الوجيز في
منهج السلف
للشيخ:
عبد القادر الأرناؤوط
AL-WAJIZ FI MANHAJIS SALAF
(KERINGKASAN DI DALAM MANHAJ SALAF)
Oleh : asy-Syaikh Abdul Qodir
al-Arna`uth ?Rahimahullahu-
Definisi
al-Wajiz secara etimologi :
Jika dikatakan : أوجز الكلام berarti memendekkan
dan menjadikannya sedikit, yaitu اختصره (meringkasnya), dan
kalimatnya pendek dan ringkas. الوَجْز : Perkataan dan
perkara yang ringan dan sederhana. Serta الوَجْز : sesuatu yang
ringkas seperti al-Wajiz.
Definisi al-Manhaj secara etimologi
dan terminologi :
?النهج،
والمنهج، والمنهاجartinya adalah : jalan yang nyata dan terang. Allah Ta?ala
berfirman di dalam Kitab-Nya al-Aziz :
لكل
جعلنا منكم شرعة
ومنهاجا
yang
artinya : ?Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu,
kami berikan syariat dan manhaj?
(al-Maidah : 48), yaitu : Syariat dan jalan yang terang lagi jelas.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan bagi
tiap-tiap ummat syariat dan manhaj, Ahli Taurat memiliki syariat sendiri, Ahli
Injil memiliki syariat sendiri demikian pula dengan Ahli al-Qur'an. Mereka
memiliki syariat-syariat yang berbeda di dalam masalah hukum namun bersepakat
di dalam masalah Tauhid (mengesakan) Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana
sabda nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
أنا أولى
الناس بعيسى بن
مريم في الدنيا
والآخرة، الأنبياء
إخوة لعلاّت، أمهاتهم
شتى، ودينهم واحد،
وليس بيني وبين
عيسى نبي
yang
artinya : ?Aku adalah manusia yang lebih utama
dibandingkan Isa bin Maryam di dunia dan akhirat, para nabi seluruhnya
bersaudara sebapak, namun ibu-ibu mereka berbeda-beda, agama mereka adalah satu
serta tidak ada nabi antara diriku dengan Isa.?
Hadits Riwayat Bukhari dalam Shahih-nya, Kitabul Anbiya?, bab ?wadzkur
fil Kitaabi Maryaam? dan Muslim di dalam shahih-nya nomor 2365 dalam
kitab al-Fadla`il, bab ?Fadlu Isa ?alaihi as-Salam? dari hadits
Abu Hurairah Radhiyallahu ?anhu.
Artinya
yaitu, mereka semua bersepakat di dalam pokok tauhid kepada Allah Azza wa
Jalla, adapun masalah furu? (cabang-cabang) syariat, di dalamnya
terdapat perbedaan dan syariat-syariat mereka beraneka ragam. Allah Ta?ala berfirman
kepada nabi-Nya di dalam Kitabnya yang mulia :
وما
أرسلنا من قبلك
من رسول إلا نوحي
إليه أنه لا إله
إلا أنا فاعبدون
yang
artinya : ?Dan tidaklah kami utus para nabi
sebelummu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tiada sesembahan yang
berhak untuk disembah kecuali Aku maka sembahlah Aku.?
(al-Anbiyaa? : 25), dan firman-Nya :
ولقد
بعثنا في كل أمة
رسولا أن اعبدوا
الله واجتنبوا
الطاغوت
yang
artinya : ?Dan sungguh telah kami utus seorang
rasul pada setiap ummat untuk menyeru agar menyembah Allah semata dan menjauhi
thaghut.? (an-Nahl : 36). Ini semua di dalam
mentauhidkan Allah Azza wa Jalla, adapun syariatnya berbeda-beda
perintah dan larangannya.
Definisi Salaf secara etimologi dan
terminologi :
As-Salafالسلف ??memiliki arti : ما مضى وتقدم? (yang telah berlalu dan terdahulu). Jika
dikatakan سلف
الشيء سَلَفا : artinya adalah مضى (yang telah lewat),
jika dikatakan سلف فلان سلفا? artinya adalah المتقدم (yang telah
berlalu/terdahulu), dan as-Salif السالف berarti : المتقدم (pendahulu).
Sedangkan as-Salaf bermakna : الجماعة المتقدمون (sekumpulan orang
yang terdahulu).
Salaf juga berarti : القوم المتقدمون
في السير (orang-orang yang mendahului di dalam
perjalanan hidup). Allah Ta?ala berfirman di dalam Kitab-Nya yang Aziz :
فلما
آسفونا انتقمنا
منهم فأغرقناهم
أجمعين، فجعلناهم
سلفا ومثلا للآخرين
yang
artinya : ?Maka tatkala mereka membuat kami murka,
kami hukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya, dan kami jadikan
mereka sebagai salaf (pelajaran) dan contoh bagi orang-orang kemudian.? (az-Zukhruf : 55-56),
yang
maknanya : Tatkala mereka menyebabkan kami marah maka kami hukum mereka dan
kami tenggelamkan mereka semuanya, dan kami jadikan mereka sebagai salafan
mutaqodiimiin (contoh orang-orang terdahulu) bagi orang-orang yang
melakukan perbuatan mereka, agar orang-orang setelah mereka dapat mengambil
pelajaran dan menjadikan mereka sebagai peringatan bagi lainnya.
