Oleh
: Al-Ustadz Abu Abdirrahman Thayib, Lc.
Sering kita
mendengar pro dan kontra tentang istilah Salafi atau Salafiyah. Tapi seorang
muslim yang bijak tidak akan mungkin mau memvonis sesuatu, ini salah atau benar
kecuali berlandaskan ilmu dan bukti yang nyata. Allah ta'ala berfirman :
وَلَا
تَقْفُ مَا
لَيْسَ لَكَ
بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ
كُلُّ
أُولَئِكَ
كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا(36)
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS.Al-Isro' : 36)
Imam Bukhori v membuat suatu bab dalam shohihnya dengan
judul "Ilmu itu sebelum berbicara dan
berbuat". Oleh karena itulah mari kita pelajari hal-hal berikut ini :
- Asal
kata "Salaf" dan "Salafi" dalam bahasa arab
:
Salaf
secara bahasa artinya orang yang mendahului kita dengan ilmu, iman, keutamaan
dan kebaikan. Ibnu Mandzur berkata dalam Lisanul arab 9/159 :
"Salaf adalah orang yang mendahuluimu dari nenek moyang serta kerabatmu yang
lebih diatasmu baik dari usia maupun keutamaan. Oleh karenanya generasi pertama
umat ini dari kalangan tabi'in dinamakan salafush sholeh." Makna seperti
diatas ini pernah dipakai oleh Rasulullah r ketika
beliau berkata kepada putri beliau Fatimah –rodhiyallhu 'anha- :
نِعمَ
السَلَفُ
أَنَا لَكِ
Artinya : "Sebaik-baik
pendahulu bagimu adalah aku" (HR.Muslim)
Adapun
secara harfiah/istilah, salaf berarti para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in
dan yang mengikuti mereka dengan baik. Berkata Al-Qolsyaani dalam Tahriirul
maqoolah min syarhil risalah : "Salafush sholeh adalah generasi
pertama yang kokoh keilmuannya, yang mengikuti petunjuk Nabi r
serta yang menjaga sunnah beliau. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya
serta untuk menegakkan agama-Nya. Para imam (kaum muslimin) ridho dengan mereka
dan mereka telah berjuang di jalan Allah dengan sebenarnya, menyeru umat dan
memberi manfaat kepada mereka serta mereka kerahkan jiwa mereka dalam rangka
meraih keridhoan Allah.
Allah telah
memuji mereka dalam Al-Qur'an :
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka" (QS.Al-Fath :
29).
Firman Allah yang
lain :
لِلْفُقَرَاءِ
الْمُهَاجِرِينَ
الَّذِينَ
أُخْرِجُوا
مِنْ
دِيارِهِمْ
وَأَمْوَالِهِمْ
يَبْتَغُونَ
فَضْلًا مِنَ
اللَّهِ وَرِضْوَانًا
وَيَنْصُرُونَ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ
أُولَئِكَ
هُمُ
الصَّادِقُونَ(8)
"
(Juga)
bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta
benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka
menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar."
(QS.Al-Hasyr : 8).
Di dalam ayat ini
Allah menyebutkan orang-orang Muhajirin dan Anshor serta Allah puji para
pengikut mereka dan Allah ridho dengan yang datang setelah mereka. Dan Allah
mengancam orang-orang yang menyelisihi mereka serta memilih selain jalan mereka
dengan adzab. Allah berfirman :
وَمَنْ
يُشَاقِقِ
الرَّسُولَ
مِنْ بَعْدِ مَا
تَبَيَّنَ
لَهُ
الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ غَيْرَ
سَبِيلِ
الْمُؤْمِنِينَ
نُوَلِّهِ
مَا تَوَلَّى
وَنُصْلِهِ
جَهَنَّمَ
وَسَاءَتْ
مَصِيرًا(115)
"
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. " (QS.An-Nisa'
: 115)
Maka wajib
mengikuti mereka serta menelusuri jejak mereka dan memohonkan ampun untuk
mereka. Allah berfirman :
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ
بَعْدِهِمْ
يَقُولُونَ
رَبَّنَا
اغْفِرْ
لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ
سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ
وَلَا
تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا
غِلًّا
لِلَّذِينَ
ءَامَنُوا
رَبَّنَا
إِنَّكَ
رَءُوفٌ
رَحِيمٌ(10)
" Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".
