Padamu Negeri - Slogan Omong Kosong

 

Saya salut dengan acara Kang Miing di Metro TV yang begitu semangatnya dalam mengajak kita-kita untuk memiliki semangat juang demi negeri ini.  Rupanya setiap orang yang tampil di panggung Padamu Negeri tersebut rata-rata bersemangat menggebu-gebu. Terimakasih atas perjuangannya kang! Salut! 

Sayangnya yang bicara di panggung dan yang di lapangan adalah makhluk-makhluk yang berbeda. Yang di panggung tidak tahu yang bertempur beneran di lapangan. Sedangkan yang di lapangan juga tidak ada korelasi dengan yang di panggung. Sehingga energi semangat yang menyala itu hanya musnah ditelan angin lalu. Yang di lapangan tetap saja terlantar.

Saya Deru Sudibyo, salah satu anak bangsa yang berkeinginan mengangkat martabat bangsa "bedinde" ini sejajar dengan bangsa lain. Karena bidang saya informatika, maka saya berjuang melalui informatika. Saya sudah berusaha membuktikan sejak tahun 1985 bahwa kemampuan bangsa ini tidak kalah dengan bangsa asing dalam hal berkarya teknologi membuat software. Waktu itu karya saya tentu otomatis menjadi milik perusahaan dimana saya kerja. Namun karena selalu tidak mendapatkan "moral reward" yang sepadan (apalagi material?), maka pada tahun 1997 saya memutuskan untuk menjadi TKI ikut perusahaan Amrik, Computer Associates Inc. (CA).  .

Lantas saya "mider" seantero Asia Tenggara ikut CA. Memang benar, di luar saya lebih dihormati. Bahkan di Malaysia, yang interogasinya ketat banget di KLIA karena mengira kuli ilegal, setelah masuk di KL juga sangat dihormati. Saking pentingnya peran saya pada saat mengerjakan proyek otomasi di KL, saya diijinkan untuk pulang balik setiap minggu. Minggu malem berangkat ke KL dan Jumat pagi pulang ke Bogor. Jadi saya hanya kerja 4 hari seminggu. Padahal rekan2 satu tim yang dari India, tidak boleh pulang sebelum proyek beres. Di Filipina juga demikian. Saya mendapat keleluasaan pulang balik ke Bogor 2 minggu sekali.

Namun dari semua kegiatan selama jadi TKI tidak ada kesempatan untuk menunjukkan kemampuan maximal saya. Maklum, karena hanya sebatas proyek CA yang semua bahan bakunya dari CA. Kelebihan saya hanya sebatas kecepatan, ketepatan kerja dan kemampuan memoles manakala ada bahan baku yang kurang pas. Lagipula, saya tetep hanya seorang diri yang dari Indonesia. Tidak ada kesempatan mengajak kawan karena tidak cukup waktu untuk mentraining mereka. Saya pikir-pikir, apa yang saya lakukan malah membuat produk Amrik menjadi tampak hebat saja karena yang bermasalah saya tambal. Secara tidak langsung saya ikut mengkampanyekan kehebatan produk Amrik.  Dalam hati kecil: "padahal semua produk itu saya bisa bikin sendiri".  

 

Menggelar Proyek Sinting Pembuatan Software

Akhirnya, setelah proyek KL selesai, Juli 2002 saya membulatkan tekad untuk kembali berkarya. Kali ini saya tidak ikut siapa-siapa, bekerja untuk diri-sendiri. Dengan modal keyakinan dan bukti bahwa kemampuan saya dipercaya oleh orang-orang di luar sana, saya bertekad membuat produk sendiri. Lantas saya gelar proyek sinting pembuatan software.  Silakan klik untuk menyimak lebih jauh tentang proyek sinting dan produknya.