Salaf juga berarti : كل عمل صالح
قدّمته (Setiap amal shalih yang terdahulu), jika
dikatakan : قد
سلف له عمل صالح? amal shalihnya telah berlalu. Dan salaf? adalah من تقدمك
من آبائك وذوي
قرابتك الذين هم
فوقك في السن والفضل orang-orang yang
mendahuluimu dari bapak-bapakmu dan kaum kerabatmu yang mereka di atasmu dalam
hal usia dan keutamaan, seorang dari mereka disebut سالف saalifun.
Seperti perkataan Thufail al-Ghonawi yang meratapi kaumnya :
مضوا
سلفا قصد السبيل
عليهم
وصرف
المنايا بالرجال
تقلّب
Pendahulu kita telah lewat dan kitapun akan mengikuti mereka
??????????? Kita akan menjadi
sepertinya terhadap orang-orang setelah kita
Yaitu,
kita akan mati sebagaimana mereka mati, dan kita akan menjadi salaf
(pendahulu) bagi orang-orang setelah kita sebagaimana mereka menjadi salaf bagi
kita.
Dari al-Hasan al-Bashri, beliau berdo?a di dalam sholat Jenazah
terhadap anak kecil : اللهم اجعله
لنا سلفا ?Ya Allah jadikanlah dia salaf bagi kami.?
Oleh karena itulah, generasi pertama dinamakan dengan as-Salaf ash-Sholih.
Rasulullah, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, mereka adalah salaful ummah (pendahulu ummat), dan siapa
saja yang menyeru kepada apa yang diserukan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, mereka juga salaful ummah. Serta siapa saja yang menyeru
kepada apa yang diserukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka mereka
berada di atas manhaj as-Salaf ash-Sholih. Maka wajib bagi setiap muslim untuk ittiba?
(mengikuti) al-Qur'an al-Karim dan as-Sunnah al-Muthoharoh dengan
mengembalikannya kepada pemahaman as-Salaf ash-Shalih ridlwanullahu ?alaihim
ajma?in, karena mereka adalah kaum yang lebih berhak untuk ditiru/diikuti,
karena mereka adalah orang-orang yang paling benar keimanannya, yang kuat aqidahnya
dan yang paling ikhlash ibadahnya.
Imamnya as-Salaf ash-Shalih adalah Rasulullah Muhammad Shallallahu
'alaihi wa Sallam yang mana Allah Ta?ala memerintahkan kita untuk
mengikuti beliau di dalam Kitab-Nya dengan firman-Nya :
وما آتاكم
الرسول فخذوه،
وما نهاكم عنه
فانتهوا
yang
artinya : ?Apa yang diberikan Rasul padamu maka
ambillah dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah?. (al-Hasyr : 7).
Beliau
adalah Uswah Hasanah (suri tauladan yang baik) dan Qudwah Shalihah
(suri tauladan yang shalih), Allah Ta?ala berfirman :
لقد كان
لكم في رسول الله
أسوة حسنة لمن
كان يرجو الله
واليوم الآخر وذكر
الله كثيرا
yang
artinya : ?Telah ada suri tauladan yang baik bagi
kalian pada diri Rasulullah bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan
kedatangan hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.?
(al-Ahzab : 21).
Beliau
adalah orang yang berbicara dengan wahyu dari langit, Allah Ta?ala
berfirman :
وما ينطق
عن الهوى إن هو
إلا وحي يوحى
yang
artinya : ?Dia tidaklah berbicara dari hawa nafsu
melainkan dengan wahyu yang diwahyukan padanya?
(an-Najm : 3-4).
Allah
Ta?ala juga memerintahkan kita untuk menjadikan diri beliau sebagai
hakim di dalam segala perkara hidup kita, firman-Nya :
فلا وربك
لا يؤمنون حتى
يحكموك فيما شجر
بينهم ثم لا يجدوا
في أنفسهم حرجا
مما قضيت ويسلموا
تسليما
yang
artinya : ?Maka demi Tuhanmu, sesungguhnya pada
hakikatnya mereka tidak beriman hingga mereka menjadikanmu sebagai hakim
terhadap perselsihan yang terjadi diantara mereka, kemudian mereka tidak merasa
berat di dalam hati dan mereka menerima dengan pasrah.?
(an-Nisa? : 65).
Allah
Ta?ala juga memperingatkan kita supaya tidak menyelisihinya dengan
firman-Nya :
فليحذر
الذين يخالفون
عن أمره أن تصيبهم
فتنة أو يصيبهم
عذاب أليم
yang
artinya : ?Maka hendaknya orang-orang yang
menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpakan adzab yang
pedih.? (an-Nuur : 63).
