulanja mempunjai
unsur jang menguntungkan pula. Timingnja tepat, karena ketika Hamka diadjak
untuk berandjangsana ke Atjeh dan Sumatera Barat, dia tolak "karenal
alasan sakit". Bujapun kini sudah lebih sebulan mendekam di RSPAD, dan ini
dirasanja sebagai tempat mengaso jang paling tenang. Karena jang mengadjakpun
berhenti tidak memintanja lagi, sedang "adjakan jang bersifat tekanan pun
tidak ada". Sampai kapan dia akan sakit dan tinggal di RSPAD'? Rusjdi,
putera sulungnja berkata: "mungkin ajah akan tinggal di rumah sakit sampai
pemilu selesai". Tahankah ? Kiranja tidak. Ketika Opy Sofjar melangsungkan
akad nikahnja. Hamka pun telah datang untuk sekadar memberikan amanat, doa
restu bila bagi Iwan dan Oppy. "Bagi kami buja Hamka adalah tua-tua
kami". kata njo- nja Sofjan. Bukan keluarga bukan apa; "tetapi beliau
dekat dengan kami dan setelah dari sini, beliau kembali lagi kerumah sakit.
Buja memang sakit. Faktor lain jang membuatnja betah dirumah sakit? Ada buah
hatinja disana. Dalam kamar VIP jang hanja untuk dua orang itu sadja. Buja
mendapat teman tidur. Djangan tjuriga, karena teman sekamar itu tak lain
isterinja sendiri, jang kambuh darah tingginja. Tentu bukan untuk mengulang
tokoh-tokoh seperti Hajati dan Zainudin seperti buku roman jang ditulisnja
dengan djudul "Tenggelamnja kapal van der Wijck" Hamka akan keluar
dari rumah sakit dan ini "tergantung pada perkembangan kesehatan
ibu", katanja. Dan walaupun Hamka belum atau tidak mau memploklamirkan
dirinja Golkal, bagi sang kjai, golongan ini bukanlah kaum jang djahat. Karena
"mereka adalah individui jang baik, bahkan mau membantu dalam perawatan
saja ini......."
BANDA ACEH: PUSTAKA FARABY, 1970 RU BK ED
16/01 TA 710619 HA 39 SU HASJMY, A. (BK) SS YAHUDI BANGSA TERKUTUK
YAHUDI BANGSA TERKUTUK A.Hasjmy, 140
halaman, Pustaka Faraby, Banda Atjeh, 1970.
"DALAM pusara tidak dikenal tidur njenjak pembangun negara
Israel Baru". Ini dikatakan Alfred Lilienthal diplomat Amerika berdarah
dan beragama Jahudi, terhadap pengarang Mazmur XXXVII jang mengobarkan kembali
semangat kebangsaan Israel. "Andaikata tak ada sang penjair jang anonim itu,
tak mungkin berdiri negara Jahudi sekarang ini".
Tak djelas abad berada mazmur ditulis. Jang djelas adalah masa
jang di tandai sang diplomat jang turut membentuk PBB itu sebagai titik-mula
berkembangnja tjita-tjita tanahair Jahudi sekitar masa pembojongan ke Babilonia,
586 sM. Masa itulah jang konon menandai seluruh keritjuhan dalam tubuh bangsa
jang datang sesudah Beni Yahudza -- jang kemu
Dengan kesimpulan matjam itu pengarang What Price Israel ini
tampil sebagai penentang ide negara rasialis Jahudi di Palestina, seperti djuga
Lembaga Jahudi Amerika pada 1897 menampik keras gerakan Zionisme Dr Theodore
Herzl. Dan dalam barisan itu pula A. Hasjmy d/h pengarang Pudjangga
Baru20menulis bukunja dengan menukil satu pasal tulisan Lilienthal diatas dan
satu fasal bernada sama dari karangan Sadek Shaad Falasthein baina Machalibil
Isti'mar. Apa dimaksud dengan nukilan-nukilan itu?
Dengan gambar wadjah Musa Daiyan bagai setan bermata satu dikulit
muka buku. Hasjmy berniat memberikan "lukisan kedjahatan mereka (Jahudi)
dalam sedjarah". Dan lukisan memang boleh sugestip sepandjang pengertian
Jahudi dipaham sebagai segerombolan Zionis jang bergerak pada periode terachir
-- tapi tidak bila Jahudi dipaham sebagaai ras turunan Jakub alias Israil. Sikap
rewel terhadap adjaran sampai pembunuhan terhadap nabi-nabi memang mewarnai sedjarah
bangsa ini, setidaknja demikianlah menurut kitab-kitab sutji ketiga agama.
