MENEPIS
TUDUHAN MEMBELA KEBENARAN\
Bantahan
Terhadap Tuduhan Dusta dan Fitnah Fauzan al-Anshori
Oleh : Abdurrohman bin
Toyyib As-Salafy, Lc
(Dimuat di dalam Majalah adz-Dzakhirah edisi bulan
ini insya Alloh-)
Celaan demi celaan, tuduhan demi
tuduhan serta kedustaan demi kedustaan akan terus
dilontarkan bertubi-tubi kepada dakwah yang mubarokah ini (dakwah Salafiyah),
tapi Alhamdulillah -dengan seizin Allah- dakwah Salafiyah ini kan terus maju
dan semakin menebarkan keharuman sunnah dan atsar ditengah umat. Dakwah
Salafiyah kan senantiasa tegak diatas kebenaran, menampakkan yang benar dan
tidak akan menyembunyikan (sesuatu pun). Salafiyah bukanlah gerakan di bawah
tanah (seperti tikus) yang selalu bersembunyi dari satu lorong ke lorong yang
lain, dari satu selokan ke selokan yang lain. Itulah sifat/ciri dakwah
Salafiyah (Thoifah Manshuroh) yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu 'alahi wa Sallam dalam sabda
beliau :
(لا
تزال طائفة من
أمتي قائمة
بأمر الله لا
يضرهم من
خذلهم أو
خالفهم حتى
يأتي أمر الله
و هم ظاهرون
على الناس)
Artinya
: "Senantiasa
ada sekelompok dari umatku yang tegak diatas perintah (agama) Allah, tidak
memadharotkan mereka celaan serta penyelisihan orang yang menyelisihi mereka
sampai datangnya perintah Allah (hari kiamat) dan mereka (kelompok tersebut)
selalu nampak dihadapan manusia" [HR. Bukhori 8/149 dan Muslim
3/1524].
Diantara tuduhan-tuduhan batil dan
dusta yang dilontarkan kepada dakwah Salafiyah ini adalah tulisan yang berjudul
"Salafiyyun dalam sorotan
"
yang disebarkan di website Majelis Mujahidin Indonesia, kontribusi dari Fauzan
Al-Anshori -semoga Allah mengampuninya dan
memberinya petunjuk-. Tuduhan-tuduhan/syubhat-syubhat
ini sebetulnya juga pernah dilontarkan oleh mulut-mulut berbisa lainnya.
[كَبُرَتْ
كَلِمَةً
تَخْرُجُ
مِنْ أَفْوَاهِهِمْ
إِنْ
يَقُولُونَ
إِلَّا
كَذِبًا]
Artinya
: "Alangkah
jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan
kecuali dusta" [QS Al-Kahfi 5].
Oleh karenanya dengan memohon
pertolongan dan taufik-Nya, kami akan berusaha untuk menyingkap dan menepis
tuduhan-tuduhan batil ini dan membela kebenaran agar jalan Allah selalu terang
benderang malamnya seperti siangnya dan [لِيَهْلِكَ
مَنْ هَلَكَ
عَنْ
بَيِّنَةٍ
وَيَحْيَا
مَنْ حَيَّ
عَنْ بَيِّنَةٍ].
Artinya : "Agar orang yang binasa itu
binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya
dengan keterangan yang nyata pula" [QS Al-Anfaal 42].
Simak dan
nikmati bantahan terhadap tuduhan serta syubhat-syubhat yang ada di dalam artikel
"Salafiyyun dalam sorotan
.." .
Syubhat/tuduhan
Fauzan berkata : Sejak beberapa puluh
tahun yang lalu, ditengah kaum muslimin muncul sebuah gerakan yang menamakan
dirinya Salafiyah atau salafiyyun.
Bantahan
Perlu diketahui bersama bahwa Salafiyah bukanlah suatu
gerakan/partai/golongan yang serupa dengan Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir
atau Jama'ah Tabligh atau NII yang didirikan beberapa puluh tahun yang lalu
oleh pemimpin-pemimpin besarnya seperti Hasan Al-Banna, Taqiyuddin An-Nabhani,
Muhammad Illyas dan Kartosuwiryo. Dakwah Salafiyah adalah
nisbah/menisbatkan diri kepada manhaj/metode salaf (sahabat, tabi'in dan
tabi'ut tabi'in) dan bukan aliran baru dalam Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu berkata : "Tidak
tercela orang yang menampakkan madzhab salaf dan menisbatkan diri kepadanya,
bahkan wajib untuk menerima hal tersebut menurut kesepakatan, karena tidaklah
madzhab salaf itu kecuali benar" [Majmu' Fatawa 4/149].
Salafiyah adalah silsilah dakwah para salaf,
pemegang tongkat estafet dakwah mereka. Salafiyah selalu berusaha mewujudkan sabda Nabi dalam hadits Firqotun Najiyah
: [ما أنا
عليه اليوم
وأصحابي] Artinya : "Yang
mengikuti aku dan para sahabatku" [HR Tirmidzi dengan sanad yang
hasan]. Salafiyah merupakan perwujudan dari anjuran ulama salaf
, diantaranya Imam Al-'Auzai Rahimahullahu yang
berkata : "Bersabarlah diatas sunnah, berhentilah kemana (para salaf)
berhenti, katakan dengan apa yang mereka katakan dan cegahlah dari apa yang
mereka cegah. Telusurilah jejak salafush sholeh karena akan
mencukupimu apa yang mencukupi mereka". Lebih dari itu Salafiyah adalah pengikut setia para
salaf yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :
[وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ
مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُمْ
بِإِحْسَانٍ
رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ
وَرَضُوا
عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ
جَنَّاتٍ
تَجْرِي
تَحْتَهَا
الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ
فِيهَا
أَبَدًا
ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ]
Artinya : "Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
"
[QS At-Taubah 100].
Madzhab Salaf (dakwah Salafiyah) adalah manhaj yang
benar karena dia berlandaskan kepada Al-Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman para
salafush sholeh. Inilah yang harus kita katakan seperti yang
telah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah diatas. Adapun pribadi
orang yang menisbatkan kepada manhaj ini maka kita katakan :
[كل بني
آدم خطاء و
خير الخطائين
التوابون] Artinya : "Setiap
manusia itu pernah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang salah adalah yang
bertaubat" [HSR Ibnu Majah]. Dan kita katakan seperti yang dikatakan
oleh Imam Malik Rahimahullahu : "Tidak ada seorangpun setelah Nabi Shallallahu
'alahi wa Sallam melainkan diambil ucapannya atau ditolak".
Saya sarankan kepada penulis untuk dia
membaca kitab "Limaadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy
?" karya Syaikh Salim bin 'Ied Al Hilaly agar dia Fauzan- tidak
asal berbicara tentang Salafiyah tanpa ilmu. Allah Subhanahu
wa Taala berfirman
:
[وَلَا
تَقْفُ مَا
لَيْسَ لَكَ
بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ
كُلُّ
أُولَئِكَ
كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا]
Artinya
: "Dan jangan
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya" [QS.
Al-Israa 36]
Syubhat/tuduhan
Fauzan berkata : Bagaimana aqidah dan
manhaj mereka (salafiyyun) menurut Al-Qur'an dan sunnah ala fahmi salafush
sholeh ?
Bantahan
Siapakah Salafush Sholeh menurutmu ? apakah Dzul Khuwaisiroh
atau Abdurrohman bin Muljam? ataukah Washil bin 'Atho?
ataukah Abdullah bin Saba' atau Sayid Qutub ? Jika anda ingin tahu aqidah kita
dan manhaj salaf cobalah anda buka "Ushulus Sunnah" karya Imam
Ahmad yang telah kami terjemahkan dan kami muat dalam Adz-Dzakhiroh edisi 13
lalu, atau coba baca "Syarhus Sunnah" oleh Imam Al-Barbahari
yang salafiyun belajar aqidah dan manhaj darinya dan dari kitab aqidah ulama
salaf. Mungkin anda tidak pernah mengetahui buku2 tersebut dan kami rasa tidak
akan mungkin anda mau membacanya dengan baik karena kitab-kitab ulama salaf tersebut
sangat amat menyelisihi anda dan yang semisal dengan anda (atau mungkin anda
tidak bisa membaca ???).
Syubhat/tuduhan
Fauzan berkata : Pertama, Salafiyun Ta'ashub dan taqlid
buta. Bila
diperhatikan, sebenarnya sikap ini bukanlah sebuah kebetulan belaka.