Adapun referensi para salaf shalih ketika berselisih adalah
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Allah Ta?ala
berfirman :
فإن تنازعتم
في شيء فردوه إلى
الله والرسول إن
كنتم تؤمنون بالله
واليوم الآخر ذلك
خير وأحسن تأويلا
yang artinya : ?Jika
kalian berselisih tentang segala sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan
Rasul-Nya jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang
demikian ini lebih utama dan lebih baik akibatnya.? (an-Nisa? : 59)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah penyampai
risalah dari Rab-nya dan pemberi penjelasan bagi Kitab-Nya. Allah Ta?ala
berfirman :
وأنزلنا
إليك الذكر لتبين
للناس ما نزّل
إليهم
yang
artinya : ?Dan kami turunkan al-Qur'an kepadamu,
supaya engkau menjelaskan kepada manusia tentang apa yang diturunkan kepada
mereka.? (an-Nahl : 44).
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
عليكم
بسنتي وسنة الخلفاء
الراشدين المهديين،
عضّوا عليها بالنواجذ،
وإياكم ومحدثات
الأمور، فإن كل
بدعة ضلالة
yang
artinya : ?Maka peganglah sunnahku dan sunnah para
khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu, dan
jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru, karena setiap bid?ah itu sesat.?
Seutama-utama salaf setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam adalah para sahabat, yang mereka mengambil agama mereka langsung
dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dengan kejujuran dan
keikhlasan, sebagaimana Allah mensifati mereka di dalam kitab-Nya dengan
firman-Nya :
من المؤمنين
رجال صدقوا ما
عاهدوا الله عليه
فمنهم من قضى نحبه
ومنهم من ينتظر
وما بدلوا تبديلا
yang
artinya : ?Diantara orang-orang mukmin itu ada
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka
diantara mereka ada yang gugur dan ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka
sedikitpun tidak merubah janjinya.? (al-Ahzab : 23)
Mereka adalah orang yang mengamalkan perbuatan kebajikan
sebagaimana yang Allah Ta?ala sebutkan di dalam Kitab-Nya dalam
firman-Nya :
ولكن
البر من آمن بالله
واليوم الآخر والملائكة
والكتاب والنبيين،
وآتى المال على
حبه ذوي القربى
واليتامى والمساكين
وابن السبيل والسائلين
وفي الرقاب وأقام
الصلاة وآتى الزكاة
والموفون بعهدهم
إذا عاهدوا والصابرين
في البأساء والضراء
وحين البأس أولئك
الذين صدقوا وأولئك
هم المتقون
yang artinya : ?Akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang
yang meminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang bena imannya, dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa. ? (al-Baqoroh : 177).
Ayat ini adalah ayat tadayyun yang menunjukkan cara beragama
yang benar yang para sahabat radhiyallahu ?anhum mensifatkannya.
Kitabullah adalah dustur (undang-undang) dan nizham (peraturan)
mereka, kemudian setelah itu as-Sunnah, yang merupakan ilmu yang paling berkah,
yang paling utama dan paling banyak manfaatnya baik di dunia dan akhirat
setelah Kitabullah Azza wa Jalla. As-Sunnah bagaikan taman-taman dan
kebun-kebun, yang kau dapatkan di dalamnya kebaikan dan kebajikan. Kemudian
setelah as-Sunnah adalah apa yang disepakati atasnya (ijma?) salaful ummah dan
para imam mereka.
As-Salaf ash-Shalih juga merupakan generasi (kurun) terbaik yang
paling utama sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa Sallam dalam haditsnya :
خير الناس
قرني ثم الذين
يلونهم ثم الذين
يلونهم
yang
artinya : ?Sebaik-baik manusia adalah pada
generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.? Dan sabdanya :
ثم يكون
بعدهم قوم يشهدون
ولا يستشهدون،
ويخونون ولا يُؤتمنون،
وينذرون ولا يوفون،
ويظهر فيهم السـِّمَنُ
yang
artinya : ?Kemudian akan datang suatu kaum setelah
mereka bersaksi namun tidak diminta kesaksiannya, mereka berkhianat dan tidak
dipercaya, mereka bernadzar namun tak pernah memenuhinya, dan tampak kegemukan
pada mereka.?
Ushuluddin (Pokok agama) yang
dipegang teguh oleh para imam agama, ulama islam dan salaf shalih yang
terdahulu, dan menyeru manusia kepadanya, adalah : mereka mengimani al-Kitab
dan as-Sunnah secara global (ijmal) dan terperinci (tafshil),
mereka bersaksi akan keesaan (wahdaniyah) Allah Azza wa Jalla dan
bersaksi akan Nubuwah dan Risalah Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa Sallam. Mereka mengenal Rabb mereka dengan sifat-Nya yang dipaparkan
oleh wahyu-Nya dan risalah-Nya, atau yang dipersaksikan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam dari berita yang datang dari khobar shahih dan dinukil
oleh orang yang adil dan tsiqot. Mereka menetapkan bagi Allah Azza
wa Jalla apa yang Allah tetapkan bagi diri-Nya sendiri di dalam Kitab-Nya,
atau yang ditetapkan lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
tanpa melakukan tasybih (penyerupaan) terhadap makhluk-Nya, tanpa takyif
(menggambarkan kaifiyatnya), tanpa ta?thil (meniadakan seluruh
sifat-Nya), tanpa tahrif (memalingkan makna-Nya kepada makna yang
bathil), tanpa tabdil (merubah maknanya) dan tanpa tamtsil (membuat
contoh seperti makhluk). Allah Ta?ala berfirman :
ليس كمثله
شيء وهو السميع
البصير
yang
artinya : ?Tiada yang serupa dengan-Nya dan Dia
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.? (asy-Syuraa : 11)
Imam
az-Zuhri berkata :
على الله
البيان، وعلى الرسول
البلاغ، وعلينا
التسليم
Artinya
: ?Hak Allah untuk menerangkan, dan hak Rasul untuk menyampaikan
dan kewajiban kita untuk menerima pasrah?
