Pandangan terhadap para shahabat Rasulullah


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Asalaamu'alaikum wr wb

Kita sbg umat Islam yg telah di bekali ilmu pengetahuan melalui nabi-Nya, alQur'an dan Sunnah. tidaklah patut kita mengambil tindakan di luar batas-batas yg telah Dia dan rosul-Nya tetapkan, yaitu dalam kalam-Nya Dia telah meridhai para pendahulu Islam baik dari kaum muhajirin dan kaum anshar.

Alangkah baiknya jika sikap kita terhadap muslimin terdahulu sebagaimana yg telah Allah tetapkan lewat kalam-Nya: " Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yg telah beriman lebih dulu daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. " (Al Hasyar : 10).

Adalah hal yg mustahil terjadi jika Allah SWT membiarkan utusan -Nya tidak mengetahui kepribadian orang perseorangan yang mengitari dalam kehidupan kesehariannya, yaitu mereka yg patut di jauhi (munafiq) apalagi untuk dipercaya, orang-orang yg membenci melihat kemajuan Islam dan senang memecah belah persatuan ummatnya.

Tidaklah patut kita menghujat para sahabat rosulullah. Siapa diri dan sebesar apa keimanan kita jika di bandingkan dgn mereka. Mereka adalah umat yg hidup di tangani dan digembleng oleh seorang utusan Allah dari soal akhlak, urusan duniawi maupun ukhrawi, baik soal kecil dan sepele secara langsung. Alangkah bahagianya mereka yg langsung dapat bertemu
muka dan hidup bersama seorang utusan Allah dalam keadaan beriman dan taqwa. Merekalah umat terbaik generasi pertama muslim. Siapa yg tidak rindu dgn utusan Allah yang penuh kasih kepada segenap alam - panutan umat Islam?

Tidaklah patut bagi kita pula menerima khabar yang belum pasti qathi tentang para sahabat ra apalagi setelah rosulullah wafat di karenakan kita tidak hidup semasa dgn beliau-beliau sedangkan al Qur'an telah mengkhabarkan (Allah telah meridhai dan telah menjelaskan sifat-sifat mereka) dan Sunnah rosul-Nya telah menetapkan (mereka adalah para sahabat beliau). lupakah kita dengan arti kata " sahabat" ? lupakah kita dengan pesan rosulullaah yang ini?

" Janganlah kalian memaki para sahabatku. Seandainya ada diantara kalian yg menginfakkan emas sebesar gunung Uhud ia tidak akan dapat memadai seorangpun dari mereka itu, walau separuhnya."  (Mutafaq alaihi).

" Jika kalian melihat org yg memaki para sahabatku, katakanlah bahwa Allah mengutuk kejahatannya." (HR Turmizi).

Soal kesalahan mereka adalah urusan mereka dengan Robbnya. Mereka telah berpulang kepada Pemiliknya. Yang ada pada kita kini menjalani apa yang ada dihadapan kita, permasalahan kehidupan kita untuk generasi penerus kita agar bisa hidup lebih baik dari keadaan hidup kita di masa kini. Kita hidup bukan untuk diri kita seorang, melainkan kita ikut bertanggung jawab atas penerus kita di hadapan Allah kelak. Seandainya kita berniat mengkaji sejarah untuk mengambil pelajaran (hikmah) ada cara-cara yg baik dan bijak.

Hikmah yg bisa kita ambil sebagai pelajaran dari sejarah Islam yang paling berharga ialah: Islam berkembang dan maju ketika umat Islam menerapkan kalamullah dan sunnah rosul-Nya dalam kehidupan sehari-hari muslim dan pemerintahan. Islam berkembang pesat dan umat Islam ada dalam ketinggian peradabannya. Masa-masa kekhilafahan ummah, umat Islam mampu menyumbangkan ilmunya yang dapat menyinari bumi ini hingga hari ini. Hal tersebut adalah atas kebijakan para sahabah dan pendahulu kita (daulah Umayyah di andalus dan daulah Abbasiyah di Baghdad).