Sikap ini lahir dari sikap hizbiyyah mereka, yang mereka terima dari para
syuyukh mereka sendiri
Bantahan
Seperti kita katakan
bahwa salafiyyun hanya menyeru kepada metode para salaf (sahabat, tabi'un dan
tabi'ut tabi'in) dalam segala bidang. Salafiyah bukan seperti
"Ikhwanul Muslimin" yang menyeru kepada manhaj 'gado-gadonya' Hasan
Al-Banna yang extrim dalam kesufiannya atau seperti "Jama'ah Tabligh"
yang menyeru kepada manhaj pendirinya Muhammad Ilyas yang juga tenggelam dalam
empat toriqot sufiyah atau kelompok-kelompok lain yang hanya menyeru kepada
perorangan atau pembesar mereka. Tidak ada yang lebih membuktikan akan jauhnya Salafiyah dari ta'ashub dan taqlid buta
melainkan seruan mereka di mesjid-mesjid, halaqoh-halaqoh, majalah-majalah dll
untuk kembali kepada manhaj salaf bukan kepada perorangan seperti yang
dituduhkan. Coba anda lihat Muqodimah kitab "Sifat Sholat Nabi" oleh Syaikh al-Muhaddits Muhammad
Nashiruddin Al-Albani Rahimahullahu yang
sangat jauh dari seruan kepada ta'ashub atau "Iiqoozhul himmah
littiba'i nabiyyil ummah" oleh Kholid bin Abdillah An-Najmy yang kami
ajarkan dimasjlis ta'lim kami.
Dakwah Salafiyah menyeru andam
muslimin agar tidak menuntut ilmu melainkan dari ahli sunnah
yang selalu menyeru kepada aqidah tauhid dan sunnah serta membasmi syirik,
khurofat dan bid'ah. Dakwah Salafiyah melarang andam muslimin
untuk menimba ilmu dari ahli bid'ah yang menyeru kepada bid'ah dengan segala
bentuknya. Dan perkara ini diambil oleh Dakwah Salafiyah dari para salaf
mereka seperti Ibnu Sirin Rahimahullahu yang mengatakan : "Ilmu
ini adalah agama itu sendiri maka lihatlah darimana kamu mengambil ilmu
tersebut" dan dari ucapan beliau juga : "Dahulu para salaf
(sahabat) tidak pernah bertanya tentang isnad tapi ketika terjadi fitnah mereka
bertanya : siapa guru-gurumu ? jika guru tersebut dari
ahli sunnah maka diambil haditsnya tapi jika dari ahli bid'ah maka ditolak
haditsnya" [Muqqoddimah Shohih Muslim dalam bab Annal Isnad Minad
Diin].
Ketahuilah Salafiyah bukan seperti
kelompok-kelompok hizbiyah yang menerima semua golongan baik syi'ah maupun
mu'tazilah. Mereka
(orang-orang harokah) bak tong sampah yang menerima semua kotoran. Imam
Al-Auza'i, pernah diceritakan kepada beliau bahwa ada seseorang yang mengatakan : 'aku
terkadang duduk (menimba ilmu -pent) dari ahli sunnah dan terkadang aku duduk
(menimba ilmu -pent) dari ahli bid'ah'. Maka Imam Al-Auza'i mengatakan : 'orang
itu ingin menyamakan kebenaran dengan kebatilan'.
Syubhat/tuduhan
Ucapan penulis (Fauzan
Al-Anshori) yang mengatakan
: 'adalah Syaikh Ali Hasan Al Halabi Al Atsari -seorang syaikh panutan mereka
yang mengakui dirinya Syaikh salafiyyin ketiga setelah syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani dan syaikh Muhammad Ibrohim Syuqroh- yang mengatakan
ijma' tentang kedudukan tiga syuyukh salafiyyun ini dengan mengatakan :
"Para ulama kami yang agung itu, mereka itulah bintang-bintang pemberi
petunjuk dan meteor yang tinggi, barangsiapa berpegang teguh dengan mentaati
mereka, mereka itulah yang selamat dan barangsiapa memusuhi mereka, maka dialah
orang yang tersesat" (At Tahdziru Min Fitnatit Takfir hal.39)
Bantahan
Darimana anda mendapatkan pengakuan
Syaikh Ali bahwa beliau mengklaim sebagai syaikh ketiga ?
Coba buktikan kepada kami bila anda benar-benar bukan
pendusta ulung? [قُلْ
هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ] Artinya : "Katakanlah : tunjukkan bukti kebenaranmu
jika kamu adalah orang yang benar" [QS Al-Baqarah 111].
Disini timbul
beberapa pertanyaan setelah kami baca langsung ucapan Syaikh Ali dalam bukunya "At-Tahdziru
Min Fitnatit Takfir". Pertanyaan-pertanyaan itu adalah :
1.
Apakah Fauzan
Al-Anshori punya/pernah
melihat kitab tersebut ?
2.
Apakah Fauzan
Al-Anshori paham bahasa
arab ?
3.
Apakah Fauzan
Al-Anshori bisa baca kitab
arab gundul ?
4.
Apakah Fauzan
Al-Anshori pernah membaca
kitab tersebut ?
5.
Apakah Fauzan
Al-Anshori hanya membeo
para pendahulunya dalam masalah ini ?
6.
Apakah Fauzan
Al-Anshori sengaja berdusta ????????
Mengapa
timbul pertanyaan-pertanyaan seperti diatas ? Karena apa yang dia pahami dari nukilan tersebut tidak sama dengan
apa yang ditulis oleh Syaikh Ali dalam bukunya. Syaikh Ali memaksudkan tiga
syuyukh (para ulama kami) adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Syaikh
Bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahumullahu. Tapi Fauzan Al-Anshori
mengatakan yang berlainan dengan fakta, dia memahami tiga syuyukh itu adalah
Al-Albani, Muhammad Ibrohim Syuqroh dan Syaikh Ali sendiri.
Syaikh Ali dalam buku tersebut mengatakan (sebelum nukilan yang
dibawakan penulis diatas) : "Wahai pembaca,
buku ini adalah kumpulan ucapan tiga ulama pada zaman ini, mereka adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani,
Syaikh Abdul Aziz Bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahumullah". Wahai Fauzan
Al-Anshori kalau anda
memang membaca buku tersebut, bacalah dengan mata terbuka dan ditempat
bercahaya, serta jangan anda membaca di dalam mimpi atau di gua di dalam hutan
belantara di saat malam yang gelap gulita!!!!!
Adapun ucapan Syaikh Ali : "Para ulama
kami
.." maka telah beliau jelaskan langsung maksud dan beliau
sebutkan atsar dari para salaf yang serupa dengan ucapan beliau tersebut. Tapi
sayang mengapa penulis (Fauzan Al-Anshori) tidak menukilnya ?
Fauzan
Al-Anshori memotong-motong
ucapan/nukilan hingga bisa menipu dan mengelabui orang-orang awam, seperti yang
Fauzan
Al-Anshori lakukan pada
saat menukil ucapan Syaikh Muhammad Ibrahim Syuqroh yang akan kami jelaskan
nanti -InsyaAllah-. Dan ini diantara metode ahli bid'ah
sepanjang zaman untuk membuat talbis/syubhat ditengah umat. Metode
seperti ini bak orang yang membaca Al-Qur'an : [فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ] "Celakalah
orang-orang yang shalat" [QS Al-Maa'un 4], kemudian dia berhenti
disini dan tidak meneruskan ayat selanjutnya. Atau dia
memotong ayat [يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ
ءَامَنُوا
لَا
تَقْرَبُوا
الصَّلَاةَ] "wahai orang-orang yang beriman
janganlah anda mendekati/melaksanakan shalat" [QS AN-Nisa' 43].
-Na'uudzu billahi minadh dholaalati wal
jahaalati-.
Syaikh Ali bin Hasan -hafidzallahu-
setelah mengatakan hal diatas beliau berkata :
Sesungguhnya
aku yakin bahwa sebagian anak yang masih ingusan dan pendek akalnya -tapi sudah
berani berfatwa - akan berteriak kencang memperingatkan teman dan pengikutnya
sambil mengatakan : 'ini adalah taqlid (buta) ! Kita menolak taqlid
!!'. Mereka mengatakan seperti ini agar hanya merekalah yang berhak
untuk di taqlid !! Perkataan merekalah yang berhak
didengar dan diterima!! Alangkah sesuainya mereka dengan apa yang dikatakan
seorang penyair :
إذا
ما خلا الجبان
بأرض
طلب الطعن وحده
و النزالا و
Apabila
bumi hanya dihuni seorang pengecut
Maka
dia akan menantang untuk berperang sendirian.