Imam
Sufyan bin ?Uyainah berkata :
كل ما
وصف الله تعالى
به نفسه في كتابه،
فتفسيره تلاوته
والسكوت عنه
Artinya
: ?Setiap apa yang disifatkan oleh Allah Ta?ala terhadap
diri-Nya di dalam Kitab-Nya maka penjelasannya (tafsirnya) adalah bacaannya dan
kita diam dari (memperbincangkan)nya.?
Imam
asy-Syafi?i berkata :
آمنت
بالله، وبما جاء
عن الله، على مراد
الله، وآمنت برسول
الله، وبما جاء
عن رسول الله،
على مراد رسول
الله
Artinya
: ?Aku beriman kepada Allah, dan terhadap apapun yang datang
dari Allah dengan apa yang dikehendaki Allah. Dan aku beriman kepada
Rasulullah, dan terhadap apapun yang datang dari Rasulullah dengan apa yang
dikehendaki Rasulullah.?
Di atas inilah para salaf dan para imam kholaf Radhiyallahu
?anhum berjalan, seluruhnya bersepakat untuk mengikrarkan dan
menetapkan segala sifat Allah yang datang dari Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya
tanpa menentang dengan mentakwilnya, kita diperintahkan untuk mengikuti jejak
mereka dan berpedoman dengan cahaya mereka.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah
memperingatkan kita dari perkara-perkara baru (muhdats), dan
memberitakannya bahwa hal tersebut termasuk kesesatan, beliau bersabda di dalam
haditsnya :
عليكم
بسنتي وسنة الخلفاء
الراشدين المهديين،
عضّوا عليها بالنواجذ،
وإياكم ومحدثات
الأمور، فإن كل
بدعة ضلالة
yang
artinya : ?Maka peganglah sunnahku dan sunnah para
khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu, dan
jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru, karena setiap bid?ah itu sesat.? Yang telah disebutkan hadits dan takhrijnya.
Abdullah
bin Mas?ud berkata :
اتبعوا
ولا تبتدعوا فقد
كفيتم
Artinya
: ?Ittiba?lah dan jangan membuat bid?ah karena kalian telah
dicukupi?
Umar
bin Abdul Aziz rahimahullahu berkata :
قف حيث
وقف القوم، فإنهم
عن علم وقفوا وببصر
نافذ كفوا
Artinya
: ?Berhentilah dimana kaum ?salaf- itu berhenti, mereka berhenti
karena berangkat dari dasar ilmu serta mampu untuk membahas namun mereka
menahan diri darinya?
Imam
al-Auza?i Rahimahullahu berkata :
عليك
بآثار من سلف وإن
رفضك الناس، وإياك
وآراء الرجال وإن
زخرفوه لك بالقول
Artinya
: ?Peganglah atsar dari salaf walaupun manusia menentangnya,
jauhilah oleh kalian pemikiran-pemikiran manusia walaupun mereka menghiasinya
dengan perkataan.?
Termasuk
diantara aqidah salaf adalah, pendapat mereka bahwa Iman adalah ucapan dengan
lisan, perbuatan dengan anggota tubuh, dan keyakinan dengan hati, serta iman
dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, bahwasanya kebaikan dan
kejahatan adalah dengan keputusan (Qodlo?) Allah dan ketentuan-Nya
(Qodar), namun Dia tidaklah memerintahkan keburukan. Sebagaimana perkataan
sebagian salaf : Seluruhnya adalah dengan perintah Allah, karena Allah Ta?ala
memerintahkan kebaikan dan melarang dari keburukan, Dia tidak memerintahkan
kepada kekejian namun ia melarangnya. Dan manusia tidaklah dipaksa, ia mampu memilih
perbuatan dan keyakinannya, dan ia berhak atas siksaan dan pahala sesuai dengan
ikhtiarnya, ia dapat memilih perintah dan larangan. Allah Ta?ala
berfirman :
فمن شاء
فليؤمن ومن شاء
فليكفر
yang
artinya : ?Barangsiapa yang berkehendak beriman
maka hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang berkehendak kafir biarlah ia
kafir.? (al-Kahfi : 29).
