Semua Shahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
sallam
Adalah Adil Dan Haram Hukumnya Mencaci/Menghina
Mereka
Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Halaman tiga dari tiga tulisan
F. IJMA' ULAMA TENTANG 'ADALAH (KEADILAN) SEMUA SHAHABAT
RASULULLAH
- Al-Khatib Al-Baghdadi (beliau lahir th 392 wafat th 463)
beliau berkata : "Para shahabat adalah orang-orang yang kuat imannya, bersih
aqidahnya dan mereka lebih baik dari semua orang yang adil dan orang-orang
yang mengeluarkan zakat yang datang sesudah mereka selama-lamanya. Ini
merupakan pendapat semua Ulama". 13)
- Ibnu Abdil Barr (363-463H) berkata : "Para shahabat
tidak perlu kita periksa (keadilan) mereka, karena sudah ijma' Ahlul Haq dari
kaum muslimin yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah bahwa mereka semua Adil".
14)
- Ibnu Hazm (384-456H) berkata : "Semua shahabat adalah
'adil, utama diridhai, maka wajib atas kita memulyakan mereka, menghormati
mereka, memohonkan ampunan untuk mereka dan mencintai mereka".
15)
- Ibnu Katsir (701-774H) berkata : "Semua shahabat adalah
'adil menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
memuji mereka di dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam-pun memuji prilaku dan ahlak mereka. Mereka telah mengorbankan
harta dan jiwa mereka di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, dan mereka mengharap ganjaran yang baik (dari Allah)".
16)
Sebenarnya masih banyak lagi pujian dan sanjungan para
Ulama tentang 'adalah (keadilan) shahabat, tetapi apa yang sudah disebutkan
sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi orang yang punya bashirah.
G. SIKAP PARA ULAMA TENTANG PERSELISIHAN YANG TERJADI DI
ANTARA PARA SHAHABAT
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (661-728H) menerangkan
dalam Fatawa-nya : "Kami menahan tentang apa-apa yang terjadi diantara mereka
dan kami mengetahui bahwa sebagian cerita-cerita yang sampai kepada kami
tentang (kejelekan) mereka (semuanya) adalah dusta. Mereka (para shahabat)
adalah mujtahid, jika mereka benar maka mereka akan dapat dua ganjaran dan
akan diberi pahala atas amal shalih mereka, serta akan diampuni dosa-dosa
mereka. Adapun jika ada pada mereka kesalahan-kesalahan sungguh kebaikan dari
Allah telah mereka peroleh maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa mereka
dengan taubat mereka atau dengan perbuatan baik yang mereka kerjakan yang
dapat menghapuskan dosa-dosa mereka atau dengan yang lainnya. Sesungguhnya
mereka adalah sebaik-baik umat dan sebaik-baik masa, sebagaimana sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam". 17)
- Kata Ibnu Katsir : "Adapun perselisihan yang terjadi di
antara mereka sesudah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, maka ada yang terjadi secara tidak sengaja seperti Perang Jamal
(antara Ali dengan 'Aisyah) dan adapula yang terjadi berdasar ijtihad seperti
Perang Shiffin (antara Ali dengan Mua'wiyah). Ijtihad terkadang benar dan
terkadang salah, akan tetapi (bila salah) pelakunya akan diampuni Allah dan
akan dapat ganjaran kendatipun ia salah. Adapun jika ia benar ia akan dapat
dua ganjaran. Dalam hal ini Ali dan para shahabatnya lebih mendekati kepada
kebenaran daripada Mu'awiyah mudah-mudahan Allah meridhai mereka semuanya
(Ali, 'Aisyah, Muawiyah dan para shahabat mereka)". 18)
Meskipun perselisihan yang terjadi diantara para shahabat
sempat membawa korban jiwa, yakni ada diantara mereka yang gugur, tetapi mereka
segera bertaubat karena mereka adalah orang-orang yang selalu bertaubat kepada
Allah dan Allah-pun menjanjikan taubat atas mereka. Allah berfirman :
"Artinya : Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (At-Taubah : 102)