Produk ini saya disain untuk solusi enterprise, yang terdiri dari platform mainframe dan non-mainframe. Tahap awal saya garap yang mainframe dulu, sesuai spesialisai saya. Saya kerjakan sendirian karena selain tidak ada dana untuk membayar kru, juga perlu waktu panjang untuk mendidik kru. Software yang sangat dekat dengan arsitektur mesin seperti ini tidak setiap orang IT bisa membuat.  Selain harus mempelajari arsitekturnya, juga perlu waktu panjang untuk terampil menerapkan machine-level logic.  Bahasanya pun untuk mainframe bukan C, tetapi assembler.   

Dengan "topo broto" (baca: mengurung diri) selama 6 bulan, produk pertama selesai, yaitu XDI/AutoXfer, spool distributor. Dengan cerita yang cukup panjang, AutoXfer akhirnya laku dipakai BNI. Setahun kemudian, yaitu awal 2006, 2 produk menyusul lahir, zJOS/Sekar, event management system dan zJOS/Puspa, workload scheduler. Ketiganya dikemas menjadi satu solusi otomasi yang saya namai zJOS, "Jawaban Otomasi Sistem z". z menandakan mainframe. Kelak kalo yang versi non-mainframe sudah jadi ya pakai nama JOS juga, misalnya xJOS untuk Unix dan Linux, iJOS untuk AS/400 dan sebagainya.

Mestinya berlanjut ke tahap kedua, bagian yang non-mainframe. Tetapi untuk itu saya harus mempekerjakan rekan-rekan yang ahli non-mainframe. Saya hanya sebatas menyiapkan disainnya agar nanti setelah jadi bisa bekerjasama dengan yang di mainframe. Sayangnya saya tidak memiliki dana untuk itu. Bahkan dana yang didapat dari BNI pun sudah habis untuk keseharian. Rekan-rekan juga nggak ada yang tertarik join-prospek. 

 

Misi Gila Proyek Sinting

Dari yang saya tulis di webpage proyek sinting, tentu sudah dipahami bahwa misi saya adalah menjual produk-produk JOS tsb ke vendor asing. Karena bendera kita saat ini belum mungkin menembus pasar IT dunia. Namun kalo bisa, kita ingin menunjukkan bahwa tim proyek ini sangat kuat sehingga yang diakuisisi bukan hanya produk, tetapi juga tim. Dengan demikian kita akan menjadi lahan IT terhormat seperti di India.

Tetapi untuk memancing vendor asing membeli produk kita ini, tidaklah mudah.  Tentu produk tersebut harus terlebih dulu terbukti mumpuni di kandang sendiri.  Tahun 2006 pernah dievaluasi oleh SDS dari Amrik.   Tetapi progress dibekukan karena saya tidak bisa nunjukin referensi dimana zJOS running produksi.  Di BNI memang paket zJOS sudah berproduksi, tetapi tidak semua produk.   zJOS/Puspa (scheduler) yang justeru menjadi konsen belum dipakai.    Tahun 2007 juga dievaluasi oleh Unicom, juga dari Amrik.   Tetapi progress juga dibekukan  dengan alasan yang sama.  

Melihat kenyataan di atas, maka langkah-langkah yang sebenarnya harus ditempuh adalah sbb:

  1. Menjual zJOS ke perusahaan lokal yang menggunakan mainframe seperti BNI, BCA, BII, BRI, Garuda, KS dan Pemda DKI. Untuk ini saya kerjasama dengan PT SSH sebagai distributor produk-produk zJOS.

  2. Hasil penjualan tsb akan digunakan untuk melanjutkan proyek untuk membuat JOS-JOS yang lain sesuai platform IT populer yang ada saat ini.

  3. Saya juga akan mempersiapkan pendidikan mainframe. Selain untuk memperkuat tim, juga untuk membekali mereka yang ingin kerja di bidang mainframe di luar negeri. Karena saat ini tenaga mainframe sedang rame dibutuhkan. Menurut hasil kajian survei Gartner Group, di Amerika saja akan membutuhkan 500ribu lebih insinyur mainframe mulai tahun 2010 ke depan. Untuk hajat ini, saya mendapat dukungan dari IBM pusat berupa materi, kurikulum dan "remote lab". Kelak ijazah lulusannya akan distempel IBM dan diakui oleh IBM sejagad.