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, mereka tidak mengkafirkan
seorangpun dari kaum muslimin yang berdosa, walaupun mereka melakukan dosa
besar, kecuali jika ia menentang sesuatu dari agama yang telah diketahui akan
urgensinya, dan ia mengetahui mana yang khusus dan mana yang umum, dan perkara
ini telah tetap dari al-Kitab, as-Sunnah dan Ijma? salaful ummah dan para
imamnya.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, mereka beribadah kepada
Allah Ta?ala semata dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
tidaklah mereka meminta melainkan hanya kepada Allah, mereka tidak pula beristighotsah
dan beristi?anah melainkan kepada-Nya Subhanahu. Mereka tidak
bertawakal melainkan kepada-Nya Jalla wa ?Ala dan mereka bertawasul
kepada Allah dengan ketaatannya, ibadahnya, dan amal-amal shalihnya.
Sebagaimana firman Allah Ta?ala :
يا أيها
الذين آمنوا اتقوا
الله وابتغوا إليه
الوسيلة
yang
artinya : ?Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan-jalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya.? (al-Maidah : 35) yaitu, dekatlah
kepada-Nya dengan ketaatan dan ibadah kepada-Nya.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, sholat boleh di belakang
setiap orang yang baik maupun yang fajir selama zhahirnya masih benar. Dan kita
tidak menetapkan seorangpun siapapun dia dengan surga atau neraka kecuali
terhadap orang-orang yang telah ditetapkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam. Akan tetapi kami mengharapkan kebaikan dan takut akan keburukan.
Kami mempersaksikan sepuluh orang yang diberitakan masuk surga sebagaimana Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Sallam mempersaksikan mereka. Dan setiap orang
yang dipersaksikan oleh Nabi dengan surga maka kami turut mempersaksikannya,
karena beliau tidaklah berucap dari hawa nafsu kecuali wahyu yang diwahyukan.
Kami memberikan loyalitas/kecintaan kepada para sahabat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam dan menahan diri dari memperbincangkan percekcokan dan
perselisihan dinatara mereka. Dan urusannya adalah pada Rabb mereka. Kami tidak
mencela salah seorang dari sahabat, sebagai pengejawantahan sabdanya :
لا تسبوا
أصحابي، فو الذي
نفسي بيده لو أنفق
أحدكم مثل أحد
ذهبا ما بلغ مدّ
أحدهم ولا نصيفه
Yang
artinya : ?Janganlah kalian mencela sahabatku, demi
dzat yang jiwaku berada di tangannya, seandainya salah seorang dari kalian
menginfakkan hartanya sebanyak gunung uhud, tidak akan mampu mencapai satu mud
infaq mereka maupun setengahnya.?
Para sahabat tidaklah maksum dari kesalahan, karena ishmah
(kemaksuman) adalah milik Allah dan rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam
menyampaikan. Dan Allah Ta?ala memelihara ijma? ummat dari kesalahan,
bukan satu individu, sebagaimana sabda nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
dalam haditsnya :
إن الله
لا يجمع أمتي على
الضلالة، ويد الله
على الجماعة
yang
artinya : ?Sesungguhnya Allah tidak akan
mengumpulkan ummatku di atas kesesatan, dan tangan Allah di atas jama?ah.?
Kami
memohon Ridha Allah bagi isteri-isteri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
Ummahatul Mukminin, dan kami berkeyakinan bahwa mereka suci terbebas
dari segala keburukan.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, tidak wajib bagi seorang
muslim untuk mengikatkan dirinya kepada madzhab fikih tertentu, dan boleh
baginya keluar dari satu madzhab ke madzhab lainnya berdasarkan kekuatan dalil.
Tidak ada madzhab bagi orang awam, madzhabnya adalah madzhab muftinya. Bagi
penuntut ilmu, jika dia memiliki keahlian dan mampu untuk mengetahui
dalil-dalil para imam maka hendaklah ia melakukannya, dan berpindah dari
madzhabnya seorang imam dalam suatu masalah kepada madzhab imam lain yang
memiliki dalil lebih kuat dan pemahaman lebih rajih di dalam masalah
lainnya. Yang demikian ini dikatakan sebagai muttabi? bukanlah mujtahid,
karena ijtihad adalah menggali hukum langsung dari Kitabullah dan as-Sunnah
sebagaimana para imam yang empat melakukannya ataupun selain mereka dari para
ahi fikih dan ahli hadits.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, bahwasanya para sahabat yang
empat, yaitu : Abu Bakar, ?Umar, ?Utsman dan ?Ali Radhiyallahu ?anhum,
mereka adalah para khalifah yang lurus lagi mendapatkan petunjuk (Khulafa?ur
Rasyidin al-Mahdiyin). Mereka yang memegang kekhalifahan nubuwah selama 30
tahun ditambah kekhilafahan Husain Radhiyallahu ?anhum, sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
الخلافة
في أمتي ثلاثون
سنة، ثم مُلك بعد
ذلك
yang
artinya : ?Kekhilafahan pada ummatku selama 30
tahun, kemudian akan berbentuk kerajaan setelahnya.?