Saya
Syaikh Ali- katakan kepada orang ini dan yang semisalnya, anda dan pendukung-pendukung anda belum
tahu cara menangkal taqlid, hukum taqlid atau taqlid
yang tercela kecuali dari jalan mereka (para ulama). Apakah anda kira mereka
(para ulama) itu -dengan kealiman dan besarnya keyakinan mereka- mereka
menyelisihi prinsip yang telah mereka pegang dan yang mereka jelaskan
?
Disana terdapat perbedaan yang sangat
jauh antara permasalahan-permasalahan yang terperinci yang terkadang
tersembunyi kebenaran didalamnya dari seorang alim baik secara nash,
fiqh/pemahamannya, bahasanya lalu alim tersebut salah dan ditaqlid (oleh
manusia) dengan permasalahan besar yang tidak boleh bagi seorangpun untuk
berkecimpung (berfatwa) kecuali ulama-ulama besar seperti masalah kekafiran dan
pengkafiran, perdamaian dan peperangan serta yang mencakup masalah umat dan
pembantaian, pengusiran, pembunuhan, penafkahan harta, kegoncangan dalam umat,
fitnah dan lain-lain.
Barangsiapa yang
belum tahu perbedaan kedua hal ini maka dia tidak pantas untuk dia mendebat
ulama atau menduduki singgasana ulama ataupun mencela ulama.
Diantara atsar para ulama salaf yang
menguatkan ucapan saya diatas adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Khotib
Al-Baghdady dalam "Tarikh" nya 3/268 bahwasanya Abdullah bin Mubarok Rahimahullahu ditanya tentang ittiba'
(siapa yang berhak diikuti -pent) beliau menjawab :
'yang berhak diikuti adalah Husein bin Waaqid dan Abu Hamzah As-Sukkari'.
Didalam Sunan Tirmidzi 6/335 : 'bahwasanya Abdullah bin Mubarok pernah ditanya
tentang hadits (Tangan Allah diatas jama'ah
.) Siapakah jama'ah itu ? Beliau menjawab : Abu Bakar dan Umar. Beliau ditanya lagi : Abu Bakar dan Umar telah meninggal ? Beliau menjawab : Fulan dan fulan. Beliau ditanya lagi : Mereka telah meninggal. Abdullah bin Mubarok mengatakan : Abu Hamzah As-Sukkari adalah jama'ah'.
Saya Syaikh Ali- katakan
: Hidupnya para ulama adalah kehidupan dan kelanggengan bagi umat ini.
Mendekatnya umat kepada para ulama adalah sebab bagi bangkitnya umat ini,
bahkan dahulu pernah dikatakan hidupnya ulama adalah hidupnya/bangkitanya alam
semesta.
Adapun mencaci, mencela dan menuduh
para ulama yang mengakibatkan (jauhnya umat dari ulama -pent) dan mendekatkan
umat kepada anak-anak yang masih ingusan yang hanya ingin popularitas maka ini
adalah (kabar duka) yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu 'alahi wa Sallam : "Sesungguhnya
diantara tanda-tanda kiamat adalah diambilnya ilmu (agama) dari anak-anak
ingusan/bodoh" [HR Al-Lalikai dalam 'Syarhu Ushul I'tiqod Ahli
Sunnah' 102].
Hukum yang disepakati oleh ketiga imam
dan ulama/fuqoho tersebut, tidak terlalu jauh dari kebenaran jika ada yang
mengatakan hal tersebut sebagai ijma' dan bahwasanya hal tersebut adalah benar
serta merupakan petunjuk karena mereka adalah imam-imam/ulama pada zaman ini
["At-Tahdziru
Min Fitnati Takfir" hal 42-45].
Wahai Fauzan Apakah ucapan Abdullah bin Mubarok Rahimahullahu diatas bisa anda katakan sebagai seruan
kepada taqlid ? apakah anda pernah membaca ayat dalam
surat An-Nisa' 59 : [يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ
ءَامَنُوا
أَطِيعُوا
اللَّهَ
وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ
وَأُولِي
الْأَمْرِ
مِنْكُمْ] Artinya : "Hai
orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu.."?
Syubhat/tuduhan
Ucapan penulis (Fauzan
Al-Anshori) yang mengatakan : 'pernyataan bahwa siapa yang bergabung dengan
Syaikh fulan dan membelanya baik benar maupun salah berarti kelompok yang benar
Bantahan
Salafiyah tidak pernah menyeru untuk
membela ulama jika salah tapi Salafiyah menghormati ulama -yang betul-betul
ulama- yang menyeru kepada aqidah dan sunnah shohihah
serta melarang dari syirik dan bid'ah. Coba anda tunjukkan kepada kami bahwa
Salafiyah membela ulama jika salah ???
Salafiyah bukan
seperti da'i-da'i harokah/pergerakan yang selalu mencela ulama. Mereka, da'i-da'i pergerakan tidak mau merujuk kepada ulama
meskipun dalam masalah besar yang menyangkut umat manusia. Mereka seenaknya berfatwa tanpa bercermin terlebih dahulu.
Padahal Allah Subhanahu wa Taala
berfirman : [فَاسْأَلُوا
أَهْلَ
الذِّكْرِ
إِنْ
كُنْتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ]
Artinya : "Bertanyalah kepada ulama jika kalian tidak mengetahui"
[QS Al-Anbiya' 7]. Dan Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman : "Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri (ulama) diantara mereka tentulah orang-orang yang
ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan
ulama)" [QS An-Nisa 83].
Sungguh sangat
menyedihkan keadaan umat sekarang, mereka yang masih ingusan sudah berani
berfatwa dan mencela ulama. Sebagian dari mereka yang berfatwa terkadang
belum bisa membaca kitab-kitab ulama yang berbahasa arab,
tapi hanya menukil buku-buku terjemahan. Maka pantas kalau dikatakan
:
لمثل
هذا يذوب
القلب من كمد إن كان
في القلب
إسلام و إيمان
Karena hal seperti inilah hati
meleleh dengan kesedihan
Jika didalam hati ini masih
terdapat keislaman dan keimanan
Imam Malik Rahimahullahu pernah mengatakan : "Tidaklah aku berfatwa hingga ada 70
ahli ilmu menyaksikan bahwa aku telah layak untuk berfatwa" [Sifatul Fatwa wal Mustafti (7) oleh Ibnu
Hamdan].
Coba anda renungkan ucapan-ucapan
masyayikh dakwah Salafiyah tentang taqlid, apakah sama dengan apa yang anda tuduhkan ?
1.
Syaikh Muqbil
bin Hadi Rahimahullahu pernah
ditanya tentang taqlid, lalu beliau menjawab : 'Taqlid itu haram, tidak boleh bagi seorang
muslim untuk taqlid dalam agama. Allah Ta'ala berfirman :
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya" [QS Al-A'raf 3].
'Beliau mengatakan : 'Aku bukanlah hujjah, maka wajib bagimu untuk meminta kepadaku dalil
sebab hujjah itu ada pada Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Sallam
.' ["Tuhfatul Mujiib 'ala As-Ilatil
haadhir wal Ghoriib" oleh Syaikh Muqbil bin Hadi 205-206].
2.
Syaikh
Salim bin 'Ied Al-Hilaaly -حفظه
الله
-
mengatakan : 'Sesungguhnya metode Islam
dalam menuntut ilmu baik dalam masalah pokok maupun furu'/cabang hanya satu
yaitu menyeru manusia untuk mengikuti dalil. Tidak boleh taqlid kecuali dalam
keadaan terpaksa yaitu ketika tidak mampu mengenal dalil dan menelusurinya,
baik dalam masalah aqidah atau hukum. Barangsiapa yang mampu berijtihad dalam
masalah Fiqih -misalnya- tidak boleh baginya untuk taqlid
' ["Al-Moqoolaat
As-Salafiyah" oleh Syaikh Salim Al-Hilaaly hal 31].
3.
Syaikh
Muhammad bin Hadi Al-Madkholi -حفظه
الله
-
mengatakan : 'Taqlid dalam Islam adalah
mengikuti suatu ucapan yang tidak ada dalilnya. Dan ini dilarang dalam agama.