Setelah 3 langkah tsb sukses, baru perburuan mencari calon pembeli luar bisa dimulai. Namun akhirnya saya harus menerima kenyataan pahit. Tiga langkah tersebut tidak berjalan. Akhirnya proyek sinting ini menjadi bener-benar kentir.   

 

Peran strategis pendidikan mainframe

Pendidikan mainframe yang saya rencanakan sebenarnya memiliki peran strategis.   Pasalnya sebagai berikut: 

  1. Saya sudah terdaftar menjadi member IBM Academic Initiative program untuk menyelenggarakan pendidikan mainframe di perguruan tinggi manapun di Indonesia dengan  kurikulum dan materi IBM dan sertifikasinya juga dari IBM.  Konon lulusannya akan direkomendasi IBM pada saat ada lowongan kerja di bidang mainframe.  

  2. Sejak tahun 2000 tenaga muda mainframe rame dibutuhkan. Menurut hasil kajian survei Gartner Group, di Amerika saja akan membutuhkan sekitar 500ribu lebih insinyur mainframe mulai tahun 2010 ke depan.  Dari 300 perguruan tinggi seluruh dunia yang sudah menyelenggarakan program IBM Academic Initiative, menurut prediksi pihak IBM paling banter hanya akan menghasilkan 20-27 ribu mainframe engineer pada tahun 2010.   Berarti baru 5% dari kebutuhan yang ada.   

  3. Tahap awal saya akan bekerja sama dengan satu perguruan tinggi (tentu yang mampu mendanai) untuk membuktikan kebenaran butir 1 dan 2.  Mula-mula hanya training 2-3 semester untuk sarjana komputer yang baru lulus.  

  4. Jika terbukti lulusan training ini terserap, saya akan mencetak instruktur sebanyak-banyaknya untuk disebar keseluruh perguruan tinggi di negeri ini yang mau bergabung dalam program ini.   Dengan demikian mulai tahun 2012 kita bisa memproduksi insinyur mainframe sebanyak-banyaknya ke seluruh penjuru dunia.   Kelak kita akan memiliki orang-orang hebat tersebar dimana-mana seperti India.  Jangan cuma bisa expor babu, bedinde, ketiplak dan gedibal pitulikur yang hanya akan menjatuhkan martabat bangsa ini. 

  5. Jika kelak proyek zJOS diakuisisi oleh vendor asing, tentu tim harus saya perbesar.  Untuk itu mudah sekali, karena tinggal pilih lulusan terbaik untuk bergabung dalam tim. 

  6. Jika butir 5 lancar, saya akan perluas dengan menantang outsource pembuatan produk-produk baru maupun perawatannya kepada setiap vendor.   Selama ini yang banyak mendapat kesempatan proyek offshore hanya India.  Tapi rata-rata sektor aplikasi dan database.   Sektor sistem (OS dan lapisan terdekatnya) masih tetap di Amrik.   Nah saya yakin sekali kita bisa ambil sektor sistem.  Begitu zJOS masuk pasar internasional, saya yakin mereka akan percaya bahwa kita mampu menangani sektor sistem.    Dari sisi duit memang kalah dengan sektor aplikasi, karena kalah volume.   Tetapi lebih prestis dan sulit disaingi.  Karena sektor sistem memang sangat jauh lebih tinggi tingkat kesulitannya.  Umumnya meskipun orang pinter nggak telaten bermain di sektor sistem.  

  7. Jika butir 6 terwujud, berarti negeri Nusantara ini sudah menjadi bagian dari sentra-sentra teknologi tinggi.  Aspeknya akan sangat positif, baik dari sisi perkembangan ekonomi maupun moral.   Karena otomatis bangsa ini punya kebanggaan. 