Ada juga lain pelajaran yang paling berharga bagi kita, yaitu kehancuran Islam di saat kejayaannya di sebabkan adanya orang-orang munafiq yang mengatasnamakan keluarga rosulullah masuk dan bergerak leluasa di dalam komunitas muslim. Merekalah yg banyak mengacaukan kemajuan Islam dan persatuan umat. Merekalah yg mencoreng hitamkan sejarah Islam. Ya mereka adalah kaum rafidhi (syi'ah) yg besar andilnya dalam menghancurkan khilafah ummah dgn memasukkan bangsa Mongalia, bersekutu dan memasukkan kaum nasrani ke Palestin sehingga terjadinya perang salib sekaligus menohok para mujahiddin dari belakang. Yg terakhir (terbaru), mereka membom baitullah,
"haram" semasa Iran di bawah pimpinan Khomaini.

Jika kita hendak mengambil pelajaran dari kejadian Mua'wiyyah ra dan masa pemerintahan Ustman ra hingga terbunuhnya beliau. Mari kita pelajari bersama.

Masa pemerintahan Utsman ra lama. Tidak ada yg menggugat/tidak suka atas keberadaan beliau sebagai pemimpin ummah. Terjadinya unjuk rasa dengan alasan yang tidak jelas pada masa-masa akhir hayat beliau saja. Telah sama kita ketahui akhlak Ustman ra sejak mula memeluk Islam hingga hijrah ke Madinah. Beliau adalah satu dari 10 orang yg di jamin masuk surga dan lagi beliau adalah menantu rosulullah dari kedua putrinya. Tidaklah mungkin rosulullah mengamanatkan putrinya kepada seorang yang kurang bagus akhlaknya apalagi Muhammad saw adalah seorang rosulullah. Juga yang perlu kita ketahui selama beliau memerintah tidak keluar dari syari'at Islam.


Orang-orang yang unjuk rasa, meminta beliau turun dari kursi pimpinan ummah adalah sebagian kecil dari ummat Islam. Artinya mereka tidak mewakilkan sebagian besar ummat Islam - meminta Usman turun. Artinya beliau masih diakui sebagai pimpinan ummah oleh sebagian besar ummah saat itu. Jika beliau menuruti suara sebagian kecil ummah, turun dari kursi pimpinan, hal ini akan menjadi panutan bagi ummat sesudah beliaunya nantinya. Nah tindakan Usman ra ada benarnya. Beliau adalah orang yg masuk dlm hadist di bawah ini:

"Telah memberi nasehat kepada kami rosulullah dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan mencucurkan airmata. Kami bertanya: "Wahai rosulullah! nasehat itu seakan-akan nasehat yang terakhir, maka berilah kami wasiat." Sabda nabi saw:
Aku memberi wasiat kepadamu supaya kamu tetap bertaqwa kepada Allah yg Maha Tinggi dan Maha Mulia, serta tetap mendengar perintah dan taat, walaupun yang memerintah kamu itu seorang hamba maka sesungguhnya orang-orang yg masih hidup diantara kamu nanti akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kamu berpegang akan sunnahku dan perjalanan (sunnah) Khulafaurrasyidin yang di beri petunjuk (oleh Tuhan). Dan berpeganglah pada sunnah-sunnah itu dengan kuat dan jauhilah olehmu urusan-urusan yang di ada-adakan (bid'ah), sesungguhnya segala bid'ah itu sesat." (HR: Turmizi & abu Dawud dgn sanad hasan shahih).

Terbunuhnya Usman ra adalah kejadian yang sangat besar dan tanggungjawab yang besar ada pada ummah. Seorang pemimpin adalah mewakilkan yang di pimpin, kehormatan dan kewibawaannya yang di pimpin. Seorang pemimpin ummah terbunuh, bisakah dengan begitu saja di diamkan kejadiannya? dan kejadian ini akan menjadi panutan bagi generasi berikutnya jika kasusnya terbiarkan atau tertunda bahkan mungkin akan menjadi hal yg biasa terjadi di kemudian harinya.