Adapun ittiba' adalah (mengikuti suatu ucapan/perbuatan -pent) yang ada
dalilnya. Taqlid dalam agama Allah tidaklah dibenarkan sedangkan ittiba' dalam
agama diperbolehkan dan taqlid itu dilarang
.' ["Al-Iqna' bimaa ja-a 'an Aimmatid dakwah Minal Aqwal Fil Ittiba' "
oleh Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkholi hal 105].
4.
Syaikh Ali
bin Hasan Al-Halaby - حفظه
الله - mengatakan
: 'Taqlid adalah mengambil
perkataan orang lain tanpa dalil dan ini adalah batil menurut para imam empat.
Abu Hanifah mengatakan : 'Tidak boleh bagi
seseorang untuk mengambil perkataan kami selama dia tidak tahu darimana kami
mengambilnya
.'. Syaikh Ali mengomentari Abul Hasan Al-Karkhi -yang menyeru
kepada ta'ashub- yang dia mengatakan : 'setiap ayat
yang menyelisihi madzhab kami maka dia harus ditakwil atau dikatakan
mansukh/terhapus, demikian juga dengan hadits'. Beliau (Syaikh Ali) mengatakan : 'ini
adalah ucapan batil dan sangat batil'. ["At-Tashfiyah
wat tarbiyah" oleh Syaikh Ali bin Hasan hal 50-52].
Inilah
dakwah Salafiyah. Inilah seruan da'i-da'i Salafiyah. Baca dan renungkanlah
jika anda masih belum buta !!!!
الحق
شمس و العيون
نواظر
لكنها تخفى
على العميان
Kebenaran itu bak mentari dan
mata-mata ini memandangnya
Akan tetapi matahari itu
tersembunyi bagi si buta
Allah Subhanahu
wa Taala berfirman
:
[فَإِنَّهَا
لَا تَعْمَى
الْأَبْصَارُ
وَلَكِنْ
تَعْمَى
الْقُلُوبُ
الَّتِي فِي
الصُّدُورِ]
Artinya
: "Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang
didalam dada" [QS
Al-Hajj 46]. Jika anda ingin tahu siapa penyeru ta'ashub, silahkan lihat ucapan
Hasan Al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin : 'Sesungguhnya
yang aku maksud dengan pemahaman disini adalah anda menyakini bahwa
pemikiran-pemikiran kita adalah Islam yang benar dan anda harus memahami Islam
ini sesuai dengan apa yang kami pahami
' ["Majmu'atu
Rasaail Al-Imam Asy-Syahiid" hal 363]. Sa'id hawa mengatakan : 'Tidak ada dihadapan andam muslimin kecuali
pemikiran ustadz Al-Banna jika mereka ingin jalan yang benar' ["Fil
Aafaaqit Ta'aaliim" hal 5].
Syubhat/tuduhan
Fauzan menuduh salafiyun sebagai berikut : Ciri salafiyun kedua, Sekulerisme. Maka
inilah yang terjadi bagaimana sebuah kelompok yang menamakan dirinya
salafiyyun, pengikut salafush sholeh, namun menganut paham sekulerisme
Bantahan
Lagi-lagi Fauzan
Al-Anshori berdusta kepada
dakwah Salafiyah, takutlah anda wahai Fauzan Al-Anshori dari sabda Nabi Shallallahu 'alahi wa
Sallam : "Bukankah
manusia itu ditelungkupkan wajah-wajah mereka didalam neraka dengan sebab
ucapan lisan-lisan mereka" [HSR. Tirmidzi 2616].
Dan tidaklah anda khawatir untuk menjadi pemilik sifat-sifat orang-orang munafik : "Empat hal barangsiapa yang memilikinya
maka dia adalah seorang munafik. Dan jika ada sebagiannya saja maka dia telah
memiliki sebagian dari sifat kemunafikan hingga dia meninggalkannya
: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari,
apabila berselisih dia curang dan apabila bersepakat dia mengkhianati"
[Muttafaqun 'alaihi].
Inilah
ucapan-ucapan masyayikh dakwah Salafiyah tentang berhukum hanya kepada Allah :
1.
Syaikh Kholid
bin Ali bin Muhammad Al-Anbari - حفظه
الله - mengatakan
: "Diantara perkara yang
tidak diperselisihkan lagi, adalah bahwa Allah satu-satunya yang berhak
menghukumi diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang berhak menyamai
hukum-Nya meski tinggi kedudukan dan sempurna akalnya. Dialah sebaik-baik yang
membuat hukum, hukum-Nya adalah benar dan adil secara mutlak. Adapun selain
hukum Allah dari undang-undang buatan serta hukum-hukum jahiliyah maka hal itu
adalah kedzoliman, kesesatan yang jauh
" [Muqoddimah (cetakan ke 5)
kitab "Al-Hukmu bighoiri maa anzalallhu" oleh Syaikh Kholid hal 17].
2. Syaikh Ali bin Hasan, Salim bin 'Ied
Al-Hilaali, Masyhur bin Hasan Alu Salman, Husein Al-'Awaayisyah, dan Muhammad
bin Musa Alu Nash - حفظهم
الله - mereka semua
mengatakan dalam "Mujmal Masaailul
Iman hal 23 dalam bab berhukum dengan hukum Allah :
a. Berhukum
dengan hukum Allah adalah suatu kewajiban (yang fardhu 'ain) bagi setiap muslim baik perorangan maupun kelompok, baik pemimpin ataupun
rakyat. Semuanya adalah pemimpin dan semua akan
diminta pertanggungan jawab atas yang dipimpinnya.
b. Berhukum
dengan hukum Allah mencakup segala bidang (kehidupan) umat manusia semuanya
baik dalam bidang aqidah, dakwah, tarbiyah, akhlak, ekonomi, politik,
sosiologi, kebudayaan dll.
c. Meninggalkan berhukum dengan hukum Allah termasuk sebab
segala bencana, perpecahan, kehinaan dan kenistaan yang telah meliputi umat ini
baik perorangan maupun golongan.
Adapun apa yang anda nukilkan wahai Fauzan
Al-Anshori -semoga Allah memberimu
petunjuk dan membalasmu jika anda memang sengaja berdusta- dari ucapan Syaikh Muhammad Ibrohim Syuqroh
maka sekali lagi kami ingin bertanya kepadamu :
1.
Apakah anda
wahai Fauzan menukil langsung ucapan ini dari kitab aslinya atau anda hanya
mencomotnya dari leluhurmu ?
2.
Apakah anda
paham bahasa arab ?
3.
Apakah anda
paham ucapan Muhammad Ibrohim Syuqroh ?
4.
Apakah anda
punya buku "Hiyas Salafiyah Nisbatan wa Aqidatan.."
?
5. Apakah anda memang sengaja mengambil yang
sesuai hawa nafsumu atau yang dibisikkan oleh syaitan-syaitanmu dan
meninggalkan apa yang tidak sesuai dengan seleramu ? "Apakah
kamu beriman kepada sebagian kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain"
[QS Al-Baqoroh 85].
Memang metodemu seperti yang telah kita katakan, bak orang yang
membaca [فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ] "Celakalah
orang-orang yang shalat" [QS Al-Maa'un 4], atau memotong ayat [يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ
ءَامَنُوا
لَا تَقْرَبُوا
الصَّلَاةَ] "wahai
orang-orang yang beriman janganlah anda mendekati/melaksanakan shalat"
[QS AN-Nisa' 43], kemudian dia berhenti tidak menyambungnya. -Na'udzu billahi minadh dholaalati wal
jahaalati-.
Tidakkah anda baca dalam kitab "Hiyas
Salafiyah Nisbatan wa Aqidatan" hal 167 yang jelas-jelas beliau
menolak sekularisme : "Dan kita tidak mengatakan : berikan hak kaisar kepada kaisar dan hak
Tuhan kepada Tuhan". Bahkan
pada hal 164 beliau mengatakan : "Sesungguhnya
politik yang tidak berdasarkan kepada aqidah dan hukum-hukum syariat akan
mendorong kelompok-kelompok sesat menentang Islam secara keseluruhan
."
Dan beliau juga mengatakan pada hal 173 : "Politik islam adalah bagian dari
aturan-aturan Islam yang umum, tidak boleh untuk melalaikan dan meniadakannya
dari aturan Islam. Ketika Islam telah memiliki daulah yang melindungi politik
Islam dan para politikusnya maka politik tersebut akan menjadi suatu amal yang
disunnahkan bagi umat Islam karena dua hal :
a. Politik membutuhkan spesialis dan para
pakar.
b. Politik termasuk bagian
dari kepemimpinan."