Tetapi untuk mewujudkan semua ini, perlu dana yang cukup.  Karena tidak mungkin materi 50 SKS akan saya garap sendirian.  Apalagi saya juga harus menyelesaikan proyek zJOS.  Idealnya saya harus ditemani oleh rekan-rekan sesama profesional setidaknya 4 atau 5 orang lagi.   Padahal nggak ada profesional yang nganggur selain saya.    Seandainya pun ada yang mau alih profesi jadi instruktur, ya nggak mungkin mau dibayar seharga dosen reguler.  Setidaknya lebih tinggi dari penghasilan yang didapat dari pekerjaan yang ditinggalkannya.   Saya pun belum mampu untuk kerja bakti doank.   

Kesimpulannya, mau tidak mau, saya harus mencetak instruktur.   Resikonya, penyelenggaraan pendidikan ini harus ditunda setahun menunggu pencetakan instuktur selesai.    

 

Karya Kita Tidak Ada Tempat di Negeri Sendiri

Kita memang berbeda dengan bangsa lain. Tidak ada kepedulian maupun keberpihakan sama sekali dengan bangsa sendiri.  Sejauh ini, zJOS baru laku satu copy di BNI, yaitu AutoXfer.  Itupun bukan suatu dukungan yang disengaja.  Ceritanya panjang.   Ringkasnya begini..  Semula untuk spool distribution BNI menggunakan 2 produk CA, yaitu CA-Dispatch dan CA-Xcom dengan harga ratusan ribu USD.  Tetapi sejak dipasang pada tahun 2000 hingga saat itu, tahun 2003, tidak menghasilkan apa-apa karena setiap dijalankan bermasalah.  Maka awal 2004 mencoba AutoXfer.  Ternyata selain terbukti lancar, hasilnya juga lebih sesuai dengan yang diharapkan.   Maka lantas bulan Agustus 2004 AutoXfer resmi masuk sistem produksi BNI.  Giliran kontrak mau dibuat, ada pihak dalam yang menuntut keadilan untuk ditenderkan.  Sudah produksi lho!  Nggak etis banget kan?  Maka hadirlah 5 pesaing yang semuanya weton Amrik.  Untungnya, ndilalah waktu itu semuanya gagal uji teknis, sehingga AutoXfer dinyatakan menang.  Tetapi harganya yang semula saya tawarkan sekitar 1/3 dari produk CA yang digantikan, ternyata ditekan habis hingga nggak sampai 1/5 harga CA.  Namun demikian toh akhirnya AutoXfer berjalan terus di sistem produksi BNI hingga hari ini tanpa ada masalah.   Tetapi sikap BNI tidak seperti kepada produk asing, mematuhi membayar perawatan tahunan.  BNI baru mau membayar perawatan tahuan AutoXfer tahun 2007 ini, dan itupun karena minta penambahan fungsi seabreg-abreg.    

Perjuangan memasarkan zJOS dilanjutkan kemana-mana, tetapi hampir semua tutup pintu.  BII dan DKI masih mending, diijinkan mendemonstrasikan.  Yang menyedihkan, ditempat lain didengar saja nggak.  Bahkan yang paling menyakitkan di BRI.  Pada saat sales saya  memohon untuk mendemonstrasikan, dijawab dengan sinis "kami akan mengundang konsultan dari Singapura untuk membuatkan software semacam itu".  

 

Silau produk luar dengan tameng peraturan     

Dua tahun sudah mondar-mandir memasarkan zJOS tanpa hasil.  Bagi yang benar-benar`tutup pintu seperti BRI, tidak sempat terbaca alasannya yang jelas.  Karena mereka tidak memberi ksempatan berkomunikasi.  Tetapi target lain seperti BCA, Garuda, KS dan bahkan BNI, karena sempat berkomunikasi, maka berbagai alasan bisa dipahami.  Ada yang beralasan sudah memakai solusi serupa (produk luar), dan tidak ada alasan untuk menggantinya karena secara bisnis sudah terbukti stabil dan tidak merugikan.  Ada pula yang beralasan tidak mau ada ketergantungan individu karena zJOS tidak didukung dengan jaminan korporasi (corporate guarantee).   Kedua alasan tersebut memang benar, baik secara logika maupun berdasarkan aturan yang ada.   Bahkan kalo dilanggar, jika kelak terjadi sesuatu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, maka yang akan kena sangsi tentu individu yang meloloskan zJOS masuk.   Inilah yang perlu dibenahi jika kita mau seperti Jepang, Korea, Cina dan India.  