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, wajib mengimani seluruh yang
berada di dalam al-Qur'an dan Allah Ta?ala memerintahkan kita dengannya,
dan meninggalkan setiap apa yang dilarang Allah kepada kita baik secara global
maupun terperinci. Kami mengimani segala apa yang diberitakan oleh Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam, dan yang telah shahih penukilan darinya baik yang dapat
kita saksikan maupun yang tidak dapat, sama saja baik yang dapat kita nalar
maupun yang tidak kita ketahui dan tidak pula dapat kita telaah hakikat
maknanya. Kita melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya Shallallahu
'alaihi wa Sallam dan kita menjauhi terhadap segala apa yang Allah dan
Rasul-Nya melarangnya. Kita berhenti pada batasan-batasan (Hudud) Kitabullah Ta?ala
dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, dan yang datang
dari Khalifah ar-Rasyidin al-Mahdiyin. Wajib bagi kita mengikuti segala
apa yang datang dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam baik
berupa keyakinan, amal perbuatan, dan ucapan, serta meniti jalannya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam dan jalannya para Khalifah ar-Rasyidin al-Mahdiyin yang
empat baik berupa keyakinan, amal perbuatan mapun ucapan. Inilah dia sunnah
yang sempurna itu, dikarenakan sunnah Khalifah ar-Rasyidin diikuti sebagaimana
mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
Umar
bin Abdul Aziz berkata :
سن لنا
رسول الله r وولاة
الأمر من بعده
سننا، الأخذ بها
اعتصام بكتاب الله،
وقوة على دين الله،
ليس لأحد تبديلها
ولا تغييرها، ولا
النظر في أمرٍ
خالفها، من اهتدى
بها فهو المهتدي،
ومن استنصر بها
فهو المنصور، ومن
تركها واتبع غير
سبيل المؤمنين
ولاّه الله ما
تولى وأصلاه جهنم
وساءت مصيراً
Artinya
: ?Rasulullah meninggalkan sunnah bagi kita demikian pula para
pemimpin setelah beliau, mengambil sunnah dengan berpegang terhadap Kitabullah
dan memperkuat agama Allah. Tidak ada seorangpun yang merubah maupun
menggantinya, tidak pula ada pandangan terhadap sesuatu yang menyelisihinya.
Barangsiapa yang berpetunjuk dengannya maka ia akan mendapatkan petunjuk, dan
barangsiapa yang menolongnya maka ia akan ditolong. Namun barangsiapa yang
meninggalkannya dan mengikuti selain jalannya orang yang beriman maka Allah
akan membiarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang ia condong padanya dan
baginya jahannam seburuk-buruk tempat kembali.?
Sebagai saksi kebenaran terhadap hal ini adalah sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam :
وإياكم
ومحدثات الأمور
فإن كل بدعة ضلالة
yang
artinya : ?Jauhilah oleh kalian perkara-perkara
yang baru karena setiap bid?ah itu sesat.?
Hadits ini merupakan pokok yang agung dari pokok-pokok agama, dan hadits ini
semakna dengan hadits :
من أحدث
في أمرنا هذا ما
ليس منه فهو ردّ
yang
artinya : ?Barangsiapa yang mengada-adakan di dalam
urusan kami yang tidak ada perintahnya maka tertolak.?
Di dalam hadits ini terdapat suatu peringatan dari mengikuti
perkara-perkara yang baru (muhdats) di dalam agama dan ibadah. Yang dimaksud
dengan bid?ah adalah segala perkara yang diada-adakan tanpa ada dasarnya dari
syariat yang menunjukkan pensyariatannya. Adapun jika suatu perkara memiliki
asal di dalam syariat yang menunjukkan pensyariatannya maka bukanlah hal ini
termasuk bid?ah secara syariat, namun dimutlakkan sebagai bid?ah secara bahasa.
Maka setiap orang yang mengada-adakan sesuatu dan menyandarkannya kepada agama
padahal tidak ada asal yang yang menunjukkannya maka ia termasuk kesesatan, dan
agama ini berlepas diri darinya baik itu dalam masalah keyakinan, perbuatan
maupun ucapan.
Adapun yang terdapat pada ucapan salaf yang menyatakan kebaikan
beberapa bid?ah, maka sesungguhnya yang dimaksud adalah bid?ah secara bahasa
tidak secara syar?i (istilah), diantaranya adalah ucapan Umar bin Khaththab Radhiyallahu
?anhu tatkala beliau mengumpulkan manusia pada saat sholat Tarawih di bulan
Ramadhan pada imam yang satu di Masjid, beliau keluar dan melihat mereka sedang
sholat, beliau berkata : نعمت البدعة
هذه? yang artinya : ?Ini
adalah sebaik-baik bid?ah?, namun amalan ini memiliki dasar di dalam syariat,
karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah sholat Tarawih
secara berjama?ah di Masjid, kemudian beliau meninggalkannya karena takut akan
diwajibkan kepada ummatnya sedangkan ummatnya tidak mampu mengamalkannya.
Ketakutan ini sirna setelah wafatnya beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
oleh karena itu Umar menghidupkannya kembali. Adapun ibadah yang telah tetap di
dalam syariat maka tidak boleh menambah-nambahinya.