" (QS.Al-Hasyr : 10)."[1]
Adapun istilah Salafi atau Salafiyah
adalah nisbat kepada salaf. Jadi arti Salafi itu sendiri adalah orang yang
menapaki jejak salaf dan yang mengikuti petunjuk mereka. Berkata Abdul Karim
As-Sam'ani : "Salafi adalah nisbat
kepada salaf dan menelusuri jalan mereka".[2]
Lajnah
Daimah mengatakan : "Salafiyah adalah nisbat kepada salaf dan salaf itu
adalah para sahabat Rasulullah r serta
para imam petunjuk dari tiga generasi Islam yang pertama t
yang telah dipuji oleh Rasulullah r dalam
sabda beliau :
[Artinya : "Sebaik-baik
generasi adalah generasiku (sahabat) kemudian setelah mereka (tabi'in) kemudian
setelah mereka (Tabi'ut tabi'in)" (HR.Bukhori, Muslim dan Ahmad).
Salafiyun jamak dari Salafi yang merupakan nisbat kepada salaf yang artinya
orang-orang yang berjalan diatas manhaj salaf dengan mengikuti Al-Qur'an dan
sunnah serta berdakwah kepada keduanya dan mengamalkannya, maka mereka itulah
yang disebut sebagai ahlu sunnah wal jama'ah".[3]
Syaikh
Abdul Aziz bin Baz v berkata : "Sesungguhnya salaf adalah generasi pertama
dan yang mulia dari umat ini. Barangsiapa yang mengikuti jejak mereka dan
berjalan diatas metode mereka maka dialah Salafi dan barangsiapa yang
menyelisihi mereka maka dia adalah al-kholaf".[4]
Syaikh Sholeh bin Abdullah Al-'Abud
–hafidzahullahu- berkata : "Yang dimaksud dengan Salafiyah adalah
mengikuti jejak salafush sholeh dari umat ini yang mereka adalah ahlu sunnah
wal jama'ah. Maka hal ini berarti ijma' yang bisa dijadikan hujjah/sandaran,
karena mereka berada diatas sunnah Rasulullah r secara
lahir maupun batin dan mengikuti jalannya para muhajirin dan anshor serta yang
mengikuti mereka dengan baik."[5]
- Dalil-dalil
wajibnya mengikuti salaf
Mengikuti
manhaj salaf bukanlah suatu hal yang mustahab (bila dikerjakan mendapat pahala
dan bila ditinggalkan tidak mengapa), tapi mengikuti jejak mereka dalam segala
bidang baik aqidah, ibadah, dakwah, jihad, muamalah, akhlak dan lain-lain
adalah suatu kewajiban bagi yang menginginkan hidayah dan keselamatan didunia
dan diakhirat.
1- Allah ta'ala
berfirman :
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ
مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُمْ
بِإِحْسَانٍ
رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ
وَرَضُوا
عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ
جَنَّاتٍ
تَجْرِي
تَحْتَهَا
الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ
فِيهَا
أَبَدًا
ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ(100)
"
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. "
(QS.At-Taubah : 100)
Didalam ayat ini
Allah memuji orang-orang yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin dan
Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya mengikuti mereka, karena
keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan mengikuti
mereka.
2- Allah ta'ala
berfirman :
وَمَنْ
يُشَاقِقِ
الرَّسُولَ
مِنْ بَعْدِ مَا
تَبَيَّنَ
لَهُ
الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ
غَيْرَ
سَبِيلِ
الْمُؤْمِنِينَ
نُوَلِّهِ
مَا تَوَلَّى
وَنُصْلِهِ
جَهَنَّمَ
وَسَاءَتْ
مَصِيرًا(115)
وَمَنْ
يُشَاقِقِ
الرَّسُولَ
مِنْ بَعْدِ
مَا
تَبَيَّنَ
لَهُ
الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ
غَيْرَ
سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ
نُوَلِّهِ
مَا تَوَلَّى
وَنُصْلِهِ
جَهَنَّمَ
وَسَاءَتْ
مَصِيرًا(115)
" Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. " (QS.An-Nisa' : 115) lihat
penjelasan Al-Qolsyaani tentang ayat ini diatas.