Perlu ada peraturan umum yang memberi kesempatan bagi produk lokal mendapat tempat.  Semisal, tentang jaminan korporasi.  Bagaimana mungkin produk semacam zJOS bisa memiliki jaminan korporasi jika dapur R&Dnya masih ditangani oleh satu orang?  Bagimana mungkin tim R&D dikembangkan jika tidak ada dana?  Bagaimana mungkin memdapatkan dana jika tidak ada yang mau beli?   Mubeng seperti telur sama ayam kan?   Bisa dibayangkan, zJOS yang sudah ada produknya saja mengalami dilematis seperti telur sama ayam.  Apalagi jika baru ide, produknya belum ada.  Tentu akan lebih parah lagi :( 

Tetapi jika ada aturan umum yang "berpihak", tentu semua itu bisa diatasi.  Mungkin dengan cara memberikan "reword" kepada individu atau tim yang memasukkan produk lokal dan ternyata berhasil memenuhi kebutuhan.   Rewordnya tidak usah dari pemerintah, tetapi dari produser lokal tersebut.   Yah persis seperti "gaya bisnis" selama inilah...  Tetapi kali ini benar-benar resmi, sehingga tidak dikejar KPK.  Jika peraturan semacam ini dilaksanakan, banyak sekali keuntungan yang didapat:

Yang perlu diawasi penetapan harga, agar tidak terjadi "markup".  Juga harus jelas tentang kriteria produk lokal, sehingga tidak asal dibuat disini lantas menjadi produk lokal.  Harus ada orisinilitas sebagai karya intelektual lokal.   Dan tentu hanya berlaku untuk produk lokal yang bersaing dengan produk asing.     

 

zJOS/Puspa menang lawan IBM TWS di BNI, tapi diabaikan    

Dari awal tahun 2007 BNI sudah mempersiapkan untuk menggunakan workload scheduler.  Dalam hati, mungkin ini rekan-rekan di BNI memberi kesempatan bagi zJOS.  Memang saya tahu ada beberapa kawan di BNI yang berkeinginan agar semua produk zJOS bisa masuk BNI.   Bahkan di BII pun saya tahu persis ada kawan yang demikian pula.  Bulan September 2007 lalu BNI mulai mengumumkan lelang pengadaan ini.   Tentu SSH (distributor saya) buru-buru mendaftar.  Entah berapa yang perusahaan yang mendaftarkan diri, yang jelas pengumuman diulang sampai 3 kali hingga lewat lebaran dan terakhir yang lolos kualifikasi hanya SSH dan Anabatic.  SSH membawa zJOS dan Anabatic membawa IBM TWS.  

Meskipun zJOS saya bikin karena saya tahu kelemahan umum produk-produk serupa terutama produk CA, tapi tetap saja ada rasa kurang pede.  Yang pasti, fitur asesori produk asing pasti lebih banyak, maklum dibuat oleh puluhan expert.  Fitur2 asesori ini kadang bisa bikin nasabah terjebak dalam memilih.   Maka kontan saya download semua manual IBM TWS.  Setelah saya pelajari ternyata IBM TWS ini tidak lebih dari produk CA. Keduanya tidak memiliki "strong point" yang dimiliki Puspa.   Padahal spesifikasi dalam TOR tertera bahwa BNI memerlukan scheduler yang memiliki fungsi untuk memperpendek step-level triggering yang persis merupakan bagian dari strong point zJOS/Puspa.  Di dunia maya ini meskipun maya, orang tidak bisa bohong.  Bagi pembaca yang penasaran, silakan tanyakan ke IBM atau telusuri dengan cara lain.  Cara yang paling sahih, bagi para pemakai mainframe mudah sekali, dengan mendemonstrasikan sendiri zJOS/Puspa dan IBM TWS.  zJOS bisa didownload disini.   IBM TWS mungkin juga bisa download dari internet.  Kalo nggak bisa, tanyakan saja ke IBM.    