Namun kenjataan bahwa djustru dikalangan merekalah lahir seluruh nabi Torat dan
Bible atau sebagai Nabi Qur'an, dan bahwa bangsa ini -- berbeda dengan Kopti
maupun India -- berhasil mempertahankan eksistensinja liwat fanatisme matjam
apapun dan selamat dari sekian pendjarahan dan penindasan dari bangsa-bangsa
jang dengki kepada "tukang-tukang salib Kristus" itu, dari segi lain
bukan tidak boleh mendjadi alasan buat berbangga. Karena itu, seperti diduga,
predikat "bangsa terkutuk" pada20titel buku lebih masuk aksi
diberikan oleh seorang mudjahid jang amat bersemangat.
Maka orangpun diharuskan melihat kitab ini. Penafsiran jang
dilakukan, meskipun lahir dari perbandingan dengan para mussafir sedjak Maraghy
sampai Abduh, bukan tak mungkin ditjari kemungkinannja, jang lain lagi.
Ajat-ajat sematjam Ali Imron 112 dan Al Baqarah 61 jang mengabarkan kehinaan
jang kan menimpa kaum Jahudi (disebut dalam teks asli sebagai "mereka")
bukan tak ada imbangannja: Al Baqarah 122, di mana tempat kalimat:
"Benarlah Aku telah melebihkan kamu di atas segala bangsa" -- jang,
bersama ajat-ajat tersebut terdahulu paling-paling hanja menundjuk tjiri jang
unik satu anak ras dalam sedjarah.
Dari segi lain, pemakaian ajat-ajat kitab sutji sebagai pembanding
sedjarah atau sebaliknja, jang memang lazim dipakai sekian sardjana jang
bitjara tentang Timur Tengah, dilakukan dengan tidak menguntungkan dalam buku
ini. Maksud melukis kejahatan Jahudi dalam sejarah tidak tertjapai dengan
menukilkan bulat-bulat surah Jusuf dan Shifrut Tak Kawin ayau The Book of
Genesis Kitab Torat, jang memakan hampir separoh karangan Pembabakan sedjarah
Jahudi kedalam enam bagian jang diletakkan di muka berikut keterangan masing-masing
beberapa alinea, tak sempat dijelaskan manakala di bagian belakang pengarang
berpindah kepada situasi mutachir jang lebih sensitif, jang djuga sekedar
merupakan gambaran umum.
Walaupun Yahudi Bangsa Terkutuk ditulis dengan bahasa jang
dipelihara oleh seorang Dekan Fakultas Da'wah IAIN Ar-Raniry, boleh sadja
didjadikan bahan para mahasiswanja -- dengan memisahkan bagian bagian II dan
III buat peladjaran tafsir Qur'an, dan dengan memperdjelas lagi bagian I dan IV
dalam kuliah. Tentu sadja dengan mengganti djudulnja berikut tjara berfikir
jang menggandul di situ.
DARI SABANG SAMPAI MEDAN
TH 1952 TENTARA-TNTARA ACEH MEMILIKI
PENGALAMAN SANDIWARA MEMBENTUK GRUP SINAR DESA YANG SANGGUP BERKELILING DARI
SABANG-MEDAN. KINI KESENIAN TERSEBUT MEMBENTUK GRUP BERNAMA SINAR JEUMPA.
DIKONTRAK OLEH GOLKAR. RU HB ED 20/01 TA 710717 HA 22 SU SINAR JEUMPA SS
SANDIWARA ACEH
SEBUAH padang pasir, bukan main panasnja.
Seakan-akan padang mahsjat dihari kiamat. Wadjar apabila orang berebutan
berlindung mentjari teduh. Disaat jang genting itu terlihat pajung-pajung
penolong entah dari mana asalnja. Orang pun berkerumun mentjari selamat dibawah
benda-benda tersebut. Namun apa latjur angin jang senantiasa bertiup,
senantiasa merobekkan pajung. Lalu disitu muntjul pohon beringin. Muntjul
ulama-ulama jang mengandjurkan orang-orang untuk berlindung dibawahnja. Maka
berlindunglah mereka jang dibakar panas, sementara pajung-pajung peneduh lenjap
entah kemana.