Nah sejak terbunuhnya seorang pemimpin ummah terjadilah perbedaan pendapat diantara para sahabah. Pihak yang menuntut darah Usman untuk dijajaki terlebih dahulu (Mua'wiyah dan beberapa sahabah ra) dan pihak yg meminta mengangkat kasus pembunuhan khalifah Usman ra di tunda dulu demi mengisi pemerintahan yg kosong (Ali ra dan sebagian besar sahabah). Kedua golongan ada dalam pihak yg sama benarnya pemikirannya (ijtihad). Terjadilah perang siffin dan perang jamal (gugurnya muslimin). Perangpun selesai dengan
menghasilkan kesepakatan bersama, Ali ra turun dari kursi pimpinan ummah yang di gantikan oleh Mua'wiyah ra. Kejadian ini pula mengandung hikmah yang besar dimana Allah ta'ala hendak menunjukkan bahwasanya para sahabah ra bukanlah manusia yang lepas dari salah dan lupa, tidak dari golongan Ali ra maupun golongannya Mua'wiyah.

Mengapa Mua'wiyah ra berkeras mempertahankan ijtihadnya dan mengapa Aisyah dan beberapa sahabah ra ikut pula menuntut darah Usman ra ? Mereka mengetahui, yang membunuh Usman ra adalah sekelompok orang yang ada dipihak Ali ra (bukan para sahabat tentunya).

Seperti yang kita ketahui Ali ra adalah khalifah ummah ke empat resmi yg dibai'at oleh sebagian besar ummat sekalipun beliau tidak memimpin lama. Ini juga mengandung hikmah, yaitu selamatnya sistim khilafah Islam yg berdasarkan musyawarah dari kemungkinan penyelewengan yang di lakukan oleh mereka yang menganggap bahwa Ali ra dan keturunannya berhak mutlak atas khilafah Islam. Maksudnya, jika pemerintahan di pegang oleh Ali ra dan tidak ada yang menggugat darah Usman hingga melahirkan kegentingan (tsb diatas), sistim pemerintahan Syari'at Islam yang berdasarkan musyawarah akan berubah menjadi sistim pemerintahan yg berdasarkan keturunan/kerajaan. Artinya di kemudian hari akan terjadi kesemrawutan semisal: sekalipun yg memimpin adalah org fasiq ummat tidak
bisa menurunkannya. (sekalipun dia dari keturunan ahli bait, darahketurunan tidak menjamin kepribadian seseorang).

Ali ra turun dari kursi pimpinan ummah. Beliau menyerahkan pemerintahan ummah ke tangan Mu'awiyah. Beliau di sibukkan untuk memerangi para kaum khawarij yang semula adalah para pengikut setia beliau. Sedangkan Mu'awiyah mulai menjalani pemerintahannya dengan baik, yaitu menyebarkan Islam ke lain daerah/negri dengan berjihad. Menjadikan penduduk Syam yang baru masuk Islam sebagai muslim yang mengenal ajaran agamanya dengan baik. Seluruh kepulauan nusantara juga masuk Islam bukan melalui penaklukan ini adalah bukti konkrit para sahabah ra dalam menjalankan tuganya. Benarlah apa yg di
katakan oleh rosulullah:

" Bintang-bintang adalah yg mengamankan langit; bila tiada bintang-bintang akan tibalah apa yang telah di janjikan baginya. Aku pengaman bagi sahabatku; bila aku telah tiada akan tiba apa yang telah di janjikan kepada mereka. Para sahabatku adalah pengaman bagi umatku; bila para sahabatku telah tiada akan tiba apa yang telah di janjikan kepada mereka."

( HR Muslim).