November 2007 lalu, tender digelar BNI secara terbuka.   Dalam uji kelayakan teknis zJOS tentu lulus.  Meskipun engineer SSH cara mempresentasikan tidak seluwes engineer IBM, tapi tim penguji BNI sudah tahu zJOS karena mereka sudah mencobanya sendiri sejak awal 2006.  Tetapi IBM juga diluluskan karena dalam presentasinya, engineer IBM mengatakan bahwa strong point yang dimiliki zJOS/Puspa juga dimilik IBM TWS meski tidak secara langsung, yaitu.dengan cara dibuatkan program interface dan exit-routine  Aneh ya?  Dibukunya tidak ada kok dibilang ada.  Lantas yang membuatkan program interface dan exit-routine siapa?  Apa pengguna harus sepinter IBM?   Lucu ya?   Sayangnya saat itu tidak ada waktu bagi IBM untuk mendemonstrasikan TWS.  Jadi akhirnya IBM juga lulus kelayakan teknis.  

Karena sama-sama lulus teknik, tinggal babak final, yaitu harga.  Namun saya punya keyakinan pasti menang.  Pasalnya, saya dan SSH sudah sepakat pasang maximum 1/3 harga produk asing.  Dalam hal ini yang saya pakai ukuran adalah produk CA, karena saya pernah di CA.  Setahu saya, harga CA selalu di bawah IBM.  Tentu saja siapapun pasang harga menyamai IBM, pasti nggak laku.  Ternyata begitu e-auction digelar, SSH menaikkan harga tanpa sepengetahuan saya.  Alasannya toh nantinya dalam auction bisa diturunkan.   Rupanya punya keyakinan sekali masukin angka, IBM nggak akan bisa bergerak.  Karena meskipun dinaikan, tapi masih di bawah 1/2 harga CA.   Pasti jauh di bawah harga IBM.  

Alangkah kagetnya setelah e-auction digelar.  Ternyata Anabatic memasukan harga awal IBM TWS di bawah harga zJOS :O   Kira-kira 2/3 harga zJOS.   Langsung saja SSH menurunkan posisi di bawah Anabatic.   Angka terus kejar-mengejar dan berakhir dengan posisi harga zJOS/Puspa Rp 20juta di bawah harga IBM TWS :)    Mestinya menang ya?  Ternyata tidak! :(   BNI tidak berani memenangkan rakit atas kapal induk hanya dengan selisih Rp 20 juta.   Auction berakhir tanpa ada pemenang.   Alasannya, kedua harga masih di atas HPS yang telah ditetapkan BNI.  SSH sudah menyampaikan kepada BNI siap menerima HPS.  Tetapi BNI tetap tidak berani memutuskan.   Konon ada berita bahwa tender akan diulang entah kapan.  

Secara pribadi saya penuh tanda tanya: 

  1. Apa iya sih harga IBM di bawah 1/3 harga CA?  Apa sekarang harga software mainframe sudah sedemikian murah sampai hampir menyaingi produk PC?  :(

  2. Masa iya sih BNI tidak bisa memperkirakan harga scheduler, kok menetapkan HPS sekecil itu.  Semua pemakai mainframe pasti tahu bahwa scheduler termasuk software skala menegah ke atas.  Sedangkan HPS yang ditetapkan, bahkan tidak mungkin untuk software mainframe skala terbawah pun.    

