Aku rindu omelan ayah (Cerpen)
Lalu hari keberangkatanku pun tiba-tiba, sebelum itu aku telah bepamitan dahulu kepada guru-guru, keluarga, juga teman-temanku.
Masih tergambar jelas ketika hari pertama aku datang di sekolah ini, sekolah yang telah lama aku dambakan SMAN Sumatera Selatan. Bahagia sekali rasanya meski aku juga sedih mesti berpisah dengan ibuku. Tapi itu kulakukan demi cita-citaku untuk membahagiakan -orang tuaku- mereka. Karena aku tak ingin membebani mereka untuk uang sekolahku, maklum aku adalah anak ke-5 dari lima saudara. Dan saudara-saudaraku yang lain sudah bekerja hanya tinggal aku seorang diri yang masih berstatus pelajar. Bisa dibayangkan berapa umur orangtuaku saat ini. Selain alasan itu, aku bahagia sekolah di sini karena aku tak perlu lagi mendengar ocehan-ocehan ayah setiap pagi, yang selalu mengomel, dan memarahiku. Karena ayahku tergolong orang yang mendidik anaknya dengan keras dan ditambah lagi dengan wajahnya yang seram.
-Masuk Asrama-
Setelah aku bercengkrama dengan ayah dan ibuku. Aku pun hendak pamit untuk check-in ke asrama ketika aku bersujud kepada ayahku, aku melihat matanya berkaca-kaca seakan-akan enggan melepasku. Tetapi aku tidak begitu peduli toh walaupun aku di rumah ayah akan terus mengomeliku. Kemudian ayah berpesan �Tya, rajin-rajin sholat ya nak jangan pernah tinggalkan sholat sesibuk apanpun kamu!�. Selalu itu yang ditekankan ayahku, ayahku sangat fanatik dengan agama. Bahkan sebelum aku ikut test di sekolah ini, ayah sempat menawariku untuk menghapal Al-qur�an 30 juz dahulu. Lalu setelah itu baru melanjutkan sekolah SMA. Aku langsung menolak hal itu, bukan aku tak mau tapi aku takut nanti aku tak sanggup menyelesaikannya. Untungnya, ayah mengerti perasaanku sehingga aku tidak dipaksa.
Hari pertama aku datang, aku dibimbing oleh seniorku menuju gedung asrama. Kemudian, senior itu berkata �Your room is in upstairs and the number is 207�. Aku yang saat itu benar-benar kaku menggunakan bahasa inggris hanya bisa menjawab �Ooo, yes kak. Thank you�. Sebelum aku masuk ku lihat sekitarku dan berkata dalam hati ini tempat tinggalku yang baru. Bukan hanya itu, terlintas dipikiranku di sini tidak ada ayah dan aku tidak akan mendengar omelannya lagi, itu adalah sesuatu yang langka dan aku benar-benar bahagia. Tetapi setelah aku pikir-pikir betapa durhakanya aku, tidak berpikir apa yang akan tejadi selanjutnya. Dan aku berjalan menju pintu, ku ayunkan tangan untuk membuka pintu, ku telusuri tangga menuju ke ruangan ku yang baru C-207, ku lihat sebuah kertas berisikan namaku �Athiyah�. Disana tertulis siapa yang akan menjadi pembimbingku selama Masa Orientasi Siswa atau yang sering disingkat MOS, aku ingat sekali yang kala itu menjadi pembimbingku kak winny dan kak andry. Kemudian ku rapikan barang-barangku dan beristirahat. Tak lama dari itu, teman-teman baruku silih berganti berdatangan dan kami saling berkenalan. Di sela-sela kami berkenalan, tiba-tiba saja ada pengumuman seluruh siswa/i baru untuk segera berkumpul di depan gedung dan dalam waku 10 detik. Cepat-cepat aku berlari, dan kehidupan omelan pun dimulai�
Kami diminta segera membentuk barisan, ada beberapa temanku yang baru datang dan diminta segera berbaris hingga dibentak-bentak. Aku kesal namun aku tetap menurutinya. Mereka mengomeli kami karena kami dianggap �lelet� dan tidak tanggap.
Hari pertama dilalui dengan omelan, dan hari berikutnya berlanjut. Kami diminta berbaris yang rapi dan jika tidak maka kami akan ditabrak tabrak oleh senior yang �galak�. Lalu, tiba-tiba di samping kiri tepatnya gedung C, ada temanku yang terlambat hingga bisa ditebak. Senior memarahinya, aku tak tega melihatnya. Seseorang senior pun berteriak �hukuman apa yang pantas diberika untuk teman kalian ini?� tidak ada satupun yang menjawab. Dan senior itu bilang kami bisu, salah seorang dari kami pun akhirnya mengangkat tangannya lalu menjawab �Minta maaf saja kak�. Well, senior itu meremehkan temanku �Hah? Mudah sekali, kamu pikir dengan maaf akan membuat temanmu inni sadar akan kesalahan nya?�. Dan temanku itu pun terdiam. Lalu ada laki-laki yang menunjuk tangan dan berkata �hukuman push-up saja kak 10 kali�. Dan ternyata usulan itu diterima, perempuan itu push up. Setelah hampir 5 kali, seniorku berkata lagi �kalian tega melihat teman kalian seperti ini, katanya keluarga tapi melihat keluarga tersiksa kalian hanya diam�. Dan akhirnya, kami push up. Ingin aku berteriak dan memeluk ibuku. Teringat dulu, ketika di rumah tak pernah ayah memarahiku setiap hari membentakku bahkan menyuruh push up. Malam itu, aku menangis tersedu-sedu rindu akan sosok ayah dan nasehatnya. Rindu akan kata-kata bijaksananya.
Dan tak terasa masa orientasiku telah selesai, dan akhirnya topeng para seniorku terbuka. Selama ini, mereka hanya berpura-pura memarahi kami agar kami tidak menjadi anak yang manjda dan displin terhadap waktu. Dan mengatakan, ketika masa orientasi mereka harus menahan tawa melihat tingkah laku kami yang �gagu� dan ketakutan. Meskipun sedikitnya kami belum percaya, tapi perlahan aku sadar. Ayah ku yang pemarah, senior ku yang memarahiku adalah untuk kebaikanku agar aku tidak menjadi anak yang manja dan mudah mendapatkan sesuatu. Aku harus bisa mandiri, displin,dan juga gigih agar bisa menjadi sukses.
Akhirnya, inagurasi SMAN SumSel pun tiba, saat itu lah aku bisa bertemu dengan ayah dan ibuku. Ingin kuluapkan semua perasaan hati ku, tak tau ingin ku mulai darimana. Namun saat itu aku bertekad tak akan benci dengan omelan ayah lagi. Karena aku yakin omelan ayah adalah omelan kasih sayang yang akan kurindukan.