TAHAPAN PENCIPTAAN MANUSIA
Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai
utusan untuk seluruh alam semesta. Allah berfirman di dalam Qur�an
:
�Dan tidaklah kami mengutusmu
melainkan, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.�
(al-Anbiya� 21 : 107).
Demikianlah, Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah untuk masyarakat Badui di
gurun pasir sebagaimana beliau pula adalah utusan Allah bagi para saintis hari
ini di laboratorium modernnya. Beliau adalah utusan Allah kepada seluruh
manusia untuk segala zaman. Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam, tiap Rasul diutus khusus untuk kaumnya: �Dan bagi tiap-tiap kaum ada yang
memberi petunjuk� (QS ar-Ra�du 13 : 7).
�Risalah� Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam, biar bagaimanapun, adalah untuk seluruh manusia,
dan untuk alasan inilah Allah memberikan bukti bagi �Risalah� Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebuah bukti yang berbeda dengan bukti-bukti
yang diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya. Bukti-bukti rasul terdahulu hanya
dapat dilihat oleh orang-orang semasanya, yang didukung dengan mukjizat, untuk
menyadarkan keimanan kaumnya. Namun, karena Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam ditakdirkan untuk menjadi Nabi terakhir hingga hari pembalasan, Allah
menganugerahkan kepada beliau mukjizat abadi sebagai bukti kenabiannya.
Jika kita bertanya kepada orang
yahudi atau kristen untuk menunjukkan mukjizat Nabi Musa atau Isa, alaihima
as-Salam, mereka akan menyampaikan bahwa tidak ada kuasa bagi manusia untuk
meredemonstrasikan kembali mukjizat-mukjizat itu lagi sekarang. Tongkat Musa
takkan bisa diciptakan lagi demikian halnya Isa takkan bisa lagi dimintai
tolong untuk membangkitkan manusia dari kematian. Bagi kita, pada hari ini,
mukjizat-mukjizat ini tiada lain hanyalah beita sejarah. Namun jika seorang
Muslim ditanya mengenai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam, dia dapat secara langsung menunjukkannya, yakni al-Qur�an. Al-Qur�an
adalah mukjizat yang ada pada kita hingga saat ini. Al-Qur�an adalah kitab yang
terbuka bagi siapa saja untuk memeriksa isinya.
Allah berfirman di dalam
al-Qur�an :
�Katakanlah: Siapakah yang lebih
kuat persaksiannya? Katakanlah, Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu.
Dan al-Qur�an diwahyukam kepadamu supaya dengannya aku memberi peringatan
kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur�an kepadanya.� (QS
al-An�am 6 : 19)
Sifat al-Qur�an yang
menakjubkan terbaring pada ilmu pengetahuan yang dikandungnya, Allah yang Maha
Agung berfirman, �Tetapi Allah mengakui al-Qur�an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah
menurunkan dengan ilmu-Nya, dan malaikatpun menjadi saksinya� (QS
an-Nisaa� 4 : 166)
Oleh karena itu, para saintis
dan pelajar kontemporer kita, profesor dari segala universitas yang menjadi
pemimpin pengetahuan manusia, memiliki kesempatan untuk memeriksa pengetahuan
yang ditemukan di dalam Kitabullah. Pada saat ini, para saintis telah
mengungguli di dalam penemuan alam semesta, walaupun al-Qur�an telah
mendiskusikan alam semesta dan perkembnagan manusia jauh sebelumnya. Jadi,
apakah hasilnya?
Kita menghadirkan Profesor
Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis
anatomi dan embriologi terkemuka di dunia. Kita pernah bertanya pada
Profesor Moore untuk memberikan kepada kita analisis saintifiknya bekenaan
ayat-ayat spesifik di al-Qur�an dan hadits-hadits Nabi yang
menyinggung/berkenaan dengan bidang
spesialisasinya.
Profesor Moore adalah penulis sebuah buku yang berjudul �The Developing Human�. Beliau
adalah Profesor Emeritus Anatomi dan Biologi Sel pada Universitas Toronto,
Kanada, dimana beliau pernah menjadi Kepala Dekan Sains Dasar di Fakultas
kedokteran dan selama 8 tahun beliau menjadi Kepala Departemen Anatomi. Dr.
Moore sebelumnya juga mengajar di Universitas Winnipeg, Kanada selama 11 tahun.
Beliau telah mengepalai banyak asosiasi internasional anatomis dan dewan
Persatuan Sains Biologi. Profesoor Moore juga pernah terpilih menjadi anggota
Royal Medical Association di Kanada, di Akademi Sitologi Internasional,
Perhimpunan Anatomis Amerika dan Perhimpunan Anatomis Amerika Utara dan
Selatan. Tahun 1984, beliau menerima penghargaan istimewa di bidang anatomi di
Kanada, yaitu J.C.B. Grant Award dari Asosiasi Anatomis Kanada.
Beliau telah mempublikasikan
banyak buku pada bidang ilmu kesehatan anatomi dan embriologi, delapan diantara
buku-bukunya digunakan sebagai referensi di sekolah-sekolah kedokteran dan
telah diterjemahkan ke dalam 6 bahasa.
Ketika kita minta beliau untuk
memberikan analisanya terhadap ayat-ayat Qur�an dan pernyataan Nabi, beliau
tercengang. Ia bertanya-tanya, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam, 14 abad yang lalu, dapat memaparkan embrio dan fase
perkembangannya secara mendetail dan akurat, dimana para saintis telah
mengetahuinya hanya pada akhir abad ketiga belas. Biar bagiamanapun, dengan
sangat cepat ketakjuban Profesor Moore tumbuh menjadi kekaguman terhadap wahyu
dan bimbingan ini. Beliau memperkenalkan pandangan-pandangan ini ke dalam
intelektualitas dan siklus saintifis. Beliau juga memberikan kuliah terhadap
kesesuaian modern embriologi dengan al-Qur�an dan as-Sunnah, dimana beliau
menyatakan :
�Sungguh menyenangkan sekali
bagiku untuk membantu menjelaskan pernyataan mengenai perkembangan manusia di
dalam al-Qur�an. Sangat jelas bagiku bahwa pernyataan-pernyataan ini pasti
datang kepada Muhammad dari Allah, karena hampir seluruh pengetahuan ini belum
diketemukan hingga beberapa abad kemudian. Hal ini membuktikan kepadaku bahwa
Muhammad pasti adalah seorang utusan Allah.�
Mempertimbangkan bahwa saintis
embriologi terkemuka dan terhormat ini telah menyatakan studinya mengenai
ayat-ayat al-Qur�an yang berkenaan dengan disiplin ilmunya, dan beliau
berkesimpulan bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pastilah seorang
utusan Allah.
Allah berfirman di dalam
al-Qur�an berkenaan tahap-tahap penciptaan manusia : �Wa
laqod kholaqnaa al-insaana min sulaalatin min thiin, tsumma ja�alnaahu
nuthfatan fii qoroorin makiin, tsumma kholaqnaa an-Nuthfata �alaqotan
fakholaqnaa al-�alaqota mudghotan fa kholaqnaa al-mudghota �idhooman fakasawnaa
al-�idhooma lahmaan tsumma ansya�naahu kholqon aakhor =
Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dari sulaalatin min thiin
(suatu saripati dari tanah), kemudian kami jadikan nuthfah
(saripati/sperma) itu dalam qoroorin makiin (tempat yang kokoh/rahim),
kemudian kami jadikan nuthfah itu �alaqoh (segumpal darah), lalu �alaqoh
itu kami jadikan mudghoh (segumpal daging), lalu mudghoh itu kami
jadikan �idhooma (tulang belulang) lalu �idhooma itu kami bungkus dengan
lahma (daging/otot), kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain.�
(QS. Al-Mu�minuun 23 : 12-14).
Kata �alaqoh memiliki 3 makna,
makna pertama adalah �lintah�, makna kedua adalah �sesuatu
yang tergantung� dan makna yang ketiga adalah �segumpal darah�.
Ketika membandingkan lintah air
tawar dengan embrio pada tahap �alaqoh,
Profesor Moore menemukan kesamaan yang banyak pada keduanya. Beliau
berkesimpulan bahwa embrio selama tahap �alaqoh
mendapatkan penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Profesor Moore lantas
menempatkan sebuah gambar embrio dan lintah bersebelahan (lihat gambar 1).
beliau mempresentasikan gambar-gambar tersebut di hadapan para saintis pada
beberapa konferensi.
Arti kedua dari �alaqoh adalah �sesuatu yang tergantung�, dan hal ini adalah apa yang dapat kita
lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap �alaqoh. Arti ketiga adalah �segumpal
darah�. Hal ini signifikan untuk mengamati, sebagaimana pernyataan Profesor
Moore, bahwa embrio selama tahap �alaqoh
mengalami peristiwa internal yang sudah ma�lum, seperti pembentukan darah pada
pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap �alaqoh, darah ditangkap di dalam
pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti
gumpalan darah, sebagai tambahan dari penampakan seperti lintah. Kedua
deskripsi tersebut secara mengagumkan disodorkan oleh satu kata �alaqoh dalam Qur�an.
Gambar 1 :
Gambar Lintah (bawah) dan �alaqoh (atas)
Bagaimana bisa Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui dengan sendirinya? Prof Moore juga
mempelajari embrio dalam tahap Mudghah
(substansi mirip hasil kunyahan). Beliau mengambil beberapa potong tanah liat
kasar dan mengunyahnya di dalam mulutnya, kemudian membandingkannya dengan
gambar embrio pada tahap mudghoh.
Prof Moore berkesimpulan bahwa embrio pada tahap mudghoh memiliki bentuk yang sangat mirip dengan substansi seperti
kunyahan (gambar 2). Beberapa buletin ilmiah bulanan Kanada mempublikasikan
banyak pernyataan Prof Moore. Sebagai tambahan, beliau menampilkannya di tiga
program televisi dimana beliau menyoroti kesesuaian sains modern dengan apa-apa
yang dikandung oleh al-Qur�an sejak 1400 tahun yang lalu. Oleh karenanya,
beliau ditanya dengan pertanyaan berikut, �Apakah dengan demikian ini anda
mengimani bahwa al-Qur�an adalah perkataan Allah?� beliau menjawab: �Aku tak
menemukan musykilah untuk menerimanya�, kemudian beliau ditanya lagi,
�Bagaimana bisa anda mengimani Muhammad sedangkan anda juga mengimani Yesus
Kristus? Beliau menjawab, �Aku yakin mereka berdua berasal dari pembinaan yang
sama.�
Gambar 2 :
Gambar kunyahan tanah liat (kiri) dan Mudghah
(kanan)
Jadi para saintis modern di
seluruh penjuru dunia hari ini dapat mengetahui bahwa al-Qur�an telah
dinyatakan berasal dari pengetahuan ilmu Allah. Sebagaimana Allah yang maha
besar berfirman kepada kita, �Tetapi Allah mengakui al-Qur�an yang
diturunkannya kepadamu (wahai Muhammad), Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya.�
(QS 4:166)
Hal ini juga seharusnya diikuti
oleh saintis modern saat ini untuk tidak memiliki kesulitan di dalam mengakui
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai utusan Allah.
Buku �The Developing Human�
yang ditulis oleh Prof Keith Moore telah diterjemahkan ke dalam 8 bahasa. Buku
ini telah menjadi buku referensi, dan dipilih oleh komite khusus di Amerika
Serikat sebagai buku terbaik yang ditulis secara individu. Kami bertemu dengan
penulis buku ini dan menghadirkan pada beliau beberapa ayat al-Qur�an dan
hadits Rasulullah yang berhubungan dengan spesialisasinya di embriologi.
Prof Moore diyakinkan dengan
bukti-bukti kami, jadi kami menanyakan padanya beberapa pertanyaan berikut:
�Anda menyebutkan di dalam buku anda bahwa pada abad pertengahan tidak ada
kemajuan sains di bidang embriologi, dan hanya sedikit sekali yang benar-benar
diketahui saat itu. Pada saat yang sama saat itu al-Qur�an sedang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan dia membimbing manusia
kepada apa yang Allah wahyukan kepadanya. Ditemukan di dalam al-Qur�an deskripsi
secara mendetail mengenai penciptaan manusia dan perkembangan tahapan manusia
yang berbeda. Anda adalah saintis termasyhur di dunia saat ini, jadi mengapa
anda tidak menegakkan keadilan dan menyebutkan kebenaran-kebenaran ini di dalam
buku anda?�, beliau menjawab: �Anda memiliki buktinya namun aku tidak. Kenapa
tak kau tunjukkan kepada kami?� Kemudian kami tunjukkan kepadanya fakta-fakta
dan Prof Moore membuktikannya dirinya sebagai ilmuwan yang hebat. Pada edisi
ketiga bukunya, beliau memberikan beberapa tambahan. Bukunya telah
diterjemahkan, sebagaimana telah kami jelaskan di atas, ke dalam 8 bahasa
termasuk Rusia, Cina, Jepang, Jerman, Italia, Portugis dan Yugoslavia. Buku ini memiliki distribusi sedunia dan
dibaca oleh saintis terkenal sedunia.
Prof Moore menyatakan di dalam
bukunya mengenai abad pertengahan sebagai berikut, �Pertumbuhan sains sangat
lemah selama periode pertengahan, dan sangat sedikit investigasi embriologi
yang dikerjakan selama masa ini dan ini ma�lum bagi kita. Disebutkan di
al-Qur�an, kitab suci ummat muslim, bahwa manusia dihasilkan dari sekresi pria dan wanita yang bercampur. Beberapa
perujukan dibuat tentang penciptaan manusia sejak dari setetes sperma, dan hal
ini juga menunjukkan bahwa organisme yang terbentuk bertempat di tubuh wanita
seperti sebuah biji/benih, 6 hari setelah permulaannya (blastocyst manusia
mulai tertanam sekitar 6 hari setelah fertilisasi. Lihat gambar 3)�
Gambar 3 :
Blasticyst yang tertanam dalam uterus
�al-Qur�an juga menyatakan
bahwa tetesan sperma berkembang menjadi gumpalan darah yang membeku/didih.
(sebuah blastocyst yang tertanam atau gagal/gugur secara spontan berbentuk
seperti didih/darah yang membeku). Perujukan juga menunjukkan penampakan embrio
seperti lintah. Embrio menyerupai seekor lintah, atau penghisap darah, pada
penampakannya. Embrio juga dikatakan menyerupai substansi yang dikunyah seperti
getah atau kayu. (Somit sedikit mirip dengan bekas gigitan pada sebuah
substansi yang dikunyah. Lihat gambar 5)
Gambar 5 :
Embrio manusia (kiri) dan gum atau
bekas kunyahan dalam tahap mudghah.
�Emrio yang sedang berkembang
disadari akan menjadi manusia sekitar 40-42 hari dan tidak lagi mirip embrio
hewan pada tahap ini. (lihat gambar 4.3). (Embrio manusia mulai memiliki
karakteristik manusia pada tahap ini). Al-Qur�an juga menyatakan bahwa embrio
berkembang di dalam tiga kegelapan. Hal ini kemungkinan besar merujuk kepada
(1) dinding anterior abdominal ibu, (2) dinding uterus, dan (3) membran
amniokorion. (Lihat gambar 6) ruang di sini tidak memungkinkan untuk
mendiskusikan lebih jauh beberapa perujukan yang menarik mengenai perkembangan
prenatal manusia yang ada di al-Qur�an.�
Gambar 6
Ini adalah apa yang telah
ditulis oleh Dr. Moore di dalam bukunya, Alhamdulillah, yang sekarang ini
sedang didistribusikan ke seluruh dunia. Pengetahuan saintifis menyebabkan Prof
Mooe memiliki wewenang untuk menyebutkan hal ini di dalam bukunya. Beliau telah
berkonklusi bahwa klasifikasi modern tentang tahap perkembangan embrionik, yang
telah diadopsi di seluruh dunia, tidaklah mudah ataupun komprehensif. Hal ini tidaklah memberikan kontribusi
terhadap pemahaman mengenai tahapan perkembangan embrionik karena tahap-tahap
tersebut berdasarkan bentuk numerik, yaitu, tahap 1, tahap 2, tahap 3, dst.
Pembelahan yang telah disebutkan di dalam al-Qur�an tidaklah bergantung pada
sistem numerik. Lebih jauh pembelahan
yang ada di Qur�an berdasarkan pada pengidentifikasian bentuk dan ukuran yang
terang dan mudah perkembangan embrio yang terjadi.
Al-Qur�an mengeidentifikasikan
tahapan perkembangan prenatal sebagai berikut:
-
Nuthfah,
yang berarti �setetes� atau �sejumlah kecil air�
-
�Alaqoh
yang berarti �struktur seperti lintah�
-
Mudghah
yang berarti �struktur bekas kunyahan�
-
�Idhaam
yang berarti �tulang� atau �rangka�
-
Kisaa
al-�Idham bil laham, yang bermakna membungkus tulang dengan
daging atau otot.
-
An-Nasy�a
yang berarti �formasi/pembentukan fetus yang sudah jelas�
Prof Moore telah mengenal bahwa
pembelahan versi Qur�an ini benar-benar berdasarkan pada fase yang berbeda pada
perkembangan prenatal. Beliau telah menggarisbawahi bahwa deskripsi saintifis
yang elegan ini lebih komprehensif dan praktis.
Dalam salah satu konferensi
yang beliau hadiri, Prof Moore menyatakan berikut ini: �Embrio berkembang di
dalam rahim ibu atau uterus dilindungi oleh tiga kegelapan atau tiga lapisan,
sebagaimana ditunjukkan pada slide berikutnya. (A) merepresentasikan dinding
anterior abdomen, (B) dinding uterus, dan (C) membran amniokorion. (Lihat
gambar 6). Karena tahapan embrio manusia sangat kompleks, yang memperlihatkan
proses berkelanjutan perubahan selama perkembangan, perlu diusulkan
perkembangan sebuah sistem klasifikasi yang baru dengan menggunakan
istilah-istilah yang disebutkan al-Qur�an dan as-Sunnah. Sistem yang diusulkan
sangat mudah, komprehensif dan sesuai dengan pengetahuan embriologi saat ini.�
Gambar 7
�Studi intensif mengenai
al-Qur�an dan al-Hadits 4 tahun terakhir telah mengungkap sebuah sistem dalam
mengklasifikasikan embrio manusia yang benar-benar menakjubkan sejak hal ini
diwahyukan pada abad ke-7 M. Walaupun Aristoteles, penemu sains embriologi,
menyadari bahwa embrio ayam berkembang secara bertahap dari studinya mengenai
telur ayam betina pada abad ke-4 sebelum Masehi, dia tidak memberikan detail
apapun mengenai tahapan-tahapan embrio. sepanjang sejarah embriologi, masih
sedikit diketahui mengenai tahapan dan klasifikasi embrio manusia hingga abad
ke-20. Untuk alasan inilah, deskripsi embrio manusia di al-Qur�an tidak bisa
didasarkan kepada pengetahuan saintifis pada abad ke-7 M. Konklusi yang paling
masuk akal adalah, penjelasan mengenai embriologi yang terdapat di al-Qur�an
ini dinyatakan oleh Muhammad (Shallallahu 'alaihi wa sallam) dari Allah. Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mungkin mengetahui hal ini begitu mendetail
dikarenakan beliau adalah orang yang buta huruf dengan tak ada sedikitpun
pengetahuan saintifis.�
Kita berkata pada Dr. Moore,
�Apa yang telah anda katakan adalah benar adanya, namun ini masih terlalu
sedikit dengan kebenaran dan bukti yang telah kami hadirkan pada anda dari
al-Qur�an dan as-Sunnah dan yang berkaitan dengan sains embriologi. Jadi,
mengapa anda tidak berlaku adil dan membawa cahaya dari ayat-ayat al-Qur�an dan
hadits secara keseluruhan yang berhubungan dengan bidang spesialisasi anda?�
Prof Moore menjawab bahwa
beliau telah memasukkan perujukan yang layak pada beberapa tempat yang cocok
pada buku sains yang khusus. Biar bagaimanapun, beliau akan mengundang kami
untuk memberikan beberapa tambahan islami,
menempatkan seluruh ayat-ayat al-Qur�an dan hadits nabi yang relevan, dan
menyoroti pelbagai aspeknya yang menakjubkan, untuk ditempatkan pada tempat
yang tepat di bukunya. Hal ini telah selesai, dan oleh karena itu, Prof Moore
menulis pengenalan mengenai tambahan islami ini dan hasilnya adalah apa yang
telah anda baca sebelumnya. Pada tiap halaman yang memasukkan fakta-fakta
mengenai sains embriologi, kami telah menempatkan ayat-ayat al-Qur�an dan
hadits nabi yang membuktikan ketiadabandingannya al-Qur�an dan as-Sunnah. Apa
yang kita saksikan hari ini adalah islam bergerak ke lahan baru di dalam
keadilan dan pengetahuan manusia yang tidak bias.
TAHAPAN EMBRIONIK
Kami hadirkan pada anda, Dr.
G.C. Goeringer, Direktur mata kuliah dan Profesor luar biasa Kesehatan Embriologi
pada Jurusan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran, Universitas Georgetown,
Washington D.C.. kami pernah bertemu dengan beliau dan bertanya kepadanya
mengenai sejarah embriologi yang telah disebutkan perkembangan embrio pada
beberapa tahapan yang berbeda dan bahwa telah ada buku lain mengenai embriologi
pada zaman nabi Muhammad (Shallallahu 'alaihi wa sallam) atau berabad-abad
setelah beliau yang juga menyebutkan tahapan-tahapan berbeda ini, atau juga
pembelahan kepada tahapan yang berbeda yang hanya bisa diketahui pada
pertengahan abad ke-19. Dia menyatakan bahwa orang Yunani kuno telah
memperhatikan studi mengenai embriologi dan banyak diantara mereka mencoba
menjelaskan kejadian pada fetus dan bagaimana terbentuknya. Kami setuju dengan
beliau bahwa Aristoteles adalah diantara mereka, yang berusaha menguraikan
beberapa teori subyek ini, namun adakah penyebutan yang dibuatnya menjelaskan
tentang tahapan-tahapan embriologi?
Kami mengetahui bahwa tahapan
ini tidaklah diketahui hingga pertengahan abad ke-19 dan belum dibuktikan
hingga permulaan awal abad ke-20. Setelah diskusi panjang, Prof Goeringer
menyetujui bahwa tak ada penyebutan mengenai fase-fase ini. Lantas kita
menanyainya bagaimana jika ada istilah spesifik yang diterapkan pada fase-fase
ini sama dengan yang ditemukan di al-Qur�an. Jawabannya adalah negatif. Kita
menanyainya: �Apa pendapat anda mengenai istilah-istilah ini dimana al-Qur�an
menggunakannya untuk menjelaskan fase-fase yang terjadi pada fetus?, setelah
diskusi panjang, beliau mempresentasikan sebuah studi pada Konferensi Medis
Saudi ke-8. Beliau menyebutkan di dalam studinya mengenai dasar ketaktahuan
manusia terhadap fase-fase (yang terjadi pada embrio). Beliau juga
mendiskusikan kekomprehensivitasan dan kepresisian istilah al-Qur�an dalam menjelaskan
perkembangan fetus dengan pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif yang
membawa kepada pencapaian kebenaran lebih jauh. Mari kita mendengarkan Prof
Goeringer yang beliau jelaskan dalam opininya:
�Di dalam beberapa ayat yang
bekaitan, mengandung deskripsi yang jauh lebih komprehensif mengenai
perkembangan manusia semenjak masa percampuran gamet hingga fase organogenesis.
Tak ada yang seterang dan sekomplit riwayat mengenai perkembangan manusia dalam
hal klasifikasi, terminologi dan deskripsi yang eksis sebelumnya. Kebanyakan,
jika bukan seluruhnya, misalnya, deskripsi ini mendahului berabad-abad
periwayatan mengenai tahapan yang berbeda embrio manusia dan perkembangan fetus
yang dicatat di dalam literatur saintifis tradisional.
Diskusi dengan Prof Goeringer
mengajak kami berbicara tentang fakta yang ditemukan akhir-akhir ini dan dimana
akan mengeliminasi berbagai bentuk kontroversi. Walaupun kelahiran Isa dari
perawan telah menjadi keyakinan ummat kristani selama berabad-abad, beberapa orang
diantara kristiani memaksa, bahwa Isa haruslah memiliki ayah, karena kelahiran
dari perawan adalah �mustahil secara saintifis�. Mereka berargumen dengan hal
ini, dan mungkin mereka tidak faham, bahwa ada kemungkinan penciptaan makhluk
tanpa ayah. Al-Qur�an menjawab mereka dan telah menggunakan perumpaan
penciptaan Adam. Allah berfirman �Sesungguhnya perumpaan penciptaan Isa di
sisi Allah, adalah seperti penciptaan Adam. Allah menciptakannya dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya: �Jadilah!� maka jadilah ia� (QS Ali
Imran 3:59).
Ada tiga macam penciptaan :
-
Adam, yang diciptakan tanpa ayah dan ibu.
-
Hawa, yang diciptakan tanpa ibu.
-
Isa Al-Masih, yang diciptakan tanpa ayah.
Oleh karena itu, Allah yang
mampu menciptakan Adam dari tanpa ayah dan ibu tentulah juga mampu menciptakan
Isa dari seorang ibu tanpa ayah. Kendati demikian, kaum kristiani masih
mendebatnya walaupun Allah telah mengirim kepada mereka petunjuk di atas
petunjuk dan bukti di atas bukti. Dan ketika mereka ditanya mengapa mereka
masih mempertahankan pendapatnya dalam kontroversi ini, mereka membantah bahwa
mereka tidak pernah melihat ataupun mendengar seseorang diciptakan tanpa ayah
dan tanpa ibu. Namun sains modern sekarang mengungkap bahwa banyak hewan dan
makhluk hidup di muka bumi ini dilahirkan dan bereproduksi tanpa fertilisasi
dari spesies jantan. Sebagai contoh, lebah jantan tidaklah lebih dari sebutir
telur yang tidak difertilisasi oleh
jantannya, karena mengingat telur yang telah difertilisasi oleh jantan
berfungsi sebagai betina. Lebih jauh lagi, lebah-lebah jantan dihasilkan dari
telur ratu tanpa fertilisasi jantan. Masih banyak lagi contoh yang demikian ini
di dunia hewan. Lebih jauh, manusia sekarang memiliki pemahaman saintifis
menstimulasi telur betina pada beberapa organisme sehingga telur dapat
berkembang tanpa fertilisasi dari jantan.
Mari kita membaca kata-kata
Prof Goeringer, �Pada beberapa tipe pendekatan, telur tak terfertilisasi pada
beberapa spesies amfibi dan mamalia tingkat rendah dapat diaktivasi dengan cara
mekanik (seperti menusuknya dengan jarum), fisik (dengan sentuhan panas),
ataupun dengan cara kimia dengan cara memberikan sejumlah substansi kimia yang
berbeda, dan berlanjut menuju ke tahapan perkembangan. Pada beberapa spesies,
tipe perkembangan partenogenetik ini adalah alami.�
Allah telah memberikan kepada
kita jawaban yang pasti dan Ia menggunakan Adam yang mereka mengimaninya,
sebagai permisalan manusia yang tak memiliki ayah dan ibu. Kaum Kristiani
menganggap penyimpangan realita bahwa manusia dapat dilahirkan tanpa ayah.
Jadi, Allah telah menunjukkan kepada mereka analogi bahwa manusia ada yang tak
memiliki ayah dan ibu, dan ia adalah Adam. Al-Qur�an menyatakan: �Sesungguhnya
perumpaan penciptaan Isa di sisi Allah, adalah seperti penciptaan Adam. Allah
menciptakannya dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: �Jadilah!� maka
jadilah ia� (QS Ali Imran 3:59).
Allah telah mengehendaki bahwa
akan ada kemajuan saintifis dan penemuan-penemuan yang akan menyediakan bukti
setelah bukti dari kebenaran yang melintasi waktu. Ayat-ayat al-Qur�an menjadi
dikenal di kalangan ilmuwan terkenal dan saintis agama kita dan generasi berikutnya. Sains takkan pernah
kosong dari keajaiban al-Qur�an.
Dan orang-orang yang diberi
ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa
lagi Maha Penyayang. (QS Saba� 34:6)
Allah juga berfirman, Untuk
tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak
kamu akan mengetahui. (QS Al-An�am 6:67)
Dan ia juga berfirman, Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di seluruh ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka baha al-Qur�an itu
adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Ia
menyaksikan segala sesuatu? (QS Fushshilat 41:53).
Translator : Ibnu Burhan