SANAD, MATAN DAN PEMBAGIAN SUNNAH
MENURUT SAMPAINYA KEPADA KITA
 
Oleh
Yazid bin Abdul Qadir Jawas

 
Sanad dan Matan
 
Sanad atau Isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya ialah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berkahir pada orang yang sebelum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni para sahabat. Misalnya Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits), rawi yang sebelum Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan sahabat yang meriwayatkannya hadits itu dikatakan akhir sanad.
 
Matan secara bahasa artinya : kuat, kokoh, keras ; maksudnya ialah isi atau omongan atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir.
 
Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka melainkan kalau ada sanadnya, mereka lakukan yang demikian itu sejak tersebarnya dusta atas nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang Syi'ah. Seorang tabi'in yang bernama Muhammad bin Sirin (wafat th. 110H) ia berkata : "Mereka (yakni para ulama hadits) tadinya tidak menanyakan tentang sanad, tetapi tatkala terjadi fitnah, mereka berkata. Sebutkan kepada kami nama rawi-rawi kamu, bila dilihat yang menyampaikan Ahlus Sunnah diterima haditsnya, tapi bila yang menyampaikan ahlul bid'ah maka ditolak haditsnya".
 
Kemudian semenjak itu para ulama meneliti setiap sanad yang sampai kepada mereka. Bila syarat-syarat hadits shahih dan hasan terpenuhi, maka mereka menerima hadits-hadits tersebut sebagai hujjah. dan jika tidak terpenuhi syarat-syarat tersebut mereka menolaknya.
 
Abdullah bin Mubarak (wafat th. 181 H) berkata : "sanad ini dari agama, kalau seandaianya tidak ada sanad, maka orang akan berkata sekehendaknya apa yang ia mau". (syarah Muslim Nawawi 1/87)
 
Para ulama hadits telah menetapkan qaidah-qaidah dan pokok-pokok pembahasan bagi tiap-tiap sanad dan matan hingga dapat diterima hadits tersebut. Ilmu yang mebahas tentang masalah ini ialah ilmu Mushthalah Hadits.
 
Pembagian As-Sunnah Menurut Sampainya Kepada Kita
As-Sunnah yang datang dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita dilihat dari segi sampainya dibagi menjadi dua, yaitu : Mutawaatir dan Ahad. Hadits Mutawatir ialah berita dari RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam yang disampaikan secara bersamaan oleh orang-orang kepercayaan dengan cara yang mustahil mereka bisa bersepakat untuk berdusta.
 
Hadits Mutawatir mempunyai empat syarat, yaitu.
  1. Rawi-rawinya tsiqat dan mengerti terhadap apa yang dikhabarkan dan dengan kalimat pasti.
  2. Sandaran penyampaian kepada sesuatu yang konkrit, seperti penyaksian atau mendengar langsung.
  3. Bilangan/jumlah mereka banyak, karenanya mustahil menurut adat mereka berdusta.
  4. Bilangan yang banyak ini tetap demikian dari mulai awal sanad, pertengahan sampai akhir sanad, minimal sepuluh orang rawi yang meriwayatkannya.
Hadits Ahad ialah hadits yang derajatnya tidak sampai kepada derajat Mutawaatir. Hadits Ahad terbagi menjadi tiga macam.
  1. Hadits Masyhur, ialah hadits yang diriwayatkan dengan tiga sanad.
  2. Hadits 'Aziz, ialah hadits yang diriwayatkan dengan dua sanad.
  3. Hadits Gharib, ialah hadits yang diriwayatkan dengan satu sanad.

Disalin dari buku Kedudukan As-Sunnah Dalam Syari'at Islam oleh Yazid Abdul Qadir Jawas, hal.31-32, terbitan Pustaka Al-Kautsar.

Hosted by www.Geocities.ws

1