Begitulah salah satu pertundjukan rombongan "Sinar
Djeumpa" jang telah dikontrak oleh Golkar. Setiap malam rombongan
sandiwara jang berasal dari Bireuen, ibukota perwakilan kabupaten Atjeh Utara
itu menerima tidak kurang dari Rp 20 ribu bersih. Golkar tingkat Propinsi telah
menurunkan perintahnja kepada Golkar tingkat II dan III untuk menerima
rombongan ini. Sebagai imbalan-nja, Abdullah Banson pendiri dan pimpinan Sinar
Djeumpa menjelip-kan sisipan "kegolkaran" dalam bentuk pertundjukan
ekstra dalam setiap memainkan tjerita. Sedang tjerita-tjerita rakjat jang mendjadi
sasaran Sinar Djeumpt, (misalnja Leburnja Kraon Atjeh), pun tjerita-tjerita
badutan tentang perdju
Demobilisasi. Pada tahun 1952 beberapa orang tentara jang terkena
demobilisasi bersekutu dalam sebuah grup jang bernama "Sinar Desa".
Kemu
Bekas-bekas tentara itu adalah orang jang pernah sedikit dua dikit
punja pengalaman dalam sandiwara-sandiwara di djaman Djepang dahulu.
Anggota-anggota baru dipungut dari penjanji-penjanji atau orang-orang
kebetulan. Djumlahnja sampai dewasa ini 23 orang pria dan 7 orang wanita.
Sebagian ada jang sudah kawin, sebagian masih perawan-perawan. Sedangkan sampai
sebegitu djauh, tentara-tentara jang mendjadi barisan pertama sandiwara ini,
dewasa ini hanja tinggal 5 atau 6 orang sadja lagi.
Abdullah Banson jang bertubuh kekar dengan topi militer dan
pakaian jang mewah berikut skulernja, memberikan keterangan pemasukan rombongan
termasuk mendingan. Di Atjeh Timur mereka mendapat rata-rata kotor Rp 70 ribu
per malam. Di Atjeh Besar bahkan sampai Rp 150 ribu per malam. Apabila semua
hasil itu sudah dipotong biaja pengeluaran untuk penjelenggaraan, seperti sewa
tempat, padjak berikut segala tetek bengeknja, akan tersi-salah sekitar 15-30
ribu permalam. Dari djumlah ini disisihkan Rp. 5.000 untuk kas dan persediaan
tak terduga, lalu sisanja dikerojok bersama. Menurut standar tiap-tiar pemain
berhak menerima antara Rp 200 - Rp 1.000 per malam. Bagi jang tidak main, kata
Banson, tetap ada uang makan dihitung berdasar kemahalan daerah. Untuk Langsa
misalnja sehari Rp 100 per orang. Djuga diberikan hadiah-hadiah berupa tjuti
bergilir untuk mendjenguk keluarga, dengan perongkosan bolak-balik ditanggung
oleh rombongan. Selain itu pada bulan-bulan Oktober sampai Desember seluruh
rombongan memasuki liburan besar. Semua pulang kandang, nanti kembali lagi
berdjumpa dipos pusat di Bireuen. Liburan besar ini dikarenakan bulan-bulan
tersebut sudah ditetap-kan sebagai bulan-bulan jang basah kujup. Djadi pertjuma
sadja untuk menjelenggarakan pertundjukan-pertundjukan teknis. Karena
tjerita-tjerita jang dimainkan banjak jang menggapai langit seperti umpamanja
tjerita Malim Dewa logisnja kan diperlukan peralatan jang lengkap untuk
menggambarkan adegan-adegan itu dengan memuaskan. Ternjata tidak. Panggung jang
dipakai Sinar Djeumpa ternjata panggung miskin. Memang benar rombongan memiliki
peralatan musik seperti terompet, akordeon, drum, biola, gitar, bas, marakas,
tamborin untuk menjeling babak-babak dengan njanjian-njanjian Melaju atau
India. Namun panggung sendiri, agak kepinggir mudah terajun-ajun apabila tidak
hati-hati mengindjak-nja, sebab dibuat dengan tidak sip dari bahan kaju murahan
serta kasar. Kain dan gambar-gambar jang digantungkan disitu djuga tua dan
dekil. Demikianlah untuk menggambarkan Malim Dewa naik pohon pinang jang
setinggi langit dalam rangka meminang Putroe Aluh, didirikanlah didepan
panggung sebatang pohon pinang. Lalu si-pemeran naik pinang betul-betulan, dan
terdjath-djatuh beberapa kali. Demikian pula untuk adegan djatuh dari langit
kelaut: tali direntangkan dari "situ" sampai "kesana", lalu
orangnja meluntjur ditali -- keluar daerah panggung, kemu
Hutang Menurut Banson, rombongan Sinar Djeumpa diterima
dimana-mana dengan gegap gempita. Besar dugaan, ini lantaran kurangnja hiburan.