  3. Anggaplah memang HPS sudah ditetapkan sekecil itu.  Kan SSH sudah menyatakan siap untuk ditawar lagi sampai HPS tercapai.  Kenapa BNI nggak mau ya?   Padahal bagi saya (terutama), kemenangan tersebut sangat berarti.  Terutama dari segi citra, bisa menjadi referensi untuk langkah selanjutnya.  Duitnya juga perlu banget untuk kelangsungan proyek ini.  Karena tanpa duit ini, saya harus kembali menjadi buruh lagi demi kelangsungan hidup keluarga, dan tentu tidak akan ada waktu untuk melanjutkan proyek sinting ini, termasuk merawat AutoXfer yang sudah dipakai BNI.  

  4. Seandainya HPS sebenarnya tidak sekecil itu, berarti BNI hanya "ketakutan" karena selisih harganya terlalu dekat dengan IBM.  Lantas apa yang ditakuti ya?   Apa haram?   Apa akan dikejar KPK gara-gara memenangkan produk lokal dengan selisih harga terlalu kecil dibanding produk IBM?  Apa presiden RI akan marah gara-gara produk lokal menang lawan IBM?  

  5. Kalo bukan dari salah satu dari 1 s/d 4 di atas, lantas apa ya?       

Saya belum bisa membuat kesimpulan.  Namun teman-teman dekat saya banyak yang mengatakan bahwa sebenarnya BNI akan memakai zJOS, tetapi harus menempuh cara yang halal, yaitu tender.   Agar zJOS menang, HPS dibikin serendah mungkin yang tidak mungkin terjangkau oleh pesaingnya.   Lagipula, kalo zJOS menang, kan BNI bisa pake scheduler termurah di planet ini.  Toh kalo bukan BNI, siapa yang akan mau pake zJOS?   Memang kalimat terakhir pernah saya dengar meski dalam konteks guyon.   Dan memang bener kok.  Selain BNI nggak ada yang mau melirik produk lokal ini.   BII mungkin mau, tapi ownernya orang Korea.  Pasti lebih mengutamakan produk Korea.   Software ginian Korea nggak punya, ya yang penting yang diageni oleh perusahaan Korea.     

 

Pendidikan Mainframe gelagatnya terbengkalai

Dengan digantungnya tender BNI tersebut, pendidikan mainframe gelagatnya tidak bisa dilaksanakan.   Karena tidak ada dana dan tidak ada pihak yang mau mendanai.  Tim saya di Yogya sudah berusaha sekuat tenaga mencari penyandang dana, tapi nihil.  Sebenarnya banyak perguruan tinggi yang mengajukan diri untuk menjadi penyelenggara.   Terakhir adalah Universitas Widya Mataram yang kampusnya di lingkungan keraton.   Tetapi ternyata sama saja dengan Univ Gunung Kidul.  Semua cuma bisa menawarkan tempat.   Giliran ngomong dana, semua menjadi "puret".   

Sementara itu, seandainya toh kemaren zJOS menang di BNI, tetap saja dana yang saya dapat tidak akan cukup.  Kan harus dibagi dengan SSH (distributor).   Yang masuk ke saya kan hanya 60%.   Apalagi jika yang dibayarkan hanya sekecil HPS yang diributkan tsb, ya jauh panggang dari api.     

 

Padamu Negeri - negeri yang mana ya?      

Pertanyaan selanjutnya kembalii ke slogan Padamu Negeri.   Negeri yang mana ya?   Seandainya yang nyanyi orang India, pasti negeri India.  Kalo yang nyanyi orang Korea, pasti negeri Korea.  Tapi kalo yang nyanyi kita, kayaknya negerinya Amerika kali ya?  Jadi apa arti "padamu negeri" yang kita kumandangkan itu?   Apa arti persatuan dan kebangsaan yang ditulis berulangkali di buku PMP jaman saya SMP dan SMA dulu ya?   

Terkadang terpikir, sayangnya dulu sebelum dilahirkan nggak dikasih kesempatan memilih tempat ya... 

Hosted by www.Geocities.ws

1