H. PARA SHAHABAT TIDAK MA'SHUM
Sesungguhnya persaksian Allah dan Rasul-Nya terhadap para
shahabat tentang hakikat iman mereka dan keridhaan Allah dan Rasul-Nya kepada
mereka tidaklah menunjukkan bahwa mereka ma'shum (terpelihara dari dosa dan
kesalahan) atau mereka bersih dari ketergelinciran, karena mereka bukan Malaikat
dan bukan pula para Nabi. Bahkan pernah diantara mereka segera istighfar dan
taubat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Setiap anak Adam bersalah dan sebaik-baik
orang yang bersalah adalah yang bertaubat". (Hadits Hasan Riwayat Ahmad 3:
198, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim 4:244. Shahih Jami'us Shagir 4391, Takhrijul
Misykat No. 2431)
Abu Bakar Ibnul 'Arabi berkata : "Dosa-dosa (yang dilakukan
para shahabat) tidaklah menggugurkan 'adalah (keadilan), apabila sudah ada
taubat". 19)
Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa para shahabat yang pernah
bersalah semuanya bertaubat kepada Allah dan mereka tidak bisa dikatakan nifaq
atau kufur. Semua ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah telah sepakat bahwa para
shahabat yang ikut serta dalam persengketaan, ikut dalam perang Jamal dan perang
Shiffin, mereka adalah orang-orang yang beriman dan adil. Dan kesalahan mereka
yang bersifat individu dan berjama'ah tidak menggugurkan pujian Allah atas
mereka.
Abu Ja'far Muhammad bin Ali Al-Husain ketika ditanya
tentang orang-orang (para shahabat) yang ikut serta dalam perang Jamal ia
menjawab : "Mereka (para shahabat) adalah orang-orang yang tetap dalam keimanan
dan mereka bukan orang-orang kafir". 20)
Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu Mas'ud, mereka berkata :
"Ali bin Abi Thalib menyalatkan jenazah para shahabat yang memihak Mu'wiyah".
21)
I. PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG ORANG-ORANG YANG MENCACI
MAKI/MENGHINA PARA SHAHABAT RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
- Imam Malik berkata : "Orang-orang yang membenci para
Shahabat Rasulullah adalah orang-orang kafir". (Tafsir Ibnu Katsir V hal.
367-368) atau IV hal. 216 cet. Daarus Salam Riyadh.
- Al-Qadhi 'Iyaadh berkata : "Jumhur Ulama berpendapat
bahwa orang yang menghina/mencaci maki para shahabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam harus dihukum ta'ziir (yakni harus didera menurut
kebijaksanaan hakim Islam -pen)". (Fathul Bari VII hal. 36).
- Kata Imam Abu Zur'ah Ar-Raazi (wafat th 264H): "Apabila
engkau melihat seseorang mencaci maki/menghina seseorang dari shahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwa orang
itu adalah Zindiq (kafir). Yang demikian karena Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam adalah haq, Al-Qur'an adalah haq dan apa-apa yang dibawa
adalah haq dan yang menyampaikan semua itu kepada kita adalah para shahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka (orang-orang zindiq)
itu mencela kesaksian kita agar bisa membatalkan Al-Qur'an dan Sunnah (yakni
agar kita tidak percaya kepada Al-Qur'an dan Sunnah -pen). Merekalah yang
pantas mendapat celaan". 22)
- Imam Al--Hafizh Syamsuddin Muhammad 'Utsman Adz-Dzahabi
yang lebih dikenal dengan Imam Adz-Dzahabi (673-747H) berkata : "Barangsiapa
yang mencaci mereka (para shahabat) menghina mereka, maka sesungguhnya ia
telah keluar dari agama Islam dan telah merusak kaum muslimin. Mereka yang
mencaci adalah orang yang dengki dan ingkar kepada pujian Allah yang
disebutkan dalam Al-Qur'an dan juga mengingkari Rasulullah yang memuji mereka
dengan keutamaan, tingkatan dan cinta ... Memaki mereka berarti memaki pokok
pembawa syari'at (yakni Rasulullah). Mencela pembawa Syari'at berarti mencela
kepada apa yang dibawanya (yaitu Al-Qur'an dan Sunnah)".