Keadaan telah pulih, namun tidak lama, keadaan belum pulih benar rupanya, masih ada orang-orang munafiq yang tak senang dengan kemajuan Islam dan persatuan umat kuat. Terjadinya pembunuhan terhadap Ali ra, terbunuhnya wakil dari Ammar bin Ash ra dan cacatnya (matinya reproduksi) Mua'wiyah ra. Mereka adalah pemimpin besar ummah, mereka adalah org-org yg mengenal ajaran Islam dengan sebenar-benarnya. Kejadian ini menandakan keadaan belum pulih benar. Ya para munafiqin tidak berhenti dan puas sampai di situ saja, mereka yg notabene adalah pengkut setia Ali ra setelah Ali ra terbunuh, mereka
mendatangi Abdullah bin Umar ra untuk di bai'at dengan alasan beliaulah yang berhak menempati kursi pimpinan ummah sebagai penerus bapaknya, Umar ra. Beliau ingat pesan rosulullah:" jauhi fitnah yg bakal terjadi nanti",

beliau meninggalkan mereka dan selamatlah beliau dari fitnah yang sedang dan berlangsung. Kalau kita mau cermati dengan baik, para pengikut Ali ra sebelumnya adalah orang-orang yang membenci dan menentang/tidak mengakui pemerintahan bapaknya Abdullah, yaitu Umar ra. nah ada apa di balik ini? ya jelas mereka hanya hendak mengacukan keadaan dan membunuh para pemuka agama Islam satu persatu.

Belum puas para munafikin bergerilya untuk menghancurkan agama Allah ini melalui para pemegang ajaran Islam (sahabah ra), mereka datang dan membai'at al Hasan ra. setelah di bai'at oleh para pendukungnya lalu beliau berbai'at dan menyerahkan para pendukungnya kepada Mua'wiyah ra. Beliau tidak ingin ummah terpecah (menghindari fitnah - rosulullah pernah berkata: al Hasan ra adalah org yg penuh bijak di tanganya ada kedamaian).  Terbunuhnya al Hasan ra tidak lama setelah kejadian pembaiatan ini yang katanya di racun oleh Mu'awiyah.


Mungkinkah Mua'wiyah ra meracuni orang yang telah mendukung dirinya? (pendapatku), yg meracuni beliau tentunya mereka yg kecewa atas kebijakan yg beliau lakukan.

Belum puas juga para pengkhianat (munafikin) hendak menghancurkan agama Islam melalui para pemegang utama ajaran rosulullah saw (sahabah), mereka meminta-minta pertolongan dan mendukung al Husein ra untuk menurunkan Yazid dari kurisnya. Tapi apa? setelah kesepakatan bersama di sepakati, yaitu berperang melawan yazid dan berjanji setia untuk membela al husein, di medan perang mereka tinggalkan orang yang mereka panggil untuk datang menggulingkan Yazid, orang yg mereka berikan janji setia untuk membela dan
syahidlah al Husein beserta keluarga dan saudaranya. Hanya beberapa puluh orang saja (50 orang) yang tetap menetapi janji setia kepada al Husein ra.

Para munafikin belum puas juga hingga din Islam ini hancur dan terbagi-bagi, gerilya mereka dengan bertameng mencintai ahli baitnya rosulullah dan berselimut sbg muslim masih aktif hingga hari ini.

Demikianlah adanya cara kaum munafikin yg sejak semula penuh dengan kedengkian hati dengan berbagai cara dan siasat hendak menghancurkan ummat Islam bagi generasi berikutnya dengan cara menghabisi para sahabah utama rosulullah agar tidak berbekas dan tersisa lagi kemurnian dinul Islam ini, namun Allah berkehendak lain, Dia telah menetapkan dinul yg di ridhai-Nya ini akan menyinari bumi hingga hari akhir secara keseluruhan.

Faqir ila Allah


Wassalammu'alaikum wr. wb.

Hosted by www.Geocities.ws

1