Adapun maksud ucapan Syaikh Muhammad
Ibrohim Syuqroh yang anda
nukil maka tidaklah seperti apa yang anda pahami. Beliau hanya menggambarkan keadaan politik sekarang yang tidak ada
lagi amar ma'ruf dan nahi anil mungkar, yang telah bercampur aduk antara
kebenaran dan kebatilan. Beliau memberikan contoh orang yang terjun
kedalam kancah politik : "Misalnya seseorang
yang berkecimpung dalam kancah politik dia melaksanakan shalat sedangkan
temannya tidak shalat maka tidak dibenarkan orang yang shalat tersebut mencela
temannya yang tidak shalat
...." .Kemudian beliau mengatakan
: "Apakah politik seperti ini bisa dibenarkan/diterima ?! Saya kira bahwa slogan 'berikan hak kaisar kepada kaisar dan hak
Tuhan kepada Tuhan' adalah sebuah kalimat hikmah/bijaksana yang sesuai dengan
(fakta) zaman ini" ["Hiyas
Salafiyah Nisbatan wa Aqidatan" hal 172]. Beliau dengan ucapannya ini bukan menyetujui/mendukung ucapan
sekuler diatas tapi hanya menjelaskan alangkah sesuainya politik sekarang
dengan ucapan sekuler diatas. Maka baca dan pahamilah dengan benar
wahai Fauzan Al-Anshori !!! Kalau anda tidak punya kitabnya, kemarilah
akan kami tunjukkan kesalahpahamanmu ini !!!
و
كم من عائب
قولا صحيحا و
آفته من الفهم
السقيم
Berapa
banyak orang yang mencela ucapan yang benar ????
Sebabnya karena pemahaman yang salah/buruk
Dakwah Salafiyah memang tidak mau terjun ke
kancah politik sekarang yang penuh dengan kekotoran, kemunafikan dan kekufuran. Bahkan dakwah Salafiyah
menyakini diantara politik (sekarang) adalah meninggalkan politik. Dakwah Salafiyah hanya ingin politik Islam
yang murni, bukan seperti mereka yang dahulunya mengatakan 'tidak ada hukum
selain hukum Allah' dan 'barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah
maka dia kafir' tapi ketika mereka sudah masuk ke kancah politik atau parlemen
dia lupa dengan ucapannya tadi, dia disumpah dengan selain hukum Allah, dia
ridho Islam jadi barang dagangan yang bisa ditawar di pasar parlemen, diapun
tidak sadar telah berhukum dengan selain hukum Allah, bercampur baur/ikhtilat
dengan lawan jenis dan lain-lain dari kemungkaran. [مَا
لَكُمْ
كَيْفَ
تَحْكُمُونَ] Artinya : "Mengapa kamu (berbuat demikian)
bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" [QS Al-Qolam
36].
Apakah ini cara mendirikan khilafah Islamiyah
??? Apakah mereka ingin menghalalkan segala cara untuk tujuan yang mulia ??? Jika iya, (dan inilah fakta yang ada), maka
alangkah serupanya mereka dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yahudi
yang mendirikan kaidah "Al-Ghoyah
tubarrirul wasilah" (tujuan itu menghalalkan segala cara), seperti
yang dijelaskan dalam firman-Nya : [وَقَالَتْ
طَائِفَةٌ
مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ
ءَامِنُوا
بِالَّذِي
أُنْزِلَ
عَلَى الَّذِينَ
ءَامَنُوا
وَجْهَ
النَّهَارِ
وَاكْفُرُوا
ءَاخِرَهُ
لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ]
Artinya : "Berimanlah (perlihatkan keimanan) dengan apa yang diturunkan
kepada orang-orang yang beriman pada permulaan siang dan ingkarilah ia apada
akhirnya supaya orang-orang beriman kembali kepada kekafiran" [QS Ali
Imron 72].
Dakwah Salafiyah
bukan mengingkari tujuan kalian yang mulia untuk mendirikan khilafah islamiyah,
tapi dakwah Salafiyah mengingkari cara/metode kalian yang salah. Kita
(dakwah Salafiyah) mengingkari dzikir berjamaah, bukan berarti kita melarang
dzikir, tapi kita mengingkari caranya yang tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu 'alahi wa
Sallam bersabda
: [من عمل
عملا ليس عليه
أمرنا فهو رد]
Artinya : "Barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah yang tidak
sesuai dengan sunnahku maka amal tersebut tertolak" [HR Muslim]. Hadits ini bukan hanya berkaitan dengan ibadah ritual seperti
shalat, puasa haji dll, tapi umum mencakup segala permasalahan agama semisal
dakwah dan jihad.
Dari Sa'id bin Musayyib Radhiyallahu
anhu bahwasanya beliau melihat
seseorang yang shalat setelah terbit fajar lebih dari 2 rakaat dan dia
memperbanyak ruku' pada shalatnya tersebut, maka Sa'id bin Musayyib pun
melarangnya. Lalu orang tersebut berkata : 'Wahai Aba Muhammad, apakah Allah akan
mengadzabku karena shalatku ?' Sa'id bin Musayyib berkata
: 'Tidak, tapi Allah mengadzabmu
karena anda menyelisihi sunnah' [HR Baihaqi dan dishohihkan oleh Syaikh
Al-Albani dalam 'Irwa'ul Gholil' 2/236].
Jika anda ingin tahu bagaimana politik yang diinginkan dakwah
Salafiyah, baca "As-Siyasah Al-Lati Yuriiduhas Salafiyyun"
oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman - حفظه
الله -. Dan perlu diketahui
bahwa Salafiyah tidaklah mencela mereka yang selalu mencaci maki, melaknat dan
mendemo para penguasa, melainkan dalam rangka mengikuti jejak ulama salaf
seperti Imam Al-Barbahari yang mengatakan dalam kitabnya "Syarhus Sunnah"
hal 212 (beserta syarah/penjelasan dari Syaikh al-Allamah Ahmad Yahya An-Najmy
hafizhahullahu) : "Jika anda melihat ada
seseorang yang melaknat (mencaci-maki/mencela -pent) penguasa maka ketauhilah
dia adalah pengekor hawa nafsu..". Kalau anda ingin tahu cara salafiyun dalam bermuamalah (amar ma'ruf dan nahi 'anil
mungkar) kepada penguasa coba baca "Mu'amalatul Hukkam Fii Dho'ii Kitab
was Sunnah" oleh Syaikh Abdussalam Barjas rahimahullahu.
Syubhat/tuduhan
Fauzan menuduh :
Ketiga. Menihilkan jihad. Ta'thil (menihilkan) jihad, itulah salah satu (sifat
gerakan) salafiyyun
..
Bantahan
Wahai Fauzan
Al-Anshori
dan
yang serupa denganmu, semakin anda berceloteh semakin anda tambah dusta dan
dosamu. Takutlah akan siksaan Allah dan dari sifat
kemunafikan. Seorang muslim -Insya Allah- jika masih
ada keimanan dalam dirinya maka semangat untuk berjihad meninggikan kalimat
Allah tentulah masih berkobar dalam hatinya. Mungkin anda Fauzan
Al-Anshori tidak tahu
ucapan para ulama dan masyayikh dakwah Salafiyah tentang jihad, oleh karenanya
simak ucapan mereka ini :
1.
Samaahatusy
Syaikh Bin Baz Rahimahullahu berkata
: "Sesungguhnya
jihad fii sabiilillah termasuk semulia-mulianya ibadah dan seagung-agungnya
ketaatan. Jihad adalah suatu hal yang layak untuk anda muslimin berlomba-lomba
didalamnya. Semua itu, karena dampak positif yang ditimbulkannya yaitu dapat
menolong andam mukminin, meninggikan kalimat Allah, membasmi orang-orang kafir
dan munafik, membuka jalan bagi dakwah islamiyah diseantero dunia, mengeluarkan
manusia dari kegelapan menuju cahaya, menebarkan kebaikan-kebaikan islam dan
hukum-hukumnya yang adil diantara makhluk dan lain-lain dari kebaikan yang
banyak sekali bagi andam muslimin" [Majmu Fatawa wa Moqoolaat Mutanawi'ah 18/61-62].
2.
Syaikh Sholeh
bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan - حفظه
الله - berkata
: "Sesungguhnya jihad di jalan Allah termasuk kewajiban yang
mulia, dia adalah penegak agama seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu 'alahi
wa Sallam
." [Al-Jihad An
waa'uhu wa ahkaamuhu oleh Syaikh Fauzan hal 1].