3- Allah ta'ala
berfirman :
فَإِنْ
ءَامَنُوا
بِمِثْلِ مَا
ءَامَنْتُمْ
بِهِ فَقَدِ
اهْتَدَوْا
وَإِنْ
تَوَلَّوْا
فَإِنَّمَا
هُمْ فِي
شِقَاقٍ
فَسَيَكْفِيكَهُمُ
اللَّهُ
وَهُوَ
السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ (137)
"
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh
mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka
berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari
mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS.Al-Baqoroh
: 137)
Allah menyebutkan
dalam ayat ini bahwa hidayah itu hanya bisa diperoleh lewat jalannya para
sahabat t.
Hal ini juga dikatakan oleh Ibnul Qoyyim v dalam kitabnya Madaarijus
saalikin 1/72-73 ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan shirotol
mustaqiim dalam surat Al-Fatihah, beliau berkata : "Setiap yang lebih tahu
tentang kebenaran dan yang lebih mengikuti kebenaran maka dialah yang lebih
berhak mendapatkan shirotol mustaqim. Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat
Rasulullah r
lebih berhak dengan hal ini dari pada Rofidhoh…Oleh Karena itulah para salaf
mentafsirkan shirotol mustaqim dengan Abu Bakar dan Umar serta para sahabat
Rasulullah r,
dan tafsir mereka inilah yang benar."
4- Rasulullah r
bersabda dalam hadits Irbadh bin Sariyah t :
Artinya : "Berpegang
teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah
sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian" (HSR.Abu Dawud, Tirmidzi,
Ibnu Majah dan lain-lain)
5- Rasulullah r
bersabda :
تَفَرَّقَت
اليَهُودُ
عَلَى إِحدَى
وَسَبعِينَ
فِرقَةً
أَوثِنتَينِ
وَسَبعِينَ
فِرقَةً,
وَالنَصَارَى
مِثلَ ذَلِكَ,
وَتَفَرَّقَت
أُمَّتِي
عَلَى
ثَلاَثٍ
وَسَبعِينَ فِرقَةً)
وَفِي
رِوَايَةٍ
(إِنَّ بَنِي
إِسرَائِيلَ
تَفَرَّقَت
عَلَى
ثِنتَينِ
وَسَبعِينَ
مِلَّةً,
وَتَفَرَّقَت
أُمَّتِي
عَلَى ثَلاَثٍ
وَسَبعِينَ
مِلَّةً,
كُلُّهُم فِي
النَارِ
إِلاَّ
مِلَّةً
وَاحِدَةً,
قَالُوا :
وَمَن هِيَ
يَا رَسُولَ
اللهِ قَالَ :
(مَا أَنَا عَلَيهِ
وَأَصحَابِي)
Artinya : "Orang-orang
Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti
itu juga. Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan" didalam riwayat
lain disebutkan : "Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan
dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu. Para
sahabat bertanya : siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah ? beliau menjawab
: (Yang mengikuti aku dan para sahabatku)." (HR.Tirmidzi dengan sanad
yang hasan)
6- Rasulullah r
bersabda :
اقتَدُوا
بِاللذَينِ
مِن بَعدِي :
أَبِي بَكر
وعُمَرَ
Artinya :
"Ikutilah jejak dua orang sesudahku : Abu Bakar dan Umar" (HR.Tirmidzi,
Ibnu Majah, Ahmad dan selainnya).
7- Abdullah bin Mas'ud t seorang
sahabat Rasulullah r
berkata : "Barangsiapa yang ingin mencari suri tauladan yang baik maka
jadikan yang telah meninggal sebagai suri tauladan, karena yang masih hidup
tidak bisa dijamin selamat dari fitnah. Mereka adalah para sahabat Muhammad r.
Mereka adalah semulia-mulianya umat ini, yang paling baik hatinya, yang paling
mendalam ilmunya, yang paling sedikit berlebih-lebihan. Mereka adalah
sekelompok orang yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya serta untuk
menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah jasa-jasa mereka dan ikuti jejak mereka
serta berpegang teguhlah dengan akhlak serta agama mereka karena mereka berada
diatas jalan yang lurus".[6]
8- Imam
Al-'Auza'I v berkata : "Bersabarlah dirimu diatas sunnah, berhentilah
sebagaimana mereka berhenti, dan katakanlah seperti apa yang mereka katakan
serta cegahlah dari apa yang mereka cegah. Telusurilah jejak salafush
sholeh".[7]
9- Imam ahlu sunnah wal jama'ah Ahmad bin
Hambal v berkata didalam awal kitabnya ushulus sunnah : "Termasuk prinsip
aqidah kita adalah berpegang teguh dengan metode para sahabat Rasulullah r
serta mengikuti jejak mereka".