Misalnya adzan, telah baku kaifiyatnya yang disyariatkan tanpa
perlu menambah-nambah maupun mengurang-ngurangi. Demikian pula sholat, telah
baku kaifiyatnya yang disyariatkan, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam bersabda : صلوا كما رأيتموني
أصلي yang artinya : ?Sholatlah kamu sebagaimana aku sholat.? Hadits
ini shahih diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Shahih?-nya. Haji pun juga
telah baku kaifiyatnya dari syariat, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa Sallam bersabda : خذوا عني مناسككم yang artinya :
?Ambillah dariku manasik hajimu.? Ada beberapa perkara yang dilakukan oleh kaum
muslimin yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam. Namun perkara-perkara ini merupakan suatu keharusan (dharuriyah)
dalam rangka memelihara Islam, mereka memperbolehkanya dan mendiamkannya,
seperti Utsman bin ?Affan yang mengumpulkan mushaf menjadi satu karena khawatir
ummat akan berpecah belah, dan para sahabat lainpun menganggap hal ini baik,
karena padanya terdapat maslahat yang sangat jelas. Juga seperti penulisan
hadits Nabi yang mulia dikarenakan khawatir akan sirna karena kematian para
penghafalnya. Demikan pula penulisan tafsir al-Qur'an, al-Hadits, penulisan
ilmu nahwu untuk menjaga Bahasa Arab yang merupakan sarana dalam memahami
Islam, penulisan ilmu mustholah hadits. Semua ini diperbolehkan dalam rangka
menjaga syariat Islam dan Allah Ta?ala sendiri bertanggung jawab dalam
memelihara syariat ini sebagaimana dalam firman-Nya :
إنا نحن
نزلنا الذكر وإنا
له لحافظون
yang
artinya : ?Sesungguhnya kami yang menurunkan
al-Qur'an dan sesungguhnya kami pula yang bertanggung jawab memeliharanya.? (al-Hijr : 9)
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
يحمل
هذا العلم من كل
خَلَف عُدوله،
ينفون عنه تحريف
الغالين، وانتحال
المُبطلين، وتأويل
الجاهلين
yang
artinya : ?Ilmu ini diemban pada tiap generasi oleh
orang-orang adilnya, mereka menghilangkan perubahan orang-orang yang ekstrim,
penyelewengan orang-orang yang bathil dan penakwilan orang-orang yang bodoh.? Hadits ini hasan dengan jalan-jalannya dan syawahid
(penguat)-nya.
Inilah aqidah generasi pertama dari ummat ini, dan aqidah ini
adalah aqidah yang murni seperti murninya air tawar, aqidah yang kuat seperti
kuatnya gunung yang menjulang tinggi, aqidah yang kokoh seperti kokohnya tali
simpul yang kuat, dan ia adalah aqidah yang selamat, jalan yang lurus di atas
manhaj al-Kitab dan as-Sunnah serta di atas ucapan Salaful Ummah dan para
imamnya. Dan ia adalah jalan yang mampu menghidupkan hati generasi pertama
ummat ini, ia merupakan aqidah Salafush Shalih, Firqoh Najiyah (Golongan yang
selamat) dan Ahlus Sunnah wal Jama?ah. Aqidah ini mrp aqidahnya para imam yang
empat dan pemegang madzhab yang masyhur serta para pengkutnya, aqidahnya jumhur
ahli fikih dan ahli hadits serta para ulama yang mengamalkan ilmunya, dan
aqidahnya orang-orang yang meniti jalan mereka hingga saat ini dan hingga hari
kiamat. Sesungguhnya telah berubah orang-orang yang merubah ucapan-ucapan
mereka, oleh sebagian mutaakhirin (orang-orang generasi terakhir) yang
menyandarkan diri mereka kepada madzhab mereka. Maka wajib atas kita kembali
kepada aqidah salafiyah yang murni, kepada sumbernya yang telah direguk oleh
orang-orang terbaik dari Salaf Sholih. Maka kita diam terhadap apa yang mereka
diamkan, kita menjalankan ibadah sebagaimana mereka menjalankannya, dan kita
berpegang dengan al-Kitab, as-Sunnah dan Ijma? Salaful Ummah dan para imamnya
serta qiyas yang shahih pada perkara-perkara yang baru (kontemporer).
Imam
an-Nawawi berkata di dalam al-Adzkar :
واعلم
أن الصواب المختار
ما كان عليه السلف
رضي الله عنهم،
وهذا هو الحق،
ولا تغترن بكثرة
من يخالفه
yang
artinya : ?Ketahuilah, bahwa kebenaran yang
terpilih adalah apa yang para salaf Radhiyallahu ?anhum berada di atasnya.?
Demikian
pula Abu Ali al-Fudhail bin ?Iyyadh berkata :
الزم
طرق الهدى ولا
يضرك قِلة السالكين،
وإياك وطرق الضلالة،
ولا تغترن بكثرة
الهالكين
yang
artinya : ?Tetapilah jalan-jalan petunjuk dan
tidaklah akan membahayakanmu sedikitnya orang yang menitinya. Jauhilah olehmu
jalan-jalan kesesatan, dan janganlah dirimu terpedaya dengan banyaknya orang
yang binasa.?