3.
Syaikh
Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr - حفظهما
الله - berkata
: "Sesungguhnya jihad dijalan Allah termasuk seutama-utama yang
diperintah dalam syariat dan semulia-mulia ibadah. Para ulama terdahulu dan
sekarang sangat memperhatikan satu hal ini, bahkan sebagian mereka ada yang
menyendirikan masalah ini dalam karangan-karangan mereka yang lebih dari 30
kitab diantaranya "Al-Jihad" oleh Abdullah bin Mubarok,
"Al-Jihad" oleh Ibnu Abi 'Ashim, "Al-Jihad" oleh Ibnu
'Asaakir
.." [Al-Quthuf
Al-Jiyaad min Hikami wa ahkaamil jihad oleh Syaikh
Abdurrozzaq hal 3].
4.
Syaikh
Muhammad Musa Alu Nash - حفظه
الله - berkata
: "Jihad adalah tulang punggung islam yang tidak diperselisihkan
lagi oleh andam muslimin. Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi yang menyeru kepada jihad sangatlah banyak
sekali. Akan tetapi jihad memiliki kaidah-kaidah, syarat-syarat dan caranya.
Salafiyyun tidak mau berperang dibawah bendera fanatik jahiliyah, Karena jihad
tidaklah disyariatkan melainkan untuk menegakkan syariat Allah. [حَتَّى
لَا تَكُونَ
فِتْنَةٌ
وَيَكُونَ الدِّينُ
كُلُّهُ
لِلَّهِ]. 'Hingga tidak ada
lagi fitnah dan agama ini semuanya untuk Allah' [QS Al-Anfal 39]. Harus ada
imam dalam berjihad, harus ada bendera islam,
pendidikan tentang jihad, serta persiapan dan bekal. Jihadnya salafiyyun
didasari oleh ilmu dan tujuan yang jelas. Ketika telah berkibar bendera jihad
(yang syar'i) dan jelas tujuannya maka salafiyyun tidak pernah ketinggalan.
Bumi Palestina, Cechnya, Afghanistan, Balkan, Kasmir sebagai saksi disisi Allah
akan jihadnya salafiyyun"
[Maadza Yanqumuuna Minas Salafiyah
oleh Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr hal 85].
5.
Syaikh
Muhammad bin Ibrohim Syuqroh berkata pada awal bab jihad :
"Jihad merupakan benteng Allah yang kokoh, tali agama yang kuat, tulang
punggung islam tertinggi dan penjaga bagi tauhid". Kemudian beliau
mengatakan pada hal 192 : "Jihad adalah
istilah islam yang murni. Apabila disebutkan (jihad) disebutkan pula kata
sabar, pengorbanan, kesungguhan dan harapan untuk mendapat 1 dari 2 kebaikan,
pertolongan atau mati syahid. Dan kedua hal tersebut merupakan jalan bagi
kemuliaan didunia dan diakherat. Dan barangsiapa yang mati sedang dia tidak
berjihad serta tidak ada bisikan jihad dalam hatinya maka jika dia mati,
matinya dalam keadaan jahiliyah. 'Iyaadzan billahi".
Apakah ini yang anda tuduhkan kepada kami (dakwah Salafiyah) ??? Apakah ucapan-ucapan diatas
menihilkan jihad??? Kemanakah larinya akal dan hatimu wahai
Fauzan Al-Anshori -semoga Allah membalas
segala kedustaanmu didunia dan akherat nanti- ??? Cobalah anda buka penglihatanmu untuk membaca buku-buku
dakwah Salafiyah hingga anda tidak buta terhadapnya dan mungkin Allah memberi
hidayah kepadamu lewat buku-buku tersebut !!! Sekali
lagi, baca dan pahami dengan baik !!!
Adapun ucapan Syaikh Muhammad Ibrohim Syuqroh yang anda jadikan
pegangan dalam menuduh bahwa dakwah Salafiyah menihilkan jihad maka sebenarnya
beliau telah menjelaskan maksudnya yang Fauzan Al-Anshori tidak mau membacanya atau pura-pura bodoh
atau Fauzan Al-Anshori
sengaja memotong-motongnya seperti yang dilakukan sebelumnya. Tapi memang, "Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada" [QS Al-Hajj 46].
Syaikh Muhammad Ibrahim Syuqroh mengatakan dalam ["Hiyas
Salafiyah Nisbatan wa Aqidatan" hal 202-203 :
"Janganlah pembaca memahami bahwa aku menihilkan kewajiban jihad pada
saat ini sedangkan umat dalam keadaan terpuruk dan terhina serta dilanda
bencana yang membinasakan. Umat ini secara keseluruhan merasakan pahitnya
keadaan yang memotong-motong usus, membakar wajah dan meleburkan hati !!
Sesungguhnya kalau ada orang yang menihilkan
kewajiban jihad selama-lamanya berarti dia telah menuangkan kepada dirinya
sendiri siksaan yang pedih.
Tapi disana ada perbedaan yang sangat jauh sekali, antara orang yang menihilkan
jihad (selama-lamanya) dengan orang yang mengatakan wajibnya mempersiapkan
(jihad) dengan persiapan yang benar, meskipun harus membutuhkan waktu yang
panjang, karena jihad merupakan perwujudan dari firman Allah [وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا
اسْتَطَعْتُمْ
مِنْ قُوَّةٍ
وَمِنْ
رِبَاطِ
الْخَيْلِ
تُرْهِبُونَ
بِهِ عَدُوَّ
اللَّهِ
وَعَدُوَّكُمْ
وَءَاخَرِينَ
مِنْ
دُونِهِمْ
لَا تَعْلَمُونَهُمُ
اللَّهُ
يَعْلَمُهُمْ]
Artinya : "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain
mereka yang kamu tidak mengetahuinya sedang Allah mengetahuinya" [QS
Al-Anfal 60]. Barangsiapa yang merenungi ayat diatas hampir-hampir dia akan mengatakan wajibnya menahan diri dari berjihad hingga
memiliki persiapan yang matang -dan terkadang bentuk I'dad (menahan diri) itu
dengan tidak ber i'dad-. Karena maksud dari i'dad itu sendiri
adalah menggentarkan musuh Allah dan musuh andam muslimin. Jika i'dad tersebut belum bisa matang dan belum bisa menggentarkan
hati-hati mereka serta tidak menggoncangkan singgasana serta kestabilan mereka
maka ini bukanlah i'dad yang diperintahkan. Jika tidak
demikian maka apalah artinya firman Allah [تُرْهِبُونَ] 'kamu menggentarkan musuh Allah'.
Dan i'dad haruslah dengan hal-hal yang disyariatkan yang dapat mewujudkan tujuan semula
". Dan pada halaman sebelumnya beliau juga mengatakan (hal
196-197) : "Allah tidaklah memerintahkan umat ini berjihad untuk
memberatkan mereka. Jihad termasuk perintah syariat yang juga tercakup dalam
(kaidah) firman Allah Ta'ala : "Tidaklah Allah
membebani seseorang melainkan yang dia sanggupi". Jika
umat belum mampu untuk menegakkan jihad karena ketiadak adanya pemimpin
(kholifah) yang mengibarkan bendera jihad serta menyeru dan memimpin pasukan,
maka jihad termasuk kewajiban yang belum bisa dilaksanakan dan tidaklah berdosa
umat ini jika belum bisa melaksanakannya kecuali kalau ada yang ridho
(meninggalkan jihad selama-lamanya). Tidaklah yang diwajibkan melainkan
menghadirkan niat dan berjihad jika telah datang saatnya
".