10- Ibnu Abil 'Izzi v berkata : "Mengikuti
para sahabat adalah petunjuk sedangkan menyelisihi mereka adalah
kesesatan".[8]
- Bolehkah kita memakai istilah Salafi atau
Salafiyah ?
Allah I
memerintahkan kita untuk bertanya kepada para ahli ilmu/ulama jika kita tidak
mengetahui suatu permasalahan,
فَاسْأَلُوا
أَهْلَ
الذِّكْرِ
إِنْ كُنْتُمْ
لَا
تَعْلَمُونَ(7)
"Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang
berilmu, jika kamu tiada mengetahui". (QS.Al-Anbiya' : 7)
- Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah v berkata : "Tidak tercela orang yang menampakkan madzhab
salaf dan dia menisbatkan diri kepadanya[9]
serta berbangga dengan madzhab salaf, bahkan wajib menerima hal tersebut
menurut kesepakatan karena tidaklah madzhab salaf kecuali benar".[10]
- Imam Adz-Dzahabi v berkata : "Yang
dibutuhkan oleh seorang Al-Hafidz (ahli hadits) adalah ketakwaan, kecerdasan,
kepandaian dalam bahasa arab dan nahwu, kesucian hati, pemalu serta menjadi
Salafi….".[11]
- Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz v
pernah ditanya : Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang menamakan dirinya
Salafi dan Atsari, apakah in termasuk memuji diri ? Beliau menjawab :
"Apabila dia benar-benar Atsari atau Salafi maka tidak mengapa. Hal ini
seperti yang pernah dikatakan oleh para salaf dahulu : Fulan Salafi, fulan
Atsari. Ini termasuk pujian yang harus dan wajib".[12]
- Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin v
berkata : "Ahlu sunnah wal jama'ah adalah para salaf sampai generasi
terakhir. Barangsiapa yang berada diatas jalannya Nabi r
dan para sahabatnya maka dialah Salafi".[13]
- Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan
–hafidzahullahu- berkata : "Salafiyah adalah meniti jejak salaf dari
kalangan sahabat, tabi'in dan generasi yang utama baik dalam aqidah, pemahaman,
dan akhlak. Dan wajib bagi setiap muslim untuk mengikuti jalan mereka".[14]
- Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid
–hafidzahullahu- berkata : "Jadilah engkau sebagai seorang Salafi yang
menelusuri jejak salafush sholeh dari kalangan sahabat t
dan yang mengikuti mereka dengan baik dalam permasalahan agama ini seperti
tauhid, ibadah dan selainnya".[15]
- Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali
–hafidzahullahu- berkata : "Salafiyah adalah menisbatkan diri kepada salaf
dan ini adalah nisbat terpuji kepada metode yang benar dan bukan membuat
madzhab baru". Beliau juga berkata : "Salafiyah adalah Islam yang
murni dari percampuran kebudayaan kuno maupun peninggalan kelompok-kelompok
sempalan, yang berdasarkan kepada Al-Qur'an dan sunnah serta pemahaman salafush
sholeh".[16]
- Ciri-ciri
Salafi sejati :
Setelah
dijelaskan diatas wajibnya mengikuti manhaj salafush sholeh serta
disyariatkan/dibolehkannya menamakan diri sebagai Salafi, maka perlu disebutkan
disini ciri-ciri utama seorang yang bisa dikatakan sebagai Salafi, ahli sunnah
wal jama'ah, al-firqotun najiyah dan thoifah manshuroh :
1-
Menjadikan Al-Qur'an dan sunnah
sebagai pedoman hidup dalam segala perkara.
2-
Memahami agama ini sesuai
dengan pemahaman para sahabat terutama dalam masalah aqidah.
3-
Tidak menjadikan akal sebagai
landasan utama dalam beraqidah.
4-
Senantiasa mengutamakan
dakwah kepada tauhid ibadah (Seruan hanya Allah satu-satunya Dzat yang berhak
disembah).
5-
Tidak berdebat kusir dengan
ahli bid'ah serta tidak bermajlis dan tidak menimba ilmu dari mereka.
6-
Berantusias untuk menjaga
persatuan kaum muslimin serta menyatukan mereka diatas Al-Qur'an dan sunnah sesuai
pemahaman salafush sholeh.
7-
Menghidupkan sunnah-sunnah
Rasulullah r
dalam bidang ibadah, akhlak dan dalam segala bidang kehidupan hingga merekapun
terasing.