23)
J. KHATIMAH
Apa yang telah saya terangkan dari Al-Qur'an dan Sunnah
kiranya sudah cukup jelas, lebih-lebih lagi dikuatkan dengan pendapat Jumhur
Ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Oleh karena itu sikap kaum Mu'minim terhadap
mereka (para shahabat) adalah sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan
Sunnah, yaitu :
- Mereka sebaik-baik ummat.
- Kita diwajibkan mengikuti jejak langkah mereka dengan
baik (At-Taubah : 100) dan tidak boleh menyimpang dari jalan mereka (An-Nisaa'
: 15) dan berpegang kepada Sunnah Rasul dan Khulafaur Rasyidin.
- Semua Shahabat adalah adil.
- Kita tidak berkeyakinan bahwa para Shahabat ma'shum,
karena tidak seorangpun yang ma'shum selain Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam.
- Kita ridha kepada mereka dan kita mohonkan untuk mereka
ampunan dan kita menahan dari apa yang terjadi di antara mereka (Al-Hasyr :
10).
K. KESIMPULAN
- Golongan Orientalis, Yahudi dan Syi'ah adalah golongan
yang paling banyak mencaci dan menghina para Shahabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Aqidah Syi'ah yang menyatakan para Shahabat tidak adil,
bahkan mereka mengkafirkan, mereka adalah orang yang sesat dan menyesatkan dan
orang-orangnya dinyatakan kafir. 24)
- Hukum mencaci/menghina para Shahabat adalah haram dan
pelakunya akan dilaknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia. Sabda Nabi :
"Barangsiapa mencela shahabatku, maka ia mendapat laknat dari Allah, malaikat
dan seluruh manusia". (Hadist Riwayat Thabrani)
- Orang Munafiq dan Murtad dan mati dalam keadaan demikian
mereka adalah termasuk golongan kafir dan tidak termasuk Shahabat meskipun
berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Semua shahabat adalah adil dan tetap dikatakan
orang-orang yang beriman, meskipun mereka berselisih (Al-Hujuraat 9-10).
- Sebesar apapun infaq yang kita keluarkan di jalan Allah
tidak akan dapat menyamai derajat seorang shahabat Rasulullah.
- Kita wajib mencintai para shahabat.
- Kita seharusnya mendo'akan orang-orang yang terlebih
dahulu beriman dari pada kita : "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman
; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".
(Al-Hasyr : 10)
Footnote :
13. Al-Kifayah fi
'Ilmir-Riwayah hal. 49; Tanbih Dzawin Najabahilla 'Adaalatis Shahabah oleh
Qurasy bin Umar bin Ahmad hal. 23
14. Al-Iti'ab fi Ma'rifati Ashab Juz I hal.
9 cet. Daarul Fikr 1398H
15. Ushulul Hadits hal. 386 dinukil dari Al-Ihkam
fil Ushulil-Ahkam
16. Al-Baitsul-Hatsits fi Ikhtishar Ulumil Hadits
hal.154
17. Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah jilid III hal.
406
18. Al-Ba'itsul Hatsits syarah Ikhtisar Ulumil hadits hal. 154
19.
Al-'Awashin minal Qawashim tahqiq Syaikh Muhibudin Al-Khatib hal. 94 Daarul
Mathba'ah Salafiayh cet V Cairo.
20. Ushulul -Itiqad Ahlis Sunnah wal Jama'ah
oleh Imam Al-Lalikai, tahqiq DR Ahmad Sa'ad Hamdan jilid V & VI hal 1059
-1060 cet. Daar Thayyibah-Riyadh
21. idem
22. Al-Awashim minal Qawashim
hal. 34
23. Al-Khabair Adz-Dahabi, tahqiq Abu Khalid Al-husain bin Muhammad
as-Sa'idl hal. 352-353 Daarul Fikr th 1408H cet. I
24. Limaza Kafaral 'ulama
Al-Khumaini oleh Wajih Al-Madini cet. cairo I 1408H; Aqaidus Syi'ah fil Mizan
oleh Dr Muhammad Kamil Al-Hasyimi cet I, th 1409
Halaman tiga dari tiga tulisan