"Tapi di Kota Bindjai misalnja, disana tak ada kesenian, disana kami tak
bisa masuk" kata Banson, meskipun soalnja barangkali bukan karena Bindjai
kurang kesenian, melainkan kurang kesepaim Hal jang sama terdjadi pula di
Simpang Ulin. "Meskipun begitu kami selalu laku karena sikap-sikap kami
baik dengan rakjat" kata Banson. "Saja selalu bersikap tegas kedalam,
tetapi tidak keluar. Sehabis pertundjukan dan kami akan meninggalkan sebuah
Toch Sinar Djeumpa disamping mendapat sambutan gegap gempita
ternjata djuga punja saingan. Di Banda Atjeh ada grup-grup jang djuga
berkeliling, bernama Djeumpa Atjeh dan Mutiara Atjeh. Grup Pantai Barat ada di
Meulaboh. Semuanja tentunja saling meng-antjam. "Tetapi sampai saat ini
alhamdulillah kami masih tetap dapat menghadapi setiap antjaman", kata
Banson jang kekar seperti bison. Maksudnja antjaman disitu tentu bukan
intimidasi, tapi kometisi .
PENGUSAHA RAMAL
HARJADI HARTOWARDOJO DAN TEUKU SJAHRIAR
MAHJOEDIN, 2 ASTROLOG
The future's not ours to see Que sera
sera
-- Doris Day
QUE sera sera, apa jang akan terdjadi terdjadilah. Bukan hak kita
untuk meramalkan masa depan. Suara empuk Doris Day mengalunkan kata-kata abadi
itu jang kemu
Siapakah akan mengatakan itu kepada anak-anak
Tuan astrolog. Di Indonesia orang tjenderung meramalkan nasib
karena hidup telah lepas dari genggaman. Di Amerika orang membatja ramalan
bintang djustru karena takut hidup akan lepas dari genggamannja. Tudjuhpuluh
persen dari suratkabar Amerika memuat ramalan bintang dan diperkirakan 40 djuta
orang membatjanja. "Apa kata tuan astrolog" begitu pertanjaan jang
timbul sebelum para pengusaha mengambil keputusan-keputusan penting. Ini hampir
tidak masuk akal tapi bukanlah suatu hal baru dibenua jang kaja raja itu kalau
satu perusahaan mempekerdjakan seorang astrolog full time. Banjak dua sedjoli
menunda hari perkawinan karena horoskop menghendaki demikian. Bahkan seorang
anggota Bursa Saham
Konsultasi pribadi seperti itu djuga banjak dilakukun oleh
pedjabat-pedjabat penting, pedagang, pengusaha ataupun orang biasa dengan
astrolog Teuku M A. Sjahriar Mahjoeddin M.Sc. Astrologi ini membuka kesempatan
berkonsultasi seperti itu melalui beberapa madjalah ibukota. Ian setiap minggu
siang konsultasi jang sama bisa didengar melalui stasiun tjinta Radio El
Shinta. Sementara itu ramalan bintang bukan sadja tersebar dibanjak madjalah
dan koran minggu, tapi djuga disiarkan melalui tjorong radio amatir. Untuk
melajani peminat jang serius bahkan ada mass-media jang memuat ramalan untuk
tiap hari.
Mistik. Semua ini belumlah tjukup bila nama Harijadi S.
Hartowardojo tidak diikutsertakan. Itu nama timbul tiba-tiba ditengah
hiruk-pikuk perpetjahan Parmusi dan PWI. Harijadi membuka kolom horoskop baru
diharian KAMI lengkap dengan ambar zodiak dan kode-kodenja jang rumit. Satu
kolom jang tidak sadja meramal tapi sekaligus menganalisa perkembangan poleksos
dinegara RI. Horoskop djenis ini mungkin hanja bisa ditemukan di lndonesia.
Bila para teknorat dinegara madju berani membuat analisa dan perhitungan masa
depan berdasarkan data-data, statistik, dokumentasi dan literatur setinggi
gunung, maka apa jang dilakukan Harijadi mengingatkan kita pada Djajabaja.