8-
Tidak fanatik kecuali hanya
kepada Al-Qur'an dan sunnah.
9-
Memerintahkan kepada yang
baik dan mencegah dari kemungkaran.
10-
Membantah setiap yang
menyelisihi syariat baik dia seorang muslim atau non muslim.
11-
Membedakan antara
ketergelinciran ulama ahli sunnah dengan kesesatan para dai-dai yang menyeru
kepada bid'ah.
12-
Selalu taat kepada pemimpin
kaum muslimin selama dalam kebaikan, berdoa untuk mereka serta menasehati
mereka dengan cara yang baik dan tidak memberontak atau mencaci-maki mereka.
13-
Berdakwah dengan cara hikmah.[17]
14-
Bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu agama yang bersumberkan kepada Al-Qur'an dan sunnah serta
pemahaman salaf, sekaligus meyakini bahwa umat ini tidak akan menjadi jaya
melainkan dengan ilmu tersebut.
15-
Bersemangat dalam menjalankan
Tashfiyah (membersihkan Islam dari kotoran-kotoran yang menempel kepadanya
seperti syirik, bid'ah, hadits-hadits lemah dan lain sebagainya) dan Tarbiyah
(mendidik umat diatas Islam yang murni terutama dalam bidang tauhid).[18]
Kesimpulan :
1- Wajib
mengikuti pemahaman salaf dalam beragama.
2- Disyariatkan/dibolehkan
menamakan diri Salafi jika memang memiliki ciri-ciri diatas.
3- Salafiyah
bukan kelompok seperti jama'ah tabligh, ikhwanul muslimin, hizbut tahrir atau
yang lainnya yang memiliki pendiri dan tahun pendirian, tapi Salafiyah hanyalah
metode yang berlandaskan kepada pemahaman salafush sholeh dari kalangan sahabat,
tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang tidak memiliki pemimpin melainkan Rasulullah r
4- Manhaj/metode
salaf adalah benar, adapun individunya bisa salah bisa benar (tidak maksum).
5- Istilah
Salafi bukan hal baru dalam sejarah Islam.
[1] Lihat kitab "Limaadza ikhtartu al-manhaj
as-Salafi" hal.30-31 oleh Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali
–hafidzahullahu-.
[2] Al-Ansaab 7/104.
[3] Al-Lajnah Ad-daaimah lil buhust
al-ilmiyah no.1361.
[4] Lihat ta'liq Syaikh Hamd At-Tuweijiri terhadap kitab Aqidah
Hamawiyah hal.203
[5] Aqidatusy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
As-Salafiyah hal.195.
[6] Syarah Aqidah Thohawiyah 2/546 oleh
Ibnu Abil 'Izzi Al-Hanafi.
[7] Syarhu ushul I'tiqod ahlis sunnah wal
jama'ah 1/154 oleh Al-Lalika'i
[8] Syarah Aqidah Thohawiyah 2/244.
[9] Maksud menisbatkan tersebut adalah dengan
mengatakan "Salafi", wallahu a'lam.
[10] Majmu' fatawa 4/149.
[11] Lihat Siyar A'lamin
Nubala' 13/380. Syaikh Salim Bin 'Ied
Al-Hilali –hafidzahullahu- berkata dalam kaset ceramah beliau (Syarah
ushulus sunnah oleh Imam Ahmad v bahwa
Imam Adz-Dzahabi menyebutkan kata-kata Salafi dalam kitab beliau tersebut lebih
dari 200 kali.
[12] Lihat footnote kitab Al-Ajwibah Al-Mufidah
'an as-ilatil manahij al-jadiidah oleh Syaikh Sholeh Al-Fauzan
–hafidzahullahu- hal.17.
[13] Syarah Aqidah Al-Wasithiyah 1/54.
[14] Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.103-104.
[15] Hilyah tholibil ilmi hal 28 dengan
syarah Syaikh Al-Utsaimin.
[16] Limadza ikhtartu al-manhaj As-Salafi
hal.34.
[17] Diantara makna hikmah adalah meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu dakwah tidak selalu dengan lemah lembut
tapi terkadang harus dengan sikap tegas dan keras, semuanya disesuaikan dengan
keadaan. (Lihat Ad-Dakwah ilallahu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz v dan Min
ma'alimil manhaj an-nabawi fid dakwah ilallahu oleh Syaikh Muhammad Musa
Alu Nashr).