Inilah satu-satunya jalan yang akan memperbaiki keadaan ummat ini.
Telah benar apa yang dikatakan oleh Imam Malik bin Anas Rahimahullahu,
seorang penduduk Madinah al-Munawarah ketika berkata :
لن يصلح
آخر هذه الأمة
إلا بما صلح به
أولها
yang
artinya : ?Tidaklah akan baik akhir ummat ini
kecuali mereka mengikuti baiknya awal ummat ini.?
Tidaklah akan musnah kebaikan di dalam ummat ini, karena Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam telah bersabda di dalam haditsnya :
لا تزال
طائفة من أمتي
ظاهرين على الحق
لا يضرهم من خذلهم
حتى يأتي أمر الله
وهم كذلك
yang
artinya : ?Akan senantiasa ada segolongan dari
ummatku yang menampakkan kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang-orang
yang mencela, mereka tetap dalam keadaan demikian sampai datangnya hari kiamat.?
Inilah Aqidah Salaf Sholih yang telah disepakati oleh sejumlah
besar para ulama, diantaranya adalah Abu Ja?far ath-Thahawi, yang telah
disyarah aqidahnya oleh Ibnu Abil Izz al-Hanafi salah seorang murid Ibnu Katsir
ad-Dimasyqi, yang dinamakan dengan
?Syarh
Aqidah ath-Thahawiyah?. Diantara mereka juga Abul Hasan al-Asy?ari di dalam
kitabnya ?al-Ibanah ?an Ushulid Diyaanah?, yang di dalamnya
terhimpun aqidah beliau yang terakhir, beliau berkata :
قولنا
الذي نقول به،
وديانتنا التي
ندين بها: التمسك
بكتاب الله عز
وجل، وبسنة نبينا
r، وما روي عن
الصحابة والتابعين
وأئمة الحديث،
ونحن بذلك معتصمون،
وبما كان يقول
به أبو عبد الله
أحمد بن حنبل قائلون،
ولمن خالف قوله
مجانبون
yang
artinya : ?Pendapat yang kita berpendapat dengannya
dan agama yang kita beragama dengannya adalah : kita berpegang dengan
Kitabullah Azza wa Jalla dan dengan Sunnah Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa
Sallam, serta dengan apa yang diriwayatkna dari para sahabat, tabi?in dan para
imam hadits. Kami berpegang dengan itu semuanya, dan dengan apa yang dikatakan
oleh Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, dan orang-orang yang menyelisihi ucapannya
adalah orang yang sesat.?
Termasuk
pula tulisan tentang aqidah salafus shalih adalah apa yang ditulis oleh
Ash-Shabuni dalam kitabnya ?Aqidah Salaf Ashabul hadits?, dan juga
diantaranya adalah Muwafiquddin Abu Qudamah al-Maqdisy al-Hanbali dalam
kitabnya ?Lum?atul I?tiqod al-Haadi ila Sabilir Rosyad?, dan selain
mereka dari para ulama yang mulia. Semoga Allah membalas mereka semua dengan
kebaikan.
Kami memohon kepada Allah untuk menunjuki kami kepada Aqidah yang
murni, jalan yang terang benderang lagi suci dan akhlak yang mulia terpuji. Dan
kita memohon supaya menghidupkan kita di atas Islam dan mematikan kita di atas
syariat nabi kita Muhammad alaihi Sholatu wa Salam.
Ya Allah, tetapkanlah kami sebagai muslim dan kumpulkanlah kami
bersama orang-orang yang shalih bukan orang-orang yang hina lagi terfitnah,
ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami serta seluruh kaum mukminin
pada hari ditegakkannya perhitungan. Kami memohon kepada Allah Ta?ala agar
senantiasa mengilhamkan kepada kami kebenaran di dalam berkata dan beramal,
sesungguhnya Ia Maha Mampu atas segala hal dan Dialah Dzat satu-satunya yang
layak dipinta. Demikianlah akhir seruan kami, segala puji hanyalah milik Allah
pemelihara alam semesta.
Pelayan
Sunnah Nabawiyah, Abu Muhammad Abdul Qodir al-Arna`uth
Allahlah
di balik segala tujuan.
Dialihbahasakan oleh Abu Salma
al-Atsariy at-Tirnatiy
Dari http://www.alarnaut.com/ (Website
resmi Syaikh Abdul Qadir al-Arna`uth)
Dipersembahkan bagi penulis ?Rahimahullahu-
yang telah pulang ke rahmatullah pada tanggal 13 Syawwal 1425/26 November 2004,
semoga ilmu dan amalnya akan tetap kekal di dunia ini dan semoga Allah Subhanahu
wa Ta'ala menempatkannya ke dalam surga-Nya kelak bersama para rasul, nabi,
mujahidin, shiddiqin dan syuhada?.
Disebarkan oleh Lajnah Dakwah dan Ta?lim
FSMS
Forum Silaturrahim Mahasiswa as-Sunnah