"Karangan-karangan saja kurang mendapat response jang sewadjarnja",
kata Harijadi. Karena itu saja harus membuat tjara pendekatan lain. Dan tjara
pendekatan itu ialah tjara pendekatan mistik. Tjara ini saja pilih karena
pemimpin-pemimpin
Tapi seperti dikatakannja, masalahnja adalah response jang tidak
wadjar. Dengan pendekatan mistik ia berusaha membuatnja mendjadi wadjar. Untuk
apa? Dan benarkah bahwa semua pemimpin dan masjarakat
Tudjuh llmu. Mengenai ramalan dukun tidak banjak bisa dikemukakan
ketjuali bahwa tjara meramal jang dilakukan sangatlah bervariasi, sangat chusus
dan bersifat kebatinan. Demikian djuga ramalan jang dilakukan ahli-ahli nudjum
kelenteng. Ramalan bintang tentulah berdasar astrologi dan inilah sekarang jang
paling populer, paling murah dan tidak kelihatan kuno. Dari begitu banjak
ramalan jang tersebar dimadjalah dan koran-koran minggu mungkin hanja ramalan
dari Teuku M.A. Sjahriar Mahjoeddin M.Sc. jang bisa dikatakan sebagai ramalan
jang baik. Baik karena tidak atjak-atjakan dan tidak mempermainkan pembatja.
Untuk bisa menampilkan satu ramatan jang baik. Teuku melengkapi
dirinja dengan tudjuh ilmu jaitu astrologi, grafologi, kebatinan dalam arti
luas, numorologi, mannerism, typologi dan psychologi. Bila ahli nudjum
memerlukan bola kristal sebagai medium maka Teuku menurut keterangannja, tidak
memakai medium apapun. Seperti soorang dukun, konon tjerita orang, Teuku
Sjahriar bisa langsung mengatakan seluk beluk seorang hanja dengan sekali tatap
sadja. Seorang anak muda berniat konsultasi, soal djodoh. Belum sempat ia
tjerita sudah didjawab: "Itu bukan djodoh saudara.
Sangatlah tepertjaja ramalan Teuku Sjahriar hingga untuk melajani
orang-orang jang ingin berkonsultasi ia mempekerdjakan delapan orang sekretaris
jang antara lain bertugas membalas
Sjahriar jang pernah patah hati tapi sekarang hidup bahagia dengan
isterinja, seorang wanita Djepang, mempunjai kejakinan tebal bahwa ia termasuk
anak luarbiasa. Dari kakeknja jang sekarang berusia 108 tahun, Sjahriar
mempeladjari ilmu kebatinan dan agama Islam setjara mendalam. Baru berusia 36
tahun, Sjahriar berperawakan tegap dengan rambut dipotong pendek. Prestasinja
dibidang seni bela diri karate telah membuat orang Djepang kagum. Ia
Otodidak & Opsus. Harijadi S Hartowardojo satu tahun lebih tua
dari Sjahriar sedjak tahun '50-an sudah dikenal sebagai penjair, wartawan dan
eseis. Dengan profesinja jang terachir sebagai astrolog (Harijadi tidak punja
keberatan apa-apa untuk gelar ini) ia merasa lebih bebas dalam pengertian jang
luas. Harijadi tidak terikat djam kerdja, tidak terikat disiplin, tidak terikat
pada tempat walaupun ia berkantor disebuah biro konsultan. Pengetahuannja
sebagai astrolog tidak diwariskan oleh siapapun tapi dipeladjarinja sendiri
sedjak lama. Untuk bidang itu ia seorang otodidak. Horoskopnja mengambil dasar
formalitas-formalitas perhitungan horoskop jang ephemeris horoskop dan
rumus-rumus goneometri Dia djuga mempeladjari rumus-rumus dua ahli ramal
terkenal yaitu Nostradamus dan Djajabaja. Rumus Nostradamus berlaku sampai abad
XVIII sedang rumus Djajabaja jang mengalami banjak perubahan berlaku sampai
Presiden ke Vll dari negara Republik
Membatja ramalan Harijadi orang selalu terseret pada fikiran bahwa
ia diperalat oleh seorang penguasa atau organisasi tertentu untuk mentjapai
tudjuan mereka. Banjak orang berperasaan bahwa ramalannja punja latarbelakang
politik. "Nggak benar itu", Harijadi membantah keras matanja
bersinar-sinar tadjam. "
Harijadi menegaskan bahwa horoskop jang ditulisnja adalah horoskop
jang serius, merupakan perpaduan 60% horoskop dan 40% interpretasi peristiwa.
Horoskop itu tidak mengada-ada dan tudjuannja hanja dua jaitu melakukan
pendekatan mistik dan berusaha membuktikan astrologi itu sebagai ilmu
pengetahuan. Maka diharap-waspada.