Sedemikian jelasnya ucapan Syaikh Muhammad
Ibrahim Syuqroh, tapi kalau hawa nafsu telah mendarah daging, mata dan telinga
bisa tertutup dan terkunci. Dan yang dimaksud jihad
oleh Syaikh Muhammad Ibrahim Syuqroh disini adalah jihad tholab/menyerang bukan
difa'/membela diri -wallahu 'alam-. Orang yang masih punya akal tidak akan mungkin menyeru andam muslimin untuk berjihad (tholab)
tanpa ada persiapan dan bekal yang cukup. Nabi selama 13 tahun berdakwah di kota Mekah bersama para sahabatnya. Mereka
selalu mendapat gangguan bahkan sebagian mereka terbunuh dijalan Allah. Tapi karena belum ada kemampuan dan persiapan yang cukup, Allah pun
tidak mewajibkan mereka berjihad bahkan Allah memerintahkan mereka untuk
berhijrah. Mungkin inilah yang mendasari fatwa Syaikh Al-Albani v yang menyeru penduduk muslim
Palestina berhijrah. Bukan untuk menyerahkan Palestina kepada
Yahudi -semoga Allah membinasakan mereka- secara percuma seperti yang Fauzan Al-Anshori
anggap dan tuduhkan. Jika ini yang Fauzan Al-Anshori tuduhkan, beranikah anda Fauzan
Al-Anshori menuduh
Rasulullah dan
para sahabatnya telah menyerahkan bumi Mekkah (yang lebih mulia dari Palestina)
ketangan kafir Quraisy secara percuma ? Apakah dengan
Rasulullah dan
para sahabatnya berhijrah dari Mekah berarti mereka tidak berjihad
? Jihad bukan hanya modal semangat tapi harus juga
pakai ilmu dan otak.
Perlu anda - Fauzan Al-Anshori - ketahui bahwa hijrah seperti jihad tak
akan pernah terputus sampai hari kiamat kelak sebagaimana sabda Nabi : "Tidak akan terputus hijrah hingga terputusnya taubat
dan tidak akan terputus taubat hingga terbit matahari dari barat" [HSR
Abu Daud 2479]. Dan hijrah termasuk salah satu bentuk I'dad,
seperti yang dilakukan oleh Nabi
di Medinah. Imam Nawawi Rahimahullahu mengatakan dalam "Roudhotut
tholibin" 10/282 : "Seorang muslim
apabila dia dalam keadaan lemah dinegri kafir, dia tidak dapat menampakkan
agamanya maka diharamkan baginya tinggal disana dan wajib baginya untuk hijrah
ke negri islam
". Agar anda lebih jelas -wahai Fauzan
Al-Anshori - dan tidak buta
tentang masalah hijrah yang merupakan salah satu tahapan jihad, maka bacalah "Al-Fashl
al-Mubiin fii Mas`alatil Hijroh wa Mufaaroqotil Musyrikiin"
oleh Syaikh Husein Al-Awaayisyah - حفظه
الله -. Tidakkah orang yang
melarang penduduk muslim Palestina berhijrah membaca firman Allah Subhanahu
wa Taala : [إِنَّ
الَّذِينَ
تَوَفَّاهُمُ
الْمَلَائِكَةُ
ظَالِمِي
أَنْفُسِهِمْ
قَالُوا فِيمَ
كُنْتُمْ
قَالُوا
كُنَّا
مُسْتَضْعَفِينَ
فِي
الْأَرْضِ قَالُوا
أَلَمْ
تَكُنْ
أَرْضُ
اللَّهِ وَاسِعَةً
فَتُهَاجِرُوا
فِيهَا
فَأُولَئِكَ
مَأْوَاهُمْ
جَهَنَّمُ
وَسَاءَتْ
مَصِيرًا(97)إِلَّا
الْمُسْتَضْعَفِينَ
مِنَ الرِّجَالِ
وَالنِّسَاءِ
وَالْوِلْدَانِ
لَا يَسْتَطِيعُونَ
حِيلَةً
وَلَا
يَهْتَدُونَ
سَبِيلًا] Artinya : "Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu
ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di
negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?".
Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau
wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui
jalan (untuk hijrah)." [QS. An-Nisaa' :
97-98]. Imam Ibnu Katsir v
menafsirkan ayat diatas dengan ucapan beliau : "Ayat
ini turun kepada setiap orang yang tinggal ditengah-tengah orang-orang musyrik
sedangkan dia (sebenarnya) sanggup untuk berhijrah dan dia tidak dapat
menampakkan agamanya, maka dia telah mendzolimi dirinya sendiri dan dia telah
melakukan suatu yang haram secara ijma' maupun menurut ayat ini"
(Tafsir Al-Qur'anil 'Adzim 1/708).
Apakah mereka yang mengharamkan penduduk muslim Palestina
berhijrah tidak tahu bahwa andam muslimin disana semakin dicabik-cabik
kehormatan diri mereka, keluarga, dan agama mereka ???
Berapa banyak wanita-wanita lemah dirampas kesucian mereka dan anak-anak kecil
yan menjadi sasaran kebiadaban Yahudi - قاتلهم
الله -, masihkah anda - Fauzan
Al-Anshori - memerintahkan
mereka terus menjadi korban ?? anda
- Fauzan
Al-Anshori - dengan enak
menggembar-gemborkan jihad diantara istri-istri dan anak-anakmu, tapi mereka
!!
Bayangkan jika istri dan anak serta kedua orang tuamu ada disana
!!!
Anda - Fauzan Al-Anshori - dan yang semisal dengan anda yang selalu
menggembar-gemborkan jihad, kenapa anda sendiri dan teman-teman anda tidak
pergi saja sekarang ke Palestina atau Iraq ??? Pergi
ke Iraq atau Palestina mungkin lebih baik bagi anda dari pada anda berdusta dan
menyesatkan kaum awam di Indonesia !!! Anda menggembar-gemborkan jihad dan
menyalahkan para ulama tanpa bukti yang nyata, sedangkan anda sendiri tertawa
bersama istri-istri dan sanak kerabatmu
apakah ini yang dikatakan orang tong
kosong nyaring bunyinya ??? Ya Allah, jadikanlah kami
pejuang-pejuang agamamu yang selalu berpegang dengan ajaran Rasul dan para
sahabat, hidupkan serta wafatkan kami diatas sunnah dan manhaj salaf .
Syubhat/tuduhan
Fauzan berkata :
Untuk kepentingan siapa Syaikh mereka Rabi' Al-Madkholi mengarahkan meriam
takfir (pengkafiran) kepada Sayid Quthub yang aktif mengkritik pemerintahan
sekuler ?
Bantahan :
Coba buktikan kepada kami kalau Syaikh Rabi'
mengkafirkan Sayid ghofarallahu lahu??? Syaikh Rabi' hanya mengungkap
kesesatan-kesesatan Sayid dengan bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang
nyata, seperti dalam "Mathoo'in
sayyid quthub fii ashaaabi Rasulillah" dll. Semua itu beliau
lakukan untuk kepentingan islam dan andam muslimin
agar mereka tidak terpedaya dan tertipu oleh Sayid yang sesat dan menyesatkan.
Tidak tahukah anda bahwa idolamu Sayid yang aktif mengkritik pemerintahan
sekuler, dia juga aktif mengkritik dan mencela sahabat Nabi Shallallahu 'alahi
wa Sallam, bahkan dia berani mencela seorang Nabi Allah yaitu Musa alaihi
salam
??? Mau bukti,
coba simak dan renungkan ucapan idolamu ini : "Kita
ambil Musa sebagai contoh pemimpin yang cepat naik pitam
" ["At-tashwir al-fanni
fil Qur'an" hal 200]. Dia juga mengatakan :
"Ketika Mu'awiyah dan temannya memilih jalan kedustaan, kecurangan,
penipuan, kemunafikan, suap dan membeli kehormatan, maka Ali tidak dapat
melakukan perangai yang buruk ini. Oleh karenanya, tidak
heran kalau Mu'awiyah dan teman-temannya berhasil sedang Ali gagal, tapi
kegagalan ini lebih mulia dari semua kesuksesan" ["Kutubun wa
syakhshiyaat" hal.242].
Ini masih sebagian dari kesesatan idolamu, kalau anda mau,
kami -insya Allah- dapat menjelaskan lebih terang lagi berbagai macam
kesesatannya.
Jadi mana yang anda bela wahai Fauzan
Al-Anshori, sahabat Nabi Shallallahu
'alahi wa Sallam atau yang
mencela mereka ??? Apakah salah jika Syaikh Rabi' - حفظه الله -
membela para sahabat ? Ya, beginilah
akhir zaman yang penuh dengan keajaiban, yang ma'ruf dikatakan mungkar dan yang
mungkar dikatakan ma'ruf. Alangkah benarnya ucapan seorang penyair :
الله
أخر موتتي
فتأخرت حنى
رأيت من الزمان
عجائب
Allah mengakhirkan kematianku hingga aku
melihat zaman ini penuh dengan keajaiban
Sikap membela
sahabat dan mencela para pencela sahabat adalah warisan para ulama salaf kita.
Tidakkah anda pernah membaca ucapan Imam Abu Zur'ah Ar-Roozi Rahimahullahu
: "Apabila anda melihat seseorang
mencela salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu 'alahi wa
Sallam maka ketahuilah
bahwa dia itu zindiq, karena Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Sallam menurut kami adalah benar dan Al-Qur'an itu
benar. Sesungguhnya yang menyampaikan Al-Qur'an dan hadits kepada kita adalah
para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Sallam.
Mereka (yang mencela para sahabat) hanyalah ingin mencela para saksi kita untuk
membatalkan Al-Qur'an dan sunnah, padahal celaan itu
lebih pantas untuk mereka dan mereka adalah orang-orang zindiq" [lihat Al-Kifaayah fii 'ilmil riwaayah
oleh Al-Khotib Al-Baghdadi hal.67]. Imam Al-Barbahaari Rahimahullahu berkata dalam "Syarhus sunnah"
hal 50 no.104 : "Apabila anda melihat seseorang
mencela para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Sallam maka ketahuilah bahwa dia itu pemilik ucapan
yang jelek dan pengekor hawa nafsu".
Syubhat/tuduhan
Tuduhan Fauzan :
4. Cuek dengan nasib umat islam
.
Bantahan :
Sesungguhnya waqi'/kenyataan atau realita
umat yang pahit ini tidaklah tersembunyi bagi yang masih melihat dengan kedua
matanya dan tidaklah ada yang jahil terhadapnya melainkan yang buta mata dan
hati. Realita umat yang
pahit ini merupakan dampak negatif maksiat dan jauhnya umat ini dari agama
Allah yang murni terutama dari tauhid dan sunnah
Nabi Shallallahu
'alahi wa Sallam. Maka tidak
ada jalan lain untuk mengatasi realita umat yang pahit dan getir ini melainkan
dengan Tashfiyah dan Tarbiyah, hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu
'alahi wa Sallam : "Apabila kalian telah berjual beli
dengan cara 'inah (sejenis riba -pent), kalian mengambil ekor-ekor sapi dan
ridho dengan persawahan serta kalian tinggalkan jihad maka Allah akan
menimpakan kehinaan kepada kalian yang tidak akan dicabut hingga kalian kembali
kepada agama kalian (yang murni)" [HSR Abu Daud].
Didalam hadits ini Nabi Shallallahu 'alahi wa Sallam tidak mengatakan jalan keluarnya adalah
kalian kembali kepada jihad saja, tapi kembali ke agama (yang murni) dalam
segala bidangnya terutama tauhid sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nuur
55[ وَعَدَ
اللَّهُ
الَّذِينَ
ءَامَنُوا
مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ
فِي
الْأَرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ
مِنْ
قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ
دِينَهُمُ
الَّذِي
ارْتَضَى
لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ
خَوْفِهِمْ أَمْنًا
يَعْبُدُونَنِي
لَا
يُشْرِكُونَ بِي
شَيْئًا
وَمَنْ
كَفَرَ
بَعْدَ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ
هُمُ
الْفَاسِقُونَ]
Artinya : " Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. "
Bagaimana mungkin umat
ini dapat menang dalam berjihad melawan orang-orang kafir sedang mayoritas
mereka masih tenggelam dalam kesyirikan, kebid'ahan, khurafat dan maksiat ??? Oleh karenanya diperlukan Tashfiyah (pemurnian
umat dari semua hal diatas) dan Tarbiyah (mendidik umat dengan islam yang murni). Inilah perhatian dakwah Salafiyah
terhadap umat, menyeru mereka kepada fiqhul kitab dan sunnah,
bukan dengan fiqhul waqi' (mengamati realita umat dengan baca koran, majalah,
mendengar radio, melihat TV) seperti yang kalian banggakan. Dan
inilah fiqhul waqi' yang ditolak/ditiadakan oleh Syaikh Muhammad Ibrohim
Syuqroh. Tidakkah anda - Fauzan Al-Anshori - tahu bahwa istilah fiqhul
waqi' yang sering kalian dengungkan tidak pernah digunakan oleh para salafush
sholeh. Istilah tersebut adalah istilah baru dalam
agama (bid'ah).
Yang ada
pada mereka (salafush sholeh) adalah fiqhul kitab, fiqhul sunnah,
fiqhul akbar dll. Oleh karena anda -Fauzan Al-Anshori-
bergelut dengan fiqhul waqi' maka anda jauh dari kitab-kitab ulama salaf dan
buta terhadap kebenaran dakwah Salafiyah. Waktumu habis dengan koran,
siaran radio, TV, internet dll, maka bertakwalah kepada Allah akan dirimu !!! Tidakkah anda tahu bahwa media masa tersebut milik musuh-musuh islam yang tanpa sadar anda terbius dan teracuni oleh
kabar-kabar mereka. Kalian mendakwahkan sebagai orang yang tahu fiqhul waqi',
padahal anda dan
bala pasukanmu adalah orang yang paling bodoh dengan fiqhul waqi'. Insya Allah,
kita akan bahas lebih lanjut masalah fiqhul waqi' ini
dalam majalah "Adz-Dzakhiroh" pada edisi mendatang.
Syubhat/tuduhan
Fauzan berkata :
Inilah gambaran sekilas latar belakang pemikiran gerakan sesat Murjiah extrim,
yang hari ini dengan bangga menggelari dirinya sebagai gerakan dakwah
Salafiyah.
Bantahan :
Tahukah anda wahai Fauzan
Al-Anshori -semoga Allah membalas segala kedustaan dan tuduhan
batilmu- apakah gerakan
sesat murjiah extrim itu ? Apakah seperti Syaikh Ali
bin Hasan, Salim bin Ied Al-Hilali, Masyhur bin Hasan, Muhammad bin Musa Alu
Nashr, Husein Al-'Awaayisyah - حفظهم
الله - yang mereka semua
mengatakan : "Iman adalah keyakinan dalam hati, ucapan dalam lisan dan
perbuatan dengan anggota badan dan bahwasanya amal dengan segala macamnya
(amalan hati dan anggota badan) termasuk dari iman
dan bahwasanya iman itu
bisa bertambah dengan ketaatan hingga mencapai puncaknya dan iman bisa
berkurang dengan kemaksiatan hingga bisa sirna dan tidak tersisa
sedikitpun
" ["Mujmal masaailil iman al-'ilmiyah
"hal 14. dan ucapan serupa juga
disampaikan oleh Syaikh Al-Albani dalam Syarh wa ta'liq terhadap Aqidah
Thohawiyah hal.62.] termasuk
murjiah ??? Apakah anda buta dengan ucapan salaf tentang murjiah
? Pernahkah anda membaca ucapan Imam Al-Barbahaari Rahimahullahu dalam "Syarhus sunnah" hal 132-133 : "Barangsiapa yang mengatakan bahwa
iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang, maka dia
telah keluar dari irja' (murjiah) awalnya hingga akhirnya"
dan ucapan Imam Ahmad Rahimahullahu tentang orang yang mengatakan bahwa iman itu bisa bertambah dan
berkurang, beliau mengatakan : "Orang
itu telah terlepas dari irja' " ["As-Sunnah" oleh
Al-Khollal 3/581].
Apakah setiap orang yang tidak mengkafirkan penguasa muslim dikatakan
murjiah ? Apakah setiap orang yang tidak meledakkan
tempat-tempat umum dikatakan murjiah ? Apakah yang
tidak ikut dengan Fauzan Al-Anshori
dikatakan murjiah ? Tidakkah anda yang mengatakan sendiri : "Vonis-vonis keras kepada seseorang atau
kelompok Islam yang berada di luar arus mereka" ??? apakah
tuduhan murjiah kepada dakwah salafiyah bukan vonis ???
Wahai Fauzan, Sadar dan bertaubatlah anda ke jalan kebenaran
(dakwah Salafiyah) sebelum ajal tiba !!!! Pahamilah
bantahan/nasehat kami dengan mata terbuka dan lapang dada, jika anda tidak
paham juga, maka kami hanya bisa mengatakan seperti apa yang dikatakan seorang penyair :
علي
نحت القفافي
من معادنها و ما
علي إن لم
تفهم البقر
Tugasku adalah mengukir bait-bait
syair dari sumbernya
Dan
bukanlah tugasku jika sapi itu tidak paham
(Ditulis
oleh al-Ustadz Abu Abdirrahman Abdurrahman Thayib, Lc. Beliau adalah staf
pengajar Mahad Ali Al-Irsyad Surabaya. Risalah ini akan dimuat di Majalah adz-Dzakhiirah, edisi depan insya